Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI berulang tahun ke-89 pada 19 April 2019 ini. Ulang tahun ke-89 PSSI ini hendaknya jadi momentum lembar baru sepakbola Indonesia yang lebih bersih dan bermartabat.
PSSI didirikan pada 19 April 1930 di Yogyakarta. Pendirian organisasi PSSI sendiri diprakarsai oleh Ir. Soeratin bersama dengan perkumpulan (bond) atau klub sepakbola yang ada di Indonesia.
Bond atau klub sepakbola yang ikut berperan dalam berdirinya PSSI adalah Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Persis Solo, PPSM Magelang, PSM Madiun dan PSIM Yogyakarta.
Setelah berdiri pada 1930, PSSI menjelma jadi organisasi yang mampu menyatukan pencinta olahraga sepakbola di zaman penjajahan. Sejumlah klub atau tim pun terus muncul dan jadi bagian dari PSSI di pra dan pasca kemerdekaan Indonesia.
Sampai saat ini, PSSI telah jadi induk bagi ratusan klub professional dan amatir di seluruh Indonesia.
Sebagai induk dari olahraga paling populer di Indonesia, PSSI memang sering mendapatkan sorotan publik. Hal itu membuat gerak-gerik atau manuver yang dilakukan oleh PSSI jadi perhatian. Seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini.
Sejumlah kasus yang mencoreng persepakbolaan nasional terjadi selama 6 bulan terakhir ini. Kasus pengaturan skor, mafia pertandingan, hingga suap kepada wasit atau pemain seringkali terjadi. Puncaknya ketika beberapa petinggi PSSI terlibat dalam masalah hukum karena dianggap punya peran dalam mengatur skor pertandingan.
Akibat kasus pengaturan skor tersebut, sejumlah petinggi PSSI ditangkap oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia melalui Satgas Anti Mafia Bola. Beberapa nama yang ditangkap adalah Nur Hidayat dan Dwi Irianto alias Mbah Putih.
Dan yang paling baru ada Djoko Driyono yang ditangkap saat menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, menggantikan Edi Rahmayadi yang mengundurkan diri.
Pengamat sepakbola lokal asal Bojonegoro, Harno Pratomo mengungkapkan bahwa masalah terbesar bukan berada pada organisasi PSSI itu sendiri. Melainkan individu-individu yang ada di dalamnya.
“Seperti yang sudah saya katakan dari dulu, yang sakit itu bukan rumahnya, tapi penghuninya. Semoga di ulang tahun ke-89 ini PSSI jadi lebih baik,” ujar Harno kepada Jurnaba.co
Apa yang dikatakan oleh Harno Pratomo memang terbukti kebenarannya. Fakta bahwa banyak pengurus dan petinggi PSSI yang terlibat dalam kasus hukum menjelaskan persoalan pelik yang menjangkiti PSSI selama ini.
Terutama kasus pengaturan skor yang sedang ramai diperbincangkan oleh publik dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.
Ini adalah saat yang tepat untuk pembaharuan di tubuh PSSI. Berbagai kasus hukum yang menimpa pengurus PSSI wajib dijadikan sebagai pembelajaran.
Saatnya membersihkan rumah yang sudah sangaSaatnya membuka lembaran baru untuk sepakbola Indonesia yang bersih dan bebas dari mafia pengaturan skor.
Suporter dan pencinta sepakbola di seluruh Indonesia juga bisa berperan aktif untuk memperbaiki PSSI. Para suporter bisa mendeasak pengurus klub yang punya suara untuk melakukan perubahan signifikan di tubuh PSSI.
Perubahan atau revolusi di tubuh PSSI harus dilakukan secara kolektif. Jangan kira suporter atau pendukung tak bisa berperan dalam revolusi PSSI. Suporter punya peranan yang cukup besar dalam membuat PSSI jadi lebih baik.
Sinergi dari beberapa pihak adalah solusi untuk membuat PSSI lebih baik. Kerja sama antara suporter, pengurus klub dan pengurus PSSI di daerah punya potensi besar dalam melakukan perombakan total di dalam tubuh organisasi PSSI Pusat. Harapannya, carut marut di dalam tubuh PSSI bisa hilang dan terselesaikan.
Selamat ulang tahun ke-89 PSSI. Panjang umur dan semoga kembali sehat seperti yang dahulu!