Desember tak hanya akhir sebuah periode, tapi ruang renung bagi banyak perasaan.
Pada awal Desember 2021 media menghentak dengan menyajikan berita meninggalnya seorang gadis di pusara ayahandanya. Nabs, beriringan dengan itu diberitakan pula seorang wanita yang meninggal dalam posisi memeluk ibunya, tertimbun debu vulkanik.
Sejuta pilu menyeruak memenuhi rongga dada, sekaligus haru menyelimuti setiap persendian rasa.
Siapapun yang mendengar atau membaca berita tersebut akan hanyut dalam untaian rasa masing-masing, melambungkan gelembung-gelembung imaji pada cakrawala pemikiran yang beraneka bentuk dan warna.
Bentuk dan warna sebagai ekspresi cinta. Terlepas dari illustrasi di atas, tidak salah jika dikatakan bahwa anugrah terindah yang diberikan Allah Swt. kepada manusia adalah cinta.
Seandainya hidup tanpa rasa cinta dan kasih sayang mungkin enteng saja manusia menghina, memaki, menyiksa, atau melakukan perbuatan destruktif pada orang lain.
Namun tidaklah demikian ketika hidup penuh cinta, ketika dihina kita memaafkan, pada saat kita salah mereka mengingatkan, saat kita frustasi, kita ingat sedang disayang oleh Allah, pada saat lelah memuncak dan mau menyerah, cinta mengajak kita kembali bangkit dan melangkah lebih tegak dan benar.
Berbicara tentang cinta, Nanang Qosim Yusuf (Naqoy) dalam The 7 Awarness , 7 kesadaran hati dan jiwa menuju manusia diatas rata-rata menuliskan tiga jalan cinta menuju keagungan, yakni cinta romantik, cinta platonik, dan cinta to cholik.
Cinta romantik adalah cinta yang sifatnya personal (pribadi), misalnya cinta kepada pasangan. Sejarah telah mencatat banyak orang besar karena cinta romantik yang menjadi legenda, sebut saja Romeo-Juliet, Laila-Majnun, Samson-Delilah, dan masih banyak yang lain.
Dan karena cinta romantik ini pula tercipta bangunan–bangunan bersejarah seperti Tajmahal di India, Candi Roro Jonggrang di Jawa – Indonesia.
Siapapun bisa berhasil menemukan kesuksesan dan kebahagian karena motivasi cinta romantik, dalam koridor cinta adalah memberi tanpa berharap.
Apapun yang diberikan, entah waktu, tenaga, materi, atau pikiran tidak akan sia-sia karena ikhlas, cinta tanpa syarat.
Cinta romantik mampu hadir sebagai kekuatan bukan kelemahan.
Cinta Platonik, dikatakan sebagai cinta yang lebih besar dan humanis. Jika pada cinta romantik terdapat pahlawan-pahlawan, maka demikian pula pada cinta platonik.
Banyak orang sukses dan berhasil dalam usahanya, bisnis, kariernya karena motivasinya adalah orangtua, saudara, tetangga atau sesamanya.
Mereka fokus dan tidak memberi celah kepada siapapun yang akan membelokkan pendirian dan cintanya.
Jika seseorang merasa iba terhadap keadaan orang lain, ketika seseorang memiliki empati melihat anak kecil yang terlantar, atau empati kepada seseorang yang terjerumus kedalam kesesatan, perilaku menyimpang, atau yang sejenisnya itu merupakan tanda adanya benih-benih cinta platonik pada dirinya.
Seseorang yang memiliki cinta dalam kategori ini dia pantang mundur dalam menyelesaikan suatu masalah, karena kekuatan cinta platonik tidak jarang melebihi kekuatan cinta romantik.
Mahatma Ghandi, Bung Karno, Sudirman, Bung Hatta, merupakan beberapa orang/pahlawan yang muncul karena cinta platonik.
Tiada cinta seindah dan semanis mencintai Tuhan.
Sebuah ungkapan yang menggambarkan cinta to Cholik. Cinta kepada Tuhan membuat orang selalu memuji dan bersyukur.
Telah banyak pahlawan yang menggugah dan menyadarkan orang betapa pentingnya Tuhan dalam setiap momen hidupnya.
Mereka yakin, Tuhan selalu bersamanya, baik dalam suka maupun duka, Tuhan melihat setiap permasalahan dan menolong hamba-Nya.
Orang-orang yang telah sampai pada cinta to Cholik mulai menjaga pikiran, mata, hati dan perilakunya dari hal-hal negatif secara sadar.
Mereka mampu menghilangkan perasan takut dan cemas dalam dirinya.
Mereka yang memiliki cinta pada kualitas ini adalah orang-orang khusus, seperti para nabi, para wali.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana seseorang jika dalam posisi seperti Ibrahim as.
yang hendak dibakar oleh masyarakat atas perintah raja.
Bagaimana Musa as. yang dikejar-kejar prajurit dan tentara yang siap membunuhnya, sementara dia terjebak di lautan. Mereka menghadapinya dengan tenang dan pikiran jernih.
Mereka percaya bahwa Tuhan selalu bersamanya, dan yakin Tuhan sedang menguji seberapa besar kecintaannya, Tuhan sedang menguji seberapa kuat keyakinannya.
Cinta romantik, cinta platonik dan cinta to C
cholik, ketiganya merupakan kendaraan menuju kebahagiaan dan kesuksesan.
Dimanapun dan siapapun yang mampu memfokuskan dirinya pada impian cintanya maka dia akan berhasil.
Dalam kondisi demikian seseorang tidak mudah dipengaruhi pikiran-pikiran negatif orang lain. Biarkan saja orang berkata apa, jawablah dengan karya, jawablah dengan kesuksesan. Setiap orang pasti memiliki masa lalu dan setiap orang pula berhak memetik masa depannya.
Penulis merupakan Dosen STIT Muhammadiyah Bojonegoro