Kabar baik nih Nabs, buat sepakbola Bojonegoro. Awal Desember ini, PSSI pusat mengadakan kursus kepelatihan Lisensi D Nasional di Bojonegoro. Program ini didukung oleh federasi sepakbola Jerman dan Australia lho Nabs. Seperti apa sih kursus kepelatihan PSSI di Bojonegoro? Yuk cari tahu.
Stadion Letjen H. Sudirman, Bojonegoro nampak ramai sore itu. Sejumlah orang sedang sibuk berdiskusi di tengah lapangan hijau. Saat itu memang sedang ada sesi praktek dalam kursus kepelatihan lisensi D dari PSSI.
Ada dua instruktur yang hadir di sore yang mendung tersebut.Mereka adalah Joko Susilo, eks pelatih Arema FC dan Jessie Mustamu, eks pemain timnas Indonesia yang sekarang berkarir di dunia kepelatihan. Keduanya menjadi instruktur atau mentor dalam program yang dihelat oleh PSSI pusat tersebut.
Joko Susilo dan Jessie Mustamu merupakan intruktur yang sudah memiliki lisensi A AFC. Menurut tingkatannya, level kepelatihan di Indonesia bisa dibagi menjadi 5. Tingkatannya berturut-turut dari bawah adalah lisensi D nasional, C AFC, B AFC, A AFC dan juga Pro AFC.
Kursus ini dilaksanakan selama satu minggu penuh. Mulai 3 hingga 9 Desember 2019. Ada tiga sesi yang dilangsungkan setiap harinya. Pertama, praktek lapangan pada pagi hari di stadion Letjen H. Sudirman. Diteruskan dengan pemberian materi teori di ruang pertemuan Hotel MCM. Kemudian ditutup dengan praktek kembali di stadion.
Puncak kegiatan ini adalah Festival SSB yang diselenggarakan pada hari Minggu (9/12/2018) di stadion Letjen H. Sudirman. Festival tersebut dihadiri oleh anak-anak SSB berusia di bawah 13 tahun, dari kabupaten Bojonegoro.
Menurut staf Asprov PSSI Jatim, Fawaid, kursus kepelatihan ini dikhususkan untuk guru olahraga di tingkat SD dan SMP. Hal itu dikarenakan PSSI menjalin kerja sama dengan dinas pendidikan. Namun ada pula peserta dari umum maupun pelatih SSB yang belum memiliki lisensi D.
“Kami bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk kursus kepelatihan ini. Sehingga, lebih banyak guru olahraga yang ikut. Tujuannya agar materi tentang sepakbola di Indonesia bisa dimunculkan pada pelajaran sekolah,” ungkap Fawaid ketika ditemui di stadion Letjen H. Sudirman.
Program ini juga didukung federasi sepakbola Jerman (DFB) dan Australia (FFA). PSSI memang sering menjalin kerja sama dengan federasi Negara lain dalam hal pembinaan pemain muda dan juga kepelatihan.
Total peserta yang mengikuti kursus kepelatihan ini adalah 30 orang. Rinciannya 20 orang berprofesi sebagai guru olahraga dan sisanya dari umum.
Salah satu peserta yang ikut kepelatihan tersebut adalah mantan pemain Persibo Bojonegoro, Achmad Aries Tuansyah. Pemain yang dulunya berposisi sebagai bek tengah tersebut ingin menjalani karir baru sebagai pelatih sepakbola. Menurutnya, banyak ilmu baru yang didapatkan selama menjalani kursus kepalatihan lisensi D PSSI ini.
“Saya dapat pemahaman-pemahaman baru tentang kurikulum baru sepakbola Indonesia. Sangat terasa antara metode lama dengan yang baru,” ungkap mantan kapten Persibo tersebut.
Salah satu materi utama yang diberikan pada kursus kepelatihan ini adalah tentang filosofi sepakbola Indonesia atau Filanesia. Filanesia merupakan filosofi yang dibuat untuk mengembangkan karakter khas sepakbola Indonesia. Selain itu, Filanesia juga berperan sebagai fondasi sepakbola Indonesia bagi pembinaan usia dini dan juga professional.
“Filanesia sangat penting agar sistem pembinaan usia muda kita menjadi teratur. Tujuan utamanya tentu membawa sepakbola kita ke level yang lebih tinggi lagi,” ungkap Jessie Mustamu yang menjadi intruktur pada kursus kepelatihan di Bojonegoro ini.
Kursus kepelatihan lisensi D Nasional ini bertujuan untuk mencetak pelatih muda berbakat. Dengan semakin banyaknya pelatih muda berlisensi di Bojonegoro, pembinaan usia muda diharapkan bisa lebih berkembang lagi.
Semoga kursus kepelatihan lisensi D Nasional ini bisa berdampak bagi persepakbolaan Bojonegoro. Siapa tahu salah satu orang yang ikut kursus kepelatihan di Bojonegoro ini nantinya bisa melatih timnas Indonesia ya Nabs. Xixixi~
Comments 3