Generasi para penabuh kulit sapi memang perlu dimunculkan setiap saat. Bahkan, jika perlu, dari organisasi mahasiswa ekstra kampus (Ormek). Sehingga sholawat dan pergerakan bisa berjalan beriringan.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Raden Paku Sunan Giri Bojonegoro tak hanya mampu lahirkan kader demonstran, tapi juga kader yang progresif dan militan dalam sholawatan.
Ini terjadi pada Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) 2019, dimana banyak sekali yang minat sholawat. Langkah awal pun dilakukan. Yakni mengajak yang suka sholawatan bikin grup hadrah.
Selang beberapa bulan, anggota mulai terkumpul 20 orang, namum jarang sekali latihan. Sebab, para personil sudah mahir bermain hadrah. 2 bulan berjalan, hadrah belum pernah diundang acara hajatan semacamnya.
Hanya saja tampil diinternal rayon. Kebetulan ada acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Itulah yang menjadi momen tampil perdana. Tanpa ada sound sistem dan acaranya pun bisa dibilang kecil-kecilan.
Pemberian nama secara mendadak pada saat mau tampil perdana. Dari salah sahabat mengusulkan nama hadrahnya Ashabul Qohwah. Sebab, sering kumpul di warung kopi. Jadi nama itu diambil dari kata Ashabul yang artinya sahabat, Qohwah artinya kopi.
Tampil perdana adalah salah satu ajang untuk mengenalkan hadrah ini kepada khalayak umum. Karena PMII tidak hanya mahir berteriak di jalan. Namun juga berpontensi dalam hal lain seperti berkebun atau bertani atau berdagang, apalagi dalam hal sholawatan.
Minimnya aktivitas para kru menjadi kendala, hadrah terancam tidak bertahan lama. Tapi, beberapa orang masih yakin hadrah Ashabul Qohwah akan tetap hidup. Begitu juga pendatang baru di PMII akan ada.
Seiring berjalannya waktu, roda kaderisasi semakin berputar. Sampailah di MAPABA 2020, pasca acara, ada beberapa orang minat dalam bidang hadrah ini. Akhiranya generasi selanjutnya ada.
Rayon PMII Raden Paku memang memiliki agenda rutinan maulid nabi setiap tahunnya. Oleh karena itu, tampil perdana juga di acara tersebut. Namun, penampilannya lebih menarik.
Sesungguhnya, melihat daftar kru yang ada, para pemain adalah personil grup hadrah ternama di seluruh penjuru pantura. Maka, tak heran jika Ashabul Qohwah sulit untuk bubar, tapi juga sulit untuk maju ke depan.
Grup ini memang kekurangan dari segi perlengakapan alat. Itu semua tidak membuat kebingungan. Karena bisa pinjam dari beberapa pemain hadrah yang masuk di Ashabul Qohwah.
Lambat laun berjalan, Harlah Rayon PMII Raden Paku ke 14. Itulah yang menjadi kesempatan, Hadrah Ashabul untuk menunjukan eksistensinya. Maka dari itu, tampil perdana di acara yang mewah. Walau acaranya sendiri.
“Dulu memang belum maksimal dari pemainnya maupun tabuhan. Tapi alhamdulillah, 2020 ini bisa maksimal dan Ketika tampil di acara harlah. Juga sangat luar biasa kekompakannya,” ucap salah satu crew.
Alat-alat hadrah pun masih pinjam. Belum milik sendiri, mau beli sendiri juga melihat dari kegunaannya. Belum tentu seterusnya berguna. Paling-paling kalau ada undanga hajatan. Setelah itu Ashabul Qohwah mulai ada Job. Dan dikena oleh kalangan umum di sekitar Kota Bojonegoro.
“Baru saja kemarin hadrah ini diundang di acara penuntupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unugiri. Beberapa waktu sebelumanya, juga ada undangan di Boureno,” tuturnya.
Perkembangan mulai terlihat. Jika grup hadrah sudah banyak menempuh undangan. Bisa dipastikan hadrah itu tidak diragukan lagi. Mampu bermain secara profesional. Semoga tetap istiqomah, dari pergerakan menuju sholawatan.