Syekh Ahmad Al-Badawi atau Imam Badawi (1199-1276 M), merupakan sufi besar dan pendiri Tarekat Badawiyah. Beliau satu di antara Quthubul Arba`ah (4 Wali Quthub Dunia). Kemasyhuran ini bukan sekadar klaim golongan melalui dongeng-dongengan, tapi konsensus ilmiah para ulama dari zaman ke zaman.
Syekh Ahmad Badawi memiliki nama lengkap Syekh Asy-Sayyid Ahmad bin Ali Al-Badawi. Beliau merupakan ulama dan sufi besar dzuriyah (keturunan) Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW melalui jalur sadah Musa Al Kazim Al Husaini.
Nasab lengkap Imam Badawi
Ahmad Al-Badawi bin Ali bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Isma’il bin Umar bin Ali bin Utsman bin Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Ja’far Zaki bin Ali Al-Hadi bin Muhammad Jawwad bin Ali Ridha bin Musa Kazhim bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah binti Muhammad SAW.
Penulisan Seri Wali Quthub Dunia ini bertujuan memperkenalkan generasi muda pada figur Wali Quthub yang diakui secara ilmiah dan konsensus dari zaman ke zaman. Sehingga tak mudah terbuai pada kisah-kisah hiperbolis yang sering meng-Quthub-quthubkan tokoh tertentu, hanya karena kebanggaan pribadi.
Baca Juga: Biografi Sayyid Ahmad Rifai, Seri Wali Quthub Pendiri Thoriqoh Mu’tabaroh (2)
Dalam kitab Qiladah al-Jawahir, Syekh Abu al-Huda al-Khalidi ash-Shayyadi mengemukakan terdapat empat Wali Kutub tertinggi yang menjadi poros ilmu tarekat dan hakikat sepanjang masa, yaitu Syekh Abdul Qodir al-Jilani, Syekh Ahmad ar-Rifa’i, Syekh Ahmad al-Badawi dan Syekh Ibrahim ad-Dasuqi.
Sayyid Al Badawi sosok yang amat tampan. Perawakannya besar dan rupawan. Banyak perempuan berusaha mendapatkan hatinya, tapi beliau selalu berusaha menghindarinya. Karena ketampanan itu, beliau sering menutup muka. Beliau dijuluki Al-Badawi karena menutup wajahnya seperti yang dilakukan orang-orang Arab Badui.
Sayyid Al-Badawi merupakan pendiri thoriqoh mu’tabaroh yang dikenal dengan Thoriqoh Badawiyah. Dalam dunia tasawuf, thoriqoh merupakan jalan yang ditempuh seorang hamba menuju ridha Allah. Mu’tabaroh adalah thoriqoh yang masyhur dan diakui secara konsensus ilmiah, memiliki sambungan sanad (mata rantai) sampai Rasulullah SAW.
Sayyid Al Badawi figur Wali Quthub yang memiliki banyak kisah karomah. Sufi dan ulama besar Imam Sya’roni (1493-1565 M) mengatakan, seandainya keajaiban dan keramat Sayyid Al Badawi ditulis dalam sebuah buku, maka tidak akan muat karena saking banyaknya.
Beliau Wali Besar yang memiliki banyak karomah. Namun terlepas dari banyaknya karomah yang melekat, satu hal yang harus dipahami, beliau sosok ulama intelektual. Mengalami proses tarbiyah (pembelajaran), memiliki banyak karya ilmiah, dan memiliki banyak santri-santri ilahiyah.
Guru-guru Sayyid Al Badawi
Sayyid Al Badawi seorang pembelajar. Beliau memiliki banyak guru. Baik yang sezaman atau yang tidak sezaman. Di antara guru-gurunya adalah: Syekh Abdul Jalil an-Naisaburi, Syekh al-Birri al-Iraqi, Sayyid Ahmad Ar-Rifai, hingga Sayyid Abdul Qadir Al Jailani.
Karya-karya Sayyid Al Badawi
Di antara karya beliau yang sangat populer adalah Sholawat Badawiyah Kubro dan Sholawat Al Anwar. Selain itu, beliau juga membuat sejumlah hizb dan wirid. Di antaranya Hizb Bismillah, Hmdallah, Rabbi la tadzarni, hingga La Haula wa la Quwwata ila Billah.
Murid-murid Sayyid Al Badawi
Sayyid Al Badawi memiliki banyak murid. Murid-murid itu tak hanya di Mesir, melainkan juga di negara-negara lain. Di antara mereka ialah Ibnu Daqiq al-Id (w. 1303 M), Ibnu al-Laban (w. 1338 M), dan Abdul Wahhab asy-Sya‘rani alias Imam Sya’rani (w. 1565 M).
Syekh Al-Maqrizi, Ibnu Hajar al-Asqalani, hingga Imam asy-Suyuti pernah menulis riwayat hidup Sayyid Al Badawi. Sementara Syekh Ali al-Halabi (w. 1634 M) dan Syekh Hasan Rasyid al-Masyhadi menulis tentang tarekat Badawiyah.
Perjalanan Sayyid Al Badawi
Sayyid Ahmad al-Badawi lahir di Fes Maroko pada 1119 M. Beliau hijrah ke Mekah saat berumur 7 tahun. Dari Mekah, beliau bertabaruk ke Irak. Setelah itu, menetap dan berdakwah di Thanta, Mesir hingga wafatnya pada 1276 M.
Saat pertama hijrah di Mekah, beliau istiqamah melakukan thawaf sejak kecil, setelah itu masuk ke sebuah gua di gunung Abil Qubais untuk beribadah. Ini dilakukan hingga berumur 38 tahun, untuk kemudian pindah ke Irak.
Di Irak, beliau bertabaruk pada para Wali yang masih hidup maupun sudah wafat. Di antaranya dalam kota Sayyid Ar-Rifa’i, pusat thariqah Rifa’iyah. Juga ke makam Sayyid Qadir Al-Jilani, pusat thariqah Qadiriyah. Pada momen itulah, beliau diangkat menjadi Quthub ke 3 di antara Quthubul Arba’ah.
Sekembali dari Irak, beliau mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering menengadahkan wajah ke langit. Dan sepulang dari Irak itu, beliau memutuskan untuk pindah.
Beliau melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan dakwah kota Thantha, dan mendirikan madrasah di sana. Untuk duketahui, Sayyid Al Badawi merupakan ulama qiraat yang menguasai 7 bacaan Qiraat. Karena itu, beliau membangun Ma’had Qiraat di Thantha Mesir.