Mencium pipi manusia adalah impian tertinggi seekor kecoak.
#CockroachChallenge adalah satu contoh dari kecenderungan media sosial: sesuatu yang tak terlalu penting namun menyita perhatian.
Media sosial kerap membikin kita memahami perihal yang harusnya tak perlu dipahami. Atau membikin kita tahu ihwal yang kudu-nya nggak perlu diketahui. #CockroachChallenge adalah satu di antaranya.
Semua berawal dari salah seorang pengguna medsos dari Myanmar, Alex Aung yang berswafoto dengan kecoak di pipinya. Dia kemudian mengunggah fotonya ke Facebook, dan menulis caption yang menantang orang lain untuk melakukan hal serupa.
Dikutip dari Vice Indonesia, postingan Aung sudah dibagikan lebih dari 18 ribu kali, di-like 5.700 orang, dan memiliki 500 komentar saat artikel ini ditulis. Sejumlah orang langsung menyanggupi tantangannya.
Pengguna medsos lain ikut-ikutan berfoto bareng kecoak, dan mengunggahnya ke Facebook dengan tagar #CockroachChallenge. Bukankah itu sebuah sikap unik yang dihadirkan media sosial?
Kalau dirunut secara asal-asalan, banyak sekali contoh Challenge yang sempat hadir di media sosial. Kita tentu masih ingat challenge menampilkan foto tahun 2009 dan 2019. Atau challenge berjoget saat mobil berjalan. Hmm ~
Nabs, kalau boleh jujur, sebenarnya apa sih yang membikin banyak orang ikut-ikutan melakukan challenge yang menurut hati nurani, kurang bermanfaat itu? Tapi toh memang banyak juga yang ikut kan ya.
Steven Chaffe, profesor komunikasi dari International Communication Emeritus menjelaskan, terdapat tiga dimensi efek komunikasi massa dalam sistem komunikasi massa: efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral.
Secara tidak mendalam, kita bisa memaknai bahwa apapun pesan yang tersampaikan di media sosial, bisa berdampak tajam pada penerima pesan. Iya, bisa langsung berdampak pada pengetahuan, tingkah laku hingga perilaku.
Keriuhan medsos akan persoalan politik juga patut dijadikan contoh. Ketika ada satu orang yang memposting perihal kekisruhan politik, orang lain punya kecenderungan untuk ikut-ikutan. Untuk ikut mengkisruhkan.
Kita tahu, sampai saat ini, medsos membuat kita merasa hidup begitu mencemaskan. Banyak permusuhan. Hingga banyak ancaman akan keberlangsungan negara. Meski, jujur saja, kenyataannya tetap damai-damai saja.
Kehadiran challenge-challenge yang nir-manfaat, bisa jadi bermanfaat untuk meredam tingkat kebisingan dan keriuhan suasana politik. Bukankah di dunia ini tidak ada yang tidak bermanfaat? Hmm
Challenge yang mengikutsertakan kecoak memang sangat tidak bermanfaat memang. Tapi, saya menangkapnya ada dua hikmah sekaligus.
Pertama, challenge-challenge nir-manfaat mampu menghadirkan jeda dan rehat bagi kepala yang dipenuhi pertengkaran politik. Tanpa #CockroachChallenge medsos bakal dibekap dengan urusan orang dewasa yang kekanak-kanakan.
Kedua, kita bisa belajar dari kecoak. Hewan identik menjijikan itu, sangat ikhlas diberdayakan manusia. Ia yang biasanya dihina dan disingkirkan, kini tetap mau saja dimanfaatkan.
Tapi toh si kecoak nggak marah dan tetap ikhlas diajak bikin #CockroachChallenge. Dan dari keikhlasan itu, cita-cita tertinggi kecoak pun terkabulkan. Karena bisa jadi, mencium pipi manusia adalah impian tertinggi seekor kecoak.