Shoegaze merupakan sub-genre dari alternative rock. Ciri khas utama dari Shoegaze adalah efek distorsi gitar yang sangat kental. Permainan efek ini menimbulkan feedback suara riff gitar yang khas.
Kebiasaan berselancar di Youtube membuat saya terdampar ke sebuah video klip dari Fazerdaze berjudul Lucky Girl. Entah kenapa, lagu tersebut bisa dengan mudah diterima telinga saya.
Fazerdaze sebenarnya adalah nama pangggung dari seorang penyanyi Selandia Baru keturunan Indonesia, Amelia Murray. Perempuan kelahiran 1993 tersebut memang sengaja menggunakan Fazerdaze sebagai nama panggungnya.
Warna musik dari Fazerdaze ini memang sangat berbeda dengan musik kekinian. Ketika pertama kali mendengar, saya serasa dibawa ke masa lampau. Musiknya benar-benar berbeda.
Selain Lucky Girl, beberapa lagu lain dari Fazerdaze juga mampu menggelitik telinga saya. Contohnya Little Uneasy dan Take It Slow. Lagu yang bisa dengan mudah masuk ke telinga dan otak saya.
Setelah melakukan penelusuran, Fazerdaze konon mengusung genre Shoegaze. Itu adalah sub-genre musik yang populer di Britania Raya. Ada yang menyebutnya dengan istilah Dream Pop.
Shoegaze merupakan sub-genre dari alternative rock. Ciri khas utama dari Shoegaze adalah efek distorsi gitar yang sangat kental. Permainan efek ini menimbulkan feedback suara riff gitar yang khas.
Shoegaze sendiri mulai muncul dan berkembang di kota London, Inggris, pada akhir 1980-an. Ia muncul setelah menanjaknya popularitas musik Punk Rock di Britania Raya.
Istilah Shoegaze sebenarnya adalah sebuah ejekan. Suara utama Shoegaze yang dominan dengan efek membuat si gitaris sering melihat ke bawah pada kaki mereka untuk melihat pedal. Nama Shoegaze pun muncul Karena kecenderungan para personel pemegang gitar yang melihat ke arah sepatu mereka.
Penggunaan efek dan permainan distorsi gitar yang kencang memang cukup dominan dalam genre Shoegaze. Setidaknya itu yang saya rasakan dari lagu-lagu Fazerdaze.
Setelah ditelusuri lebih lanjut lagi, ada ciri khas lain yang nampak pada Fazerdaze. Yakni cara bernyanyi yang cenderung malas-malasan. Itu bisa didapatkan dari band atau musisi Shoegaze seperti My Bloddy Valentine, Bedroom, Slavia Path, atau Cemeteries.
Bagaimana dengan perkembangan musik Shoegaze ini di Indonesia? Karena musik bersifat universal, genre Shoegaze ini bisa dengan mudah masuk ke Indonesia. Maka muncullah beberapa band Indonesia yang mengusung Shoegaze.
Contohnya adalah Sugarstar dan Themilo. Dua band asal Jakarta tersebut sudah ada sejak awal 2000-an silam. Bisa dibilang, mereka adalah band yang cukup sukses dalam membawakan genre Shoegaze di Indonesia.
Untuk band yang lebih baru ada Heals. Grup yang berasal dari Bandung ini mengusung aliran Nu-Gaze atau versi yang lebih modern dari Shoegaze. Heals yang hadir lewat beberapa single andalan macam False Alarm, Wave dan Myselves punya tempat tersendiri di skena musik alternatif tanah air.
Jadi Nabs, jika kamu ingin mendengarkan musik yang berbeda, cobalah untuk mendengarkan band atau musisi yang mengusung aliran Shoegaze. Fazerdaze dan Heals bisa kamu masukin playlist jika tertarik mendengarkan Shoegaze.