Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Bukan Nabi Musa yang Membelah Lautan!

Desliana Maulipaksi by Desliana Maulipaksi
December 31, 2020
in Cecurhatan
Bukan Nabi Musa yang Membelah Lautan!
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Bukankah tidak apa-apa untuk mengeluh, selama kita terus berjuang meski banyak berpeluh?

Pernah nggak sih, lagi ngobrol sama anak, tiba-tiba pertanyaan dan celotehannya bikin kita speechless? Pasti pernah kan? Kalaupun nggak speechless, yah minimal kaget atau tertawa sebagai respons tercepat. Soalnya saya juga begitu. Hahahahaha…

Misalnya pada suatu hari… Si Kecil tiba-tiba minta dibukakan buku Kisah Nabi dan Rasul. Spesifik, dia minta saya buka halaman tentang Nabi Musa saat dikejar-kejar tentara Fir’aun dan terhadang lautan.

“Mama, Dedek tau, yang membelah lautan kan bukan Nabi Musa,” kata Si Kecil. Saya jawab, “Oya? Terus siapa dong?”. “Yang membelah lautan itu kan Allah! Nabi Musa cuma gituin tongkatnya aja, terus Allah deh yang belah lautan,” tuturnya dengan wajah lugu namun optimis.

Saya tercengang. Di usianya yang baru lima tahun, Si Kecil spontan mengutarakan pemikiran dan logikanya tentang konsep ketuhanan. Tentang akidah. Dia membuka dialog keagamaan di rumah kami. Qodarullah, yah!

Kadang logika berpikir Si Kecil tak hanya membuat saya tercengang, tapi juga tertawa. Jadi kadang jleb, kadang ngakak kalau ngobrol dengan dia. Obrolan saya dengan Si Kecil biasanya juga terjadi di malam hari, menjelang tidur. Saya menyebutnya pillow talk.

Kebiasaan tidur kami diawali dengan membaca sholawat, doa sebelum tidur, dan ayat Kursi. Namun biasanya kami tak langsung tidur, melainkan masih lanjut ngobrol-ngobrol sampai akhirnya tertidur sendiri.

Suatu malam, di suatu pillow talk tiba-tiba Si Kecil bertanya, “Ma, nanti kalau kiamat emang kita semua bakal mati?”. Saya jawab, “Semua manusia akan mati di hari kiamat. Tapi nanti ada hari kebangkitan di mana semua akan dihidupkan lagi, terus dihitung amalnya. Yang amalnya banyak dan dosanya sedikit bakal masuk surga, terus yang amalnya sedikit dan dosanya banyak bakal masuk neraka. Makanya Dedek harus banyak amalnya biar masuk surga”.

Tanpa saya duga, dia spontan menjawab, “Amal Dedek banyak kok! Tuh, ada di celengan!”. Sekitar sepersekian detik (abstrak banget ini satuan waktunya), saya tercengang, terdiam, lalu tertawa ngakak.

Gantian, Si Kecil yang terdiam melihat respons saya. Menunggu mamanya selesai tertawa.

Jadi begini, saya ceritakan sekilas tentang celengan amal yang dia maksud itu. Si Kecil ini sekarang kelas TK B di sebuah TK Islam. Ada sebuah kebiasaan yang diterapkan gurunya, tentu saja melalui kegiatan pembelajaran jarak jauh. Setiap siswa diminta untuk memiliki celengan dan memasukkan uang amal ke celengan itu setiap hari Jumat.

Tujuannya adalah mengajarkan beramal atau bersedekah. Karena nanti celengan amat tersebut akan diserahkan ke sekolah untuk dikelola oleh yayasan dalam kegiatan-kegiatan amal atau sedekah. Jadi setiap Jumat, Si Kecil selalu bersemangat minta uang ke mamanya untuk dimasukkan ke celengan amal itu. Makanya saat saya bilang “amal”, logika dia langsung merujuk pada celengan amal itu.

Saya jadi berharap, setidaknya dia sudah mulai memahami konsep amal meskipun baru sedikit. Semoga.

Itu adalah dua kejadian “zong”, kalau boleh menggunakan istilah kekinian itu, yang saya alami dalam dialog keagamaan dengan Si Kecil pada tahun ini. Tapi tahun ini pun bukan pertama kalinya Si Kecil membuka ruang diskusi tentang konsep ketuhanan.

Sejak tahun lalu pun dia sudah melontarkan pertanyaan tentang Allah. Saya jadi ingat sebuah kalimat iklan yang suka digunakan warganet di media sosial: “Si Kecil aktif ya, Bun?”. Ya, memang Si Kecil saya ini juga aktif. Jadi relate juga dengan kalimat iklan itu.

Tahun lalu, sekitar bulan September, sedang maraknya demonstrasi tentang revisi UU KPK dan Rancangan KUHP. Kerusuhan dalam demonstrasi menjadi perhatian di media massa. Si Kecil ikut mengikuti berita, karena memang saya biasakan anak-anak untuk tahu perkembangan zaman, tentu saja dengan konteks yang sesuai usia mereka. Si Kecil pun tahu bentrok antara polisi dengan demonstran, hingga tindakan pembubaran massa dengan gas air mata.

Suatu hari dia bertanya, “Mama, Allah suka nggak, polisi nembakin gas air mata? Terus Allah suka nggak, orang-orang pada demo?”. Saya lupa waktu jawab seperti apa, mungkin antara konsep ketuhanan dan nilai demokrasi. Tapi seingat saya, yang saya tekankan waktu itu adalah tentang larangan menyakiti orang lain.

Yah, begitulah kisah saya, kurang dan lebihnya. Celoteh anak kecil memang seringkali mencengangkan orang dewasa. Logika berpikir anak kecil pun sederhana aja, malah suka mengagetkan orang dewasa yang logika berpikirnya suka sok canggih. Celoteh dan logika khas bocah kerap membuat saya tercengang saat berbincang-bincang dengan Si Kecil.

Itu juga yang menjadi salah satu sumber kebahagiaan saya dalam menghadapi hari-hari di masa pandemi. Dalam menjalani waktu di 2020 yang banyak keluh.
Bukankah tidak apa-apa untuk mengeluh, selama kita terus berjuang meski banyak berpeluh?

Tags: Sayembara JurnabaSayembara Nulis BahagiaSayembara Nulis Bahagia 2020

BERITA MENARIK LAINNYA

Problematika Petani di Era Pandemi
Cecurhatan

Problematika Petani di Era Pandemi

January 19, 2021
Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19
Cecurhatan

Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

January 17, 2021
Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika
Cecurhatan

Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

January 15, 2021

REKOMENDASI

Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

January 20, 2021
Problematika Petani di Era Pandemi

Problematika Petani di Era Pandemi

January 19, 2021
Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)

Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)

January 18, 2021
Melihat Sistem Pendidikan Bojonegoro di Awal Abad ke-20

Melihat Sistem Pendidikan Bojonegoro di Awal Abad ke-20

January 18, 2021
Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

January 17, 2021
Membangun Bangsa dengan Konsep Pendidikan Karakter ala Bung Karno

Membangun Bangsa dengan Konsep Pendidikan Karakter ala Bung Karno

January 17, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved