Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), saya kira semenakutkan ujian akhir Madrasah Aliyah kala itu. Ternyata tidak. Padahal sebelumnya saya tidak pernah mengajar dan menjadi guru sama sekali.
Menjadi guru tentu berat bagi saya. Selain amatiran saya pun juga tak pandai-pandai amat. Nah, kali ini izinkan saya menuliskan sedikit pengalaman yang saya alami saat PPL di Madrasah Aliyah Darussalam Kedungrejo.
Dari hari pertama masuk tepat pada 1 Agustus 2022. Dengan berjumlahkan 12 orang. Dari yang masih lajang hingga sudah berkeluarga. Kami 12 orang mencoba saling melengkapi.
Perjalanan PPL seperti ini sungguh berkesan. Satu bulan ialah waktu yang singkat bagi saya. Di minggu pertama, kami masih bingung dengan berbagai hal. Entah dari jadwal, jam masuk pelajaran dan berbagai kegiatan.
Kami disambut ramah oleh pihak lembaga pendidikan. Kepala sekolah MA DARUSSALAM Kedungrejo juga ramah sekali. Apalagi Bapak Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam. Yang selalu senantiasa membimbing saya dan teman-teman.
Di minggu Kedua, saya mencoba menjalin keakraban dengan murid-murid yang ada di sekolah tersebut. Tenyata sangat ramah sekali. Saya dibebaskan berinteraksi dengan murid dan guru secara leluasa. Tak heran jika chemistry akan terbentuk.
Dalam proses belajar, siswa lebih suka jika dikasih cerita yang memotivasi. Ketika proses pembelajaran. Saya mencoba mencarikan cerita motivasi yang sangat menarik jika didengarkan.
Belajar menjadi guru bukan tentang kita menyajikan PPT dan RPP. Tapi, bagaimana kita membangun chemistry dengan murid. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan nikmat dan tanpa beban sama sekali.
Dari beberapa siswa, saya akan menyebutkan karekteristik siswa tersebut menurut saya pribadi. Sebab pendapat sendiri akan lebih baik dari pada plagiasi.
Pertama saya bertemu Salsa, siswa kelas 5 yang ramah, dan sering bertegur sapa. Sifa, iya namanya memang Sifa. Bukan Shifa yang ada di televesi di channel ANTV itu. Siswa berwajah bulat dengan senyum yang selalu ceria. Tak pernah menampakkan kesedihannya.
Tak kalah cerianya siswa kelas 4 yang saya ajar. Mereka selalu tersenyum. Walaupun ada yang mengantuk. Tanpa disadari mereka juga begitu senang dalam proses belajar. Menemani mereka belajar adalah bagian dari rasa syukur yang amat besar bagi saya.
Mereka dari kelas 4, ada Putri, Genduk, Ifa, Lili, dan tak lupa siswa berwajah ke Arab-araban. Tapi saya lupa namanya. Tolong ya ingatkan saya dengan membalas tulisan ini.
Ada lagi teman-teman OSDA putra maupun putri. Yang selalu membantu dalam segala acara. Mereka berdedikasi tinggi, di sekolah tak hanya belajar mengaji dan pelajaran formal. OSDA mengajarkan kepemimpinan dan menajemen organisasi yang baik.
Ketua OSDA Putra Angga, Ketua OSDA Putri Dina Maulana. Mereka saya harap selalu beriringan dan bersaing secara sehat dalam berorganisasi. Jadikan pengalaman organisasi tersebut sebagai persiapan pengabdian di tengah-tengah masyarakat.
Saya pun juga bertemu dengan Ima, orang yang pertama saya hubungi kala Seminar Pendidikan. Sebab, Ketua OSDA berada di Pon Pes. Jadi tidak membawa gawai dan tidak bisa dihubungi melalui online.
Pasca itu, beberapa siswa mulai kenal dengan saya. Seperti Livia, Fia, Septiana. Mereka ini memiliki karakter tersendiri. Jadi jangan dibandingkan-bandingkan. Koko ndak koyo lagu seng viral, Nabs.
Fia, lebih banyak diam ketika bertemu saya. Jika dideskripsikan. Fia ini lebih suka sat set dari pada omong dulu. Ya, baik sih. Tapi jangan diam terus menerus. Bahaya nanti, wqwqwq.
Livia, iya saya tak pernah banyak bicara dengan dia. Tapi saya tahu, dia membuka perbincangan yang banyak ketika diajak biacara. Mungkin kala itu saja dia diam, di lain kesempatan, saya juga tak tahu, cuaks.
Ehh hampir saya lupa. Iya ada Septiana siswa yang mungkin bisa diajak komunikasi dengan enak menurut saya. Tapi dalam komunikasi ini saya sebagai teman belajar lho. Eits, jangan salah paham dulu.
Jika seseorang bertemu dengan kawan bicara yang tepat. Maka pembicaraan tersebut akan gayeng. Tak gampang bosan. Sesungguhnya, orang yang menghargai curhatan itu lebih baik dari pada diam dan meremehkan.
Seperti Film Freedom Writers. Betapa kekuatan curhat sangat berpengaruh pada proses belajar siswa. Nah, ini adalah bagian dari cara untuk membentuk chemistry terhadap siswa. Sehingga tak hanya proses transfer ilmu. Melainkan transfer energi positif pada diri mereka.
Darussalam Kedungrejo, tempat ini terlalu nyaman buat saya. Selain siswa yang selalu ramah. Seluruh gurunya juga ramah. Senyum lebar setiap pagi yang akan kami rindukan wahai Darussalam.
Pada sesi penutupan. Saya lihat para siswa tak menginginkan kami beranjak pergi dari Darussalam. Apalah daya, waktu yang mempertemukan kita. Dan waktu jua yang memisahkan kita.
Sebenernya kita tidak berpisah. Tapi kita akan bertemu di lain tempat dan kesempatan. Saya yakin apapun itu. Pertemuan akan terjalin lagi dan lagi.
Darussalam Kedungrejo, banyak kenangan yang saya ukir di sana. Dan banyak juga pengalaman-pangalaman yang saya dapat dari sana. Walaupun secara geografis terletak di antara pekarang rumah dan sungai desa.
Tapi, semangat belajar tak akan pernah berhenti. Darussalam Kedungrejo, serpihan kenangan dan proses belajar mengajar menjadi hal yang paling terkesan untuk saya. Dan menumbuhkan semangat belajar bagi saya juga.
Belajar dan terus belajar. Jangan sampai berhenti dimanapun dan sampai kapanpun. Wassalam