Setelah kurang lebih enam (6) bulan tak menginjakkan kaki di Pulau Borneo, akhirnya waktu yang saya tunggu tiba: pulang dan bisa merasakan pelukan hangat emak
Berpisah sekian lamanya. Kurang lebih selama 6 bulan kemudian pulang ke rumah untuk menemui panggilan sang Borneo bertemu orang tua.
Berpeluk kerinduan dalam rangka melepas rindu selama enam bulan tidak bertemu. Momentum ramadhan, idul fitri, dan idul adha lewat begitu saja.
Seminggu kemudian saya harus berpisah kembali dengan orang tua, padahal saya belum sanggup untuk pergi.
Namun, hal tersebut saya lakukan demi cita-cita dan kesuksesan. Saya bertekad dalam sanubari dan pikiran untuk pergi untuk orang tercinta dan tersayang.
Sebelum berangkat, saya tidak lupa berpamitan menciun tangan emak sambil berkata, “Mak, aku tiga bulan muleh yo,”.
Jemputan dari yayasan sudah menanti di depan rumah. Lalu, saya pun berangkat sembari mengangkat tangan kemudian melambai-lambaikan.
Sesampai di lokasi yang baru, saya merasa kesepian. Karena saya tidak memiliki kuota dan bilapun ada kuota tetapi kartu yang saya punya tidak bisa digunakan karena jaringannya H plus.
Hal itu membuat saya gelisah setiap malam. Kemudian saya memutuskan untuk pergi malam-malam tanpa diantar menuju tempat penjual kartu XL.
Sekitar satu kilo meter, diperjalanan ketika arah menuju pulang, saya dikejar anjing dan saya lari terpental-pental plus kecepatan turbo.
Saya terjatuh dan tidak ada yang menolong, tetapi saya tetap berdiri untuk bangkit dan melanjutkan lari.
Lari, dan terus lari untuk menghindari gigitan anjing.
Tiba di lokasi, kemudian saya mulai mengaktifkan kartu dan daftar paket. Kemudian saya mencari kulit telor untuk obat nyamuk karena banyak sekali nyamuk yang berkeliaran.
Semalam saja waktu itu, habis lengan saya digigit nyamuk, wkwk. Setelah pagi datang, saya bersiap untuk berjuang merawat tanaman, sapi, dan lebah penghasil madu.
Saya juga banyak belajar dari bibi. Sang bibi yang tidak pernah lelah dalam berbudidaya jagung tepat di daerah Batu Belaman, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Saya lihat bibi sangat sayang dengan jagungnya, dia pupuk tanpa rasa lelah sekalipun. Dan saya pun menghampirinya dan berkata kepada beliau, “Bii.. apakah batang jagung ini bisa diambil (sambil menunjuk batang jagung yang sudah dipanen)?”.
Kemudian bibi membalas, “Boleh nak, asal yang ada jagungnya aja yang gak kau ambil, kemarin ada anak bujang mengambil batang jagung tapi yang diambil masih ada jagungnya, banyak pula yang diambil dan tidak izin sama bibi, nak”. Begitulah kalimat yang keluar dari mulut bibi, sembari memupuk jagung.
Banyak sekali pelajaran yang telah saya peroleh dalam menjalani kehidupan. Dan khususnya setelah merantau dari tanah Jawa selama kurang lebih enam bulan. Saya akan mencoba mengabadikan saban peristiwa agar hidup lebih bermakna, ada hikmah yang bisa saya petik, dan abadi.