Anak kecil tak pernah kecil pikirannya. Justru, kebesaran sang maha pencipta ada padanya.
Sebelum tidur, Rafa biasa mendengar dongeng dari Bunda tercintanya. Jika tidak ada dongeng, Rafa tidak akan tidur. Anak laki-laki kecil imut dengan mata lebar ini, masih kelap-kelop bermain guling. Rasa ngantuk belum juga menghampirinya.
“Le, ayok tidur,” kata Bunda sambil menepuk-nepuk paha Rafa.
“Rafa belum ngantuk, Bun.”
“Bunda capek, Le.”
Bunda mungkin saja lupa, dengan kebiasaan Rafa. Saat mau tidur minta digongengin dulu. Anak yang pandai tidak akan diam. Sebab, kebiasaan yang tidak dilakukan pasti menjadi resah. Melihat Rafa yang masih bermain dengan gulingnya dan tidak kunjung tidur.
“Mungkin bunda lelah sekali, sehingga lupa jika aku tidak dikasih dongeng tidak bisa tidur,” gumam Rafa dalam benaknya.
Rafa hanya bisa bergumam. Sebab, tidak ingin membebani Bunda. Tapi, ia belum bisa tidur nyenyak jika dongeng dari Bunda belum mulai. Rafa tampak aneh, makin lama makin melamun.
Setelah bermenit-menit melamun, Bunda baru sadar. Rafa hanya ingin sepenggal dogeng menjelang tidur. Bunda pun segera memulainya. Dongeng tentang keindahan alam mulai.
Bunda menceritakan bagaimana keindahan dan kemegahan alam. Begitu juga tentang lautan awan yang ada di atas gunung. Puncak yang begitu menggoda. Dan menceritakan pengalamannya saat mendaki. Bunda yang sempat terjatuh dan tolong oleh laki-laki misterius.
“Gunung itu indah, ada lautan awan di atas sana, Le. Udaranya sangat sejuk sekali, setiap orang yang berkunjung ke gunung. Pasti akan ketagihan.”
Rafa hanya mendengar dengan santai. Tapi aneh, ia tidak kunjung tidur. Matanya tak ada tanda ngantuk sama sekali. Bunda tetap melanjutkan dongengnya, sampai Rafa akan tidur.
“Memang, Le. Bunda suka naik gunung. Tapi, Bunda juga ingin mengajak kamu ke sana. Ingin sekali kamu bunda ajak naik, agar tahu bagaimana rasanya udara gunung,” nada bunda begitu lembut. Lagi-lagi Rafa tidak kunjung tidur. Tiba-tiba Rafa berbicara.
“Bunda terlalu memuji alam,” sahut Rafa.
“Kenapa Le, kok kamu bilang begitu.”
“Hemm, soalnya Bunda tidak menyebut siapa yang dibalik keindahan alam itu.”
“Emangnya siapa, Le?.”
“Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT Bun, yang selalu menciptakan apa saja di dunia ini. Tanpa-Nya, lautan awan bahkan udara segar tidak akan terjadi.”
Bunda pun kaget mendengar jawaban Rafa. Anak yang masih kecil, tapi dia ingat tentang kebesaran Allah SWT, yang selalu memberi kita nikmat. Nikmat sempat, dan segalanya yang bisa dinikmati.
Tak lama kemudian, Rafa mulai ngantuk. Matanya sudah memerah, dia akan segera tidur, Bunda masih heran dengan kejadian itu.
“Omongan Rafa kenapa bisa seperti itu,” gumam Bunda dalam hatinya.
Bunda begitu santai, mungkin saja Rafa sudah mulai mengetahui. Bahwa kebesaran Sang Kholiq sudah tertanam dalam jiwa Rafa. Bunda sudah bersyukur jika Rafa paham akan hal semacam itu.
Anak kecil bukan kecil pikirannya. Tapi kepandaian dan kebesaran Allah SWT yang mulai tertanam dalam otaknya jangan sampai hilang.
“Ini harus aku pertahankan dalam jiwa dan otak Rafa, agar dia selalu ingat dengan kebesaran Sang Kholiq. Dan akan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan,” gumam Bunda dalam hati.