Darah muda, darah yang berkarya. Plesetan lagu Bang Haji Rhoma itu teramat cocok untuk menggambarkan kiprah Emil Dardak di kancah politik. Sebab, selain masih tergolong anak milenial, Emil Dardak memiliki banyak pengalaman yang patut dicontoh generasi muda.
Kemunculan Emil Dardak sebagai sosok populis di kancah Jawa Timur maupun nasional tidak secara ujug-ujug. Tidak hanya bertampang rupawan, secara personal, Emil mengenyam pendidikan dan pengalaman mumpuni. Investasi sosial di masyarakat pun terbangun maksimal.
Kemampuannya dalam berpolitik, tumbuh melalui tempaan pendidikan cukup mumpuni. Pada 2001 atau saat berusia 17 tahun, Emil Dardak sudah memperoleh gelar diploma dari Melbourne Institute of Business and Technology. Emil kemudian meneruskan pendidikan S1 di Universitas New South Wales, Australia.
Sedangkan gelar S2 dan S3, Emil dapat dari Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang. Pada 2001-2003, Emil menjadi World Bank Officer di Jakarta sekaligus Media Analysis Consultant di Ogilvy. Puncak karier Emil dicapai saat didaulat menjadi Chief Business Development and Communication-Executive Vice President di PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero).
Emil lahir di Jakarta, 20 Mei 1984 dari pasangan Hermanto Dardak dan Sri Widayati. Bapaknya pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pekerjaan Umum periode 2010-2014. Sementara kakeknya, H. Mochamad Dardak merupakan salah satu kyai Nahdlatul Ulama (NU) Trenggalek.
Emil yang menikahi aktris cantik Arumi Bachsin, telah dikaruniai dua orang anak bernama Lakeisha Ariestia Dardak dan Alqeinan Mahsyirputro Dardak.
Karier politik Emil berawal pada 2015. Bersama Mochamad Nur Arifin, ia mendaftarkan diri sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek. Langkah awal itu pun, ternyata berbuah manis. Emil dan pasangannya menang dengan total 292.248 suara atau sekitar 76,28 persen. Kemenangan telak Emil tersebut mengantarkannya sebagai Bupati Trenggalek.
Dari sini, karir politik Emil kian moncer. Secara personal maupun organisasi, popularitasnya meningkat. Atas alasan itu pula, Emil didapuk sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. Berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa. Emil berhasil memenangi kontestasi politik. Pada 13 Februari ini, mereka dilantik oleh Presiden.
FYI, Nabs, Emil meraih gelar doctor di usia 22 tahun. Lalu, mampu menjadi Bupati Trenggalek di usia 32 tahun. Ia meninggalkan pekerjaan di BUMN yang gajinya mencapai 100 juta Rupiah, untuk jadi Bupati Trenggalek yang gajinya hanya sekitar 6 juta Rupiah saja per bulannya.
Tidak hanya cemerlang di karir, layaknya anak muda seusianya, Emil juga gemar berkesenian. Ia piawai bermain keyboard dan gitar. Tentu, itu tauladan yang bagus bagi anak-anak muda. Menuruti passion, tapi juga tetap berkarya.
Indonesia memang membutuhkan lebih banyak sosok muda yang terjun di dunia politik. Ini bisa menjadi contoh yang bagus bagi para anak muda di Indonesia. Bahwa, anak muda juga sanggup jadi pemimpin dan bersinar di panggung politik.
Keteladanan Emil Dardak sangat patut dicontoh bagi anak muda. Selain memiliki semangat tinggi dalam menempuh pendidikan, Emil juga berani memasuki ranah politik— di tengah isu politik yang kurang mengenakkan di kalangan anak muda. Kehadiran Emil di ranah politik, semoga mampu mengubah mindset anak-anak muda tentang politik ya, Nabs.