“Kesehatan yang utama, bentuk badan itu bonus.”
Kalimat itu diucap Aulia Isfandiar. Pemuda ini lebih akrab disapa Fandiar. Pria bertubuh tinggi ini inisiator dari Bojonegoro Street Workout (BJSW). BJSW merupakan komunitas para pemuda bojonegoro yang hobi berolahraga.
Beberapa tahun belakang, Fandiar adalah mahasiswa Unesa jurusan Manajemen Pendidikan. Pada tahun terakhirnya kuliah, dia sempat bergabung dengan Indobarian Surabaya.
Di sana dia mulai aktif berolahraga. Kesibukan itu dia lakukan di sela-sela aktivitas menyelesaikan skripsi. Dari situ, dia mulai mengenal istilah calisthenic.
Fandiar menjelaskan bahwa calisthenic adalah metode latihan dengan menggunakan beban tubuh sendiri. Hal ini merupakan olahraga kebugaran yang cukup simple untuk dilakukan.
Bisa di rumah atau di luar ruangan. Calisthenic juga tidak mengenal umur, kasta atau batasan tertentu. Semua orang bisa ikut.
Pada 2015, komunitas BJSW terlahir sebagai wadah masyarakat yang hobi berolahraga. Lebih tepatnya pada 13 Februari. BJSW dibentuk oleh 4 orang inisiator, yaitu Thoifur Yazid Al Bustomi, Rian Satria, Andrik Kurnia Pratama dan Fandiar sendiri.
Timbul kesadaran dari mereka betapa pentingnya aktivitas olahraga. BJSW dibentuk untuk membagi pengalaman dan informasi seputar olahraga. Tentu saja terkait metode olahraga yang benar dan tepat. Misalnya saja calisthenic.
“Olahraga itu tidak harus mengeluarkan biaya mahal seperti di gym. Misalnya saja calisthenic dengan benar dan tepat,” kata Fandiar.
BJSW memiliki jadwal latihan rutin seminggu tiga kali. Latihan bersama dilakukan setiap Hari Kamis sore, Sabtu sore dan Minggu pagi.
Untuk Kamis dan Sabtu, latihan dilakukan di SMA 3 Bojonegoro. Sedangkan Minggu pagi biasanya dilakukan di Alun-alun Bojonegoro saat car free day.
Setiap latihan terdapat menu bersama yang harus dilalukan oleh para anggota BJSW. Antara lain pemanasan, lari, jumping jack, push up, sit up, pulls up dan squats.
Setiap gerakan tersebut sudah memiliki “jatah” masing-masing. Setelah menu rutin tersebut, barulah gerakan lain ditambah.
“Gerakan tambahan ini disesuaikan kebutuhan tiap individu. Biasanya sih berdasarkan request anggota,” imbuh Fandiar.
Tidak setiap latihan para anggota bisa datang ketika latihan rutin. Namun, jatah porsi latihan tetap harus dipenuhi oleh anggota BJSW. Hal ini untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil pada proses latihan selanjutnya.
Hingga saat ini, BJSW pernah mengantarkan beberapa anggotanya memperoleh prestasi. Misalnya Rama, anggota BJSW. Pada 2017 dia menjadi juara 3 weighted max reps pull up + 10 kg. Prestasi itu dia torehkan saat East Java Street Workout Competition di Surabaya.
Pada 2018, Rama kembali menorehkan prestasinya di Semarang. Dia mendapat juara 1 max reps pull up dan juara 2 battle freestyle di Bar Battle Againts Gravity.
Dalam waktu dekat ini, Rama akan kembali berjuang di Jakarta. Dia mengikuti kategori Maximal Pool Up and Freestyle dalam event Asosiasi Kalistenik dan Street Workout Indonesia tersebut.
Namun, prestasi bukan hanya diperoleh saat mengikuti kejuaraan saja. Bagi BJSW, prestasi merupakan sebuah pencapaian yang lebih tinggi dari hasil latihan. Misalnya saja Ananda Brian Ardianto.
Selama mengikuti BJSW, Brian mampu menurunkan bobot tubuhnya. Dalam satu tahun, Brian berhasil turun dari 98 kg menjadi 69 kg.
Fandiar berharap, pada nantinya masyarakat bisa memahami pentingnya kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok untuk menikmati hidup.
Dalam menjaga kesehatan, masyarakat perlu melakukan olahraga. Tidak perlu waktu banyak dan pergi ke gym untuk melakukannya. Melalui calisthenics, hal itu cukup mudah dan tentu saja biayanya murah.
Melalui metode yang benar dan tepat, calisthenics mampu memberikan dampak yang besar. Tidak perlu diet ekstra untuk membentuk tubuh. Selain kesehatan, bentuk tubuh yang bagus bisa didapatkan anggota BJSW.
Laki-laki dan perempuan punya metabolisme hormon yang berbeda. Tidak perlu khawatir bagi perempuan kalau tubuhnya jadi gempal.
“Yang terpenting adalah niat. Dari istilah “aku ingin” perlu diganti dengan “aku harus” agar bisa terjadi perubahan,” kata Fandiar.
BJSW tidak menuntut anggotanya untuk aktif. Komunitas dengan kultur kekeluargaan ini hanya sebagai wadah untuk mendorong niat masyarakat mencapai hidup sehat. Setiap orang diterima bergabung dengan BJSW.