Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Hantu Lucu yang Tak Berwajah

Chusnul Chotimmah by Chusnul Chotimmah
September 7, 2019
in Cecurhatan
Hantu Lucu yang Tak Berwajah
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Orang mungkin akan menertawakan apa yang kuceritakan, tapi percayalah bahwa hampir semua tawa muncul dari rasa sakit yang dialihkan. Seorang laki-laki bangun pagi-pagi sekali, atau lebih tepatnya hampir tidak tidur. Dia telah beranjak ketika teman sekamarnya masih sibuk tidur, lalu pergi ke kamar mandi di kosnya.

Sebuah kamar mandi kecil, kira-kira selebar 2×1 meter, yang digunakan berjamaah oleh 15 orang penghuni kos lainnya. Seperti biasa, laki-laki itu mengalungkan handuk di lehernya dan menenteng gayung berisi peralatan mandi.

Dia mandi di pagi yang masih begitu dingin itu, di saat penghuni lain masih sibuk membereskan tempat tidur atau bahkan tertidur. Ini sungguh di luar kebiasaan. Di dalam kamar mandi, laki-laki itu mulai menyiramkan air ke kepalanya. Anehnya hal itu dilakukan berkali-kali. Rupanya dia menangis, dan berniat menyembunyikan tangisannya dari semua orang di kos.

Tengah malam sebelumnya, dia kembali berkomunikasi dengan gadis yang begitu dia cintai. Si gadis merespon semua obrolan yang dia bawa ke kotak pesan. Hatinya senang sesaat, sebelum akhirnya gadis itu bertanya satu hal, “tempo hari sepertinya kamu sudah punya pacar, Mas? Sudah putus?”

Mengambil nafas sejenak, memikirkan yang seharusnya dia katakan untuk menjawab. “Sudah, aku pacaran sama dia supaya bisa melupakan kamu.” Tak melihat respon dari si gadis, laki-laki itu menambahkan penjelasan. “Aku tahu itu salah, makanya kuakhiri segera. Harusnya tidak kulakukan.”

Gadis itu masih terlihat online dalam kotak pesan mereka berdua. Beberapa menit kemudian dia terlihat mengetik, tapi yang masuk ke dalam kotak pesan adalah gambar. Foto tangan laki-laki dan perempuan berpegangan. “Aku sudah dekat dengan orang lain.”

Si laki-laki terkejut membaca pesan itu. Bagaimana mungkin, baru hari ini mereka aktif berkomunikasi kembali dengan baik, setelah sekian lama bahkan tak bertukar kabar, tapi diam-diam saling memperhatikan. Dia terdiam lama, tidak tahu harus membalas apa.

Melihat teman kosnya telah tidur, dia mengambil guling yang digunakannya sebagai bantal untuk menutup muka. Ada lelehan air mata. Gadis itu adalah gadis yang teramat dia cintai. Tidak terhitung berapa banyak cara dia tempuh untuk melupakan gadis itu, tapi hasilnya nihil.

Bahkan melanggar pantangannya untuk mempermainkan hati perempuan, ia lakukan agar bisa melupakan gadis itu. Sekarang terlambat, gadis itu sudah bersama dengan laki-laki lain.

Membiarkan air matanya lesap ke bantal, dia membalas, “baiknya aku nggak menghubungimu lagi. Kamu sudah dekat dengan orang lain.”
Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, dan komunikasi itu berhenti. Tidurnya tak tenang semalaman. Salah. Sepagian. Sampai adzan subuh berbunyi, dia memutuskan untuk berangkat mandi.

Menangis mungkin adalah satu proses meluapkan emosi yang kadang tidak bisa dikontrol oleh manusia. Di tengah tangis yang ia coba tutupi itu, suara isaknya terdengar di kamar mandi sebelah. Teman kosnya sedang melakukan ritual pagi mengosongkan isi perut. Isak tangis di pagi yang masih buta itu membuyarkan lamunan teman kosnya.

Laki-laki itu menyabun mukanya, masih dalam keadaan menangis. Lalu gosok gigi dengan paduan isak tangis yang coba ditahan. Ada suara aneh yang dihasilkan dari perpaduan gesekan sikat gigi dan isak tangis yang lebih menyerupai cegukan.

Merasa merinding karena tidak mungkin ada yang mandi sepagi itu, teman kos laki-laki itu menyudahi ritual mengosongkan perut. Dia buru-buru kembali ke kamarnya karena suasana kos masih terlalu sepi. Kamar-kamar lain masih tertutup. Sesaat setelahnya, laki-laki itu keluar dari kamar mandi. Merasa tidak enak hati, dia memutuskan untuk kembali tidur.

Hari sudah siang ketika berita mengenai hantu di kamar mandi menyebar di seluruh penjuru kos. Adalah Banu, laki-laki yang bangun untuk mandi di pagi hari itu, yang mendapat kabar paling akhir. Melihat berita terlanjur menyebar dan membuat heboh seisi kos, dia memutuskan untuk diam saja, pura-pura menguap untuk berpamit kembali tidur.

“Lha, mau kemana, Ban?” tanya Tomi, teman kos yang menjadi saksi bunyi tangis pagi itu.

“Tidur. Nggantuk.”

“Matamu merah. Begadang semalaman ya?”

Banu tetap melangkahkan kaki pergi sembari melambaikan tangan membelakangi teman-temannya. Dia tahu pasti, mereka yang sedih hatinya menghibur diri dengan tidur yang banyak. Hari itu dan dua hari selanjutnya dia bolos kuliah. Dia hanya tidur berhari-hari di kamar.

Heran akan tingkah laku Banu, Adi memberanikan diri untuk memegang keningnya. Tidak terasa panas. Dia menepuk pelan lengan Banu yang masih tidur, “Ban, kamu sakit?” tapi tak ada respon yang diberikan Banu.

Merasa takut terjadi apa-apa dengan Banu, Adi menceritakan kondisi Banu pada Tomi. Kesalahan besar adalah memberikan ruang bagi Tomi untuk merancau. Dia segera memanggil ulang ingatannya soal bunyi isak tangis di kamar mandi. Suara aneh yang dia temui beberapa waktu lalu. “Gawat, Di. Jangan-jangan Banu kerasukan setan kamar mandi?”

“Jangan ngawur. Kerasukan itu dia ngomong melantur, bersikap aneh, atau marah-marah. Ini tu si Banu Cuma diem berhari-hari. Tidur terus, tapi badannya nggak panas.”

“Kerasukan itu kan macam-macam, Di. Tergantung yang merasuki. Kalau yang merasuki setannya sedang marah, ya dia marah-marah. Kalau yang merasuki setannya sedih, ya dia hanya mengurung diri. Kamu ingat apa yang kudengar di kamar mandi?”

“Suara orang menangis.”

“Betul. Berarti setannya lagi sedih. Bisa jadi Banu dirasuki setan yang lagi nangis itu. Coba kamu cek, apa dia nangis atau tidak? Perhatikan ujung mata, atau raba bantalnya.”

Adi mulai manggut-manggut mendengarkan cocokologi dari Tomi. Dia segera kembali ke kamarnya, melihat Banu dengan tatapan penuh rasa iba. Ketika Banu berganti posisi, dari yang menghadap ke pintu menjadi menghadap ke tembok, Adi terperanjat takut. Takut jika yang diomongkan Tomi benar adanya.

Pelan, sambil mengucap bismillah, Adi meraba bantal Banu, dan benar saja basah. Entah yang dipegangnya benar airmata atau bekas liur Banu saat tidur mendengkur, itu sama sekali tak terpikir oleh Adi. Dia seketika berlari ke luar menuju kamar Tomi. “Tom! Bener, Tom! Bener! Bantalnya basah.”

Dengan reaksi yang tak kalah heboh, Tomi juga melompat. “Gawat. Ayo ke orang pinter, Di. Kalau lama-lama kesurupan, si Banu bisa aja mati.”

Dengan motor butut Honda Astrea, peninggalan Ayah Tomi, mereka berdua segera mencari orang pintar di sekitar kos. Mereka tahu satu Kyai paling disegani di kompleks itu, Mbah Saman namanya. Lelaki berperawakan kurus, tinggi, hitam itu turut kaget dengan kedatangan dua bocah yang menunggangi Honda Astrea.

Tidak butuh waktu lama untuk Tomi bercerita pada Mbah Saman. Bakat sok tahu yang didukung imajinasi dan kemampuan mendramatisir yang baik itu dapat menjelaskan kejadian dari A hingga Z tanpa meminum air mineral yang disuguhkan.

Adi yang menyaksikan sendiri keadaan Banu justru hanya manggut-manggut. Lepas mendengarkan gejala-gejala itu, si Kyai dan kedua anak muda itu langsung menuju ke kos. Melihat Adi dan Tomi datang bersama seorang Kyai, kos menjadi ramai seketika.

Hampir seluruh penghuni keluar kamar untuk menyaksikan apa yang sedang terjadi. Mereka beramai-ramai membuntuti tiga orang itu, Adi, Tomi, dan si Kyai.

“Ada apa, coy?”

“Nggak tahu. Ini ada Mbah Saman, Kyai RT sebelah.”

“Ngapain ke sini? Siapa yg bawa?”

“Nggak tahu.”

Ketiga orang diikuti kerumunan anak kos itu sampai di depan pintu kamar yang dituju. Ada Banu yang baru saja bangun dari tidurnya dan tepat terhenti ketika Banu menguap. Semua orang tertegun melihat Banu, sama halnya dengan Banu. Hampir seluruh penghuni kos saling melempar tanya. Cuma Adi dan si Kyai yang memandang ke arah Tomi sambil meminta penjelasan.

“Kukira kamu kerasukan, Ban.”

Tags: Fiksi Akhir Pekan

BERITA MENARIK LAINNYA

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)
Cecurhatan

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo
Cecurhatan

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan
Cecurhatan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021

REKOMENDASI

Al-Khabiburosul dan Kegigihan Mempertahankan Budaya Sholawat (4)

Al-Khabiburosul dan Kegigihan Mempertahankan Budaya Sholawat (4)

April 16, 2021
Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini (3)

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini (3)

April 15, 2021
Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

April 14, 2021
Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved