Fait Allam, kapal raksasa yang cukup melegenda itu, faktanya dibuat di Jipang (Bojonegoro). Tak heran jika di wilayah ini, ditemui banyak artefak perahu beserta rantai dan jangkarnya.
Penemuan perahu kuno memang terdapat di banyak tempat. Namun, penemuan sejumlah perahu kuno (dari abad 17 hingga abad 19 M) lengkap beserta rantai dan jangkar raksasa, tentu tak di sembarang tempat. Bojonegoro (Jipang), satu di antaranya.
Identitas Bojonegoro sebagai Wangsa Bengawan diduga sudah bermula sejak Prasasti Telang I (903 M) yang dikeluarkan Dyah Balitung dari Kerajaan Medang Kuno. Dugaan ini diperkuat banyaknya Prasasti Medang yang berada di lereng Gunung Pugawat Pandan.
Baca Juga: Bojonegoro Nagapura, Gerbang Naga Pulau Jawa
Di sepanjang bantaran Bengawan Telang (Malo) hingga bantaran Sudah (Malo), juga banyak ditemukan bermacam jenis gerabah Dinasti Tang (618 – 907 M), yang kini disimpan di Museum Panjunan Kalitidu. Penemuan gerabah Dinasti Tang ini, tentu sebuah fakta yang menarik.
Kebesaran Bojonegoro sebagai Wangsa Bengawan, kembali disinggung dalam Prasasti Pucangan (1041 M), Prasasti Maribong (1248 M), hingga Prasasti Adan-adan (1301 M). Lalu dipertegas Prasasti Canggu (1358 M), yang menasbihkannya sebagai teritorial paling banyak Naditira Pradesa.
Dengan hegemoni kejayaan Bengawan selama ratusan tahun di atas, maka bukan kebetulan jika Bengawan di wilayah Bojonegoro banyak ditemui perahu kuno (dari Perahu Trucuk abad 17 M, hingga Perahu Gayam abad 19 M). Lengkap beserta rantai baja dan jangkar raksasanya.
Galangan Kapal Jati Jipang
Totok Supriyanto, sejarawan dari Institut Bumi Budaya menyebut, amat banyak literatur yang menyebut dan mengulas kebesaran sungai Bengawan di wilayah Jipang (Bojonegoro). Sedikit di antaranya adalah; Thomas Raffles, John Crawfurd, hingga F.J.A. Broeze.
Sampai abad 19 M, Bengawan Bojonegoro memang identik pengatur ritme transportasi sungai. Bahkan, posisi Bojonegoro mampu mempengaruhi wilayah hilir Gresik. Ini disebabkan banyaknya galangan kapal di sungai Bengawan wilayah Bojonegoro.
Keberadaan hutan jati purba, komoditas khas Jipang, menjadi alasan inti sekaligus utama keberadaan galangan kapal di wilayah Jipang (Bojonegoro). Terbukti, mayoritas kapal abad 19 M dibuat dengan rangka Jati Jipang. Termasuk kapal Fait Allam.
Fait Allam dibuat di Jipang
Kajian Pustaka dilakukan Institut Bumi Budaya menemukan, John Crawfurd, pembantu Raffless di Jawa mencatat bahwa salah satu kekuatan pelabuhan Gresik dan Surabaya pada abad 19 M, adalah keberadaan galangan kapal Bengawan, yang lokasinya dekat dengan keberadaan Hutan Jati.
Dalam catatan tahun 1859, Crawfurd mengatakan, di sepanjang sungai Bengawan, ada banyak galangan kapal Jawa, dengan tonase 50 ton, terutama untuk pengangkutan barang yang melintasi sungai Bengawan menuju laut.
Berdasar kajian dari F.J.A. Broeze yang meneliti Regeering-Alamanak (1820-1850 M), menunjukan selama periode itu, pelabuhan-pelabuhan niaga di pantai utara Jawa masih selalu menunjukkan kegiatan yang besar. Termasuk transportasi pelayaran kapal sungai Bengawan menuju laut.
Kapal-kapalnya berciri Eropa. Namun kebanyakan rangkanya dibuat warga setempat. Seperti Kapal Fait Allam yang luar biasa besarnya, seberat lebih dari 1.100 ton, yang dikabarkan oleh Earl (The Eastern Seas, 1837), bahwa pembangunannya dilakukan beberapa tahap di tepi Bengawan Jipang.
Laporan itu menyebut secara detail bahwa lokasi awal pembangunan kapal dimulai di dekat hutan jati, di wilayah bantaran Bengawan, 80 mil dari arah muara Gresik menuju hulu. Setiap kali lapisan badan kapal bertambah tinggi, rangka tubuh kapal itu diapungkan agak mendekati ke arah muara Gresik.
Totok Supriyanto menegaskan, jarak 80 mil dari muara, berarti sekira 125 km dari Pelabuhan Gresik, atau berada tepat di wilayah hutan jati Jipang (Bojonegoro). Data di atas dapat disimpulkan, Fait Allam, kapal raksasa berbahan kayu jati yang melegenda itu, adalah kenang-kenangan sekaligus karya terakhir dari kejayaan Bengawan abad 19 M.
Fait Allam merupakan kapal raksasa dari abad 19 M yang dibuat di sungai Bengawan wilayah Jipang. Berkategori kargo, berbentuk Fregat, bertenaga penggerak layar. Rangkanya dibuat dari kayu Jati Jipang. Ditukangi oleh warga lokal yang masyhur ahli pertukangan kayu. Sesampainya di Pelabuhan Surabaya, Fait Allam dibeli dan disewakan para pedagang.