Cinta bukanlah investasi yang bisa dihitung untuk keuntungan atau bukan. Apalagi sekadar kepentingan suargone ndunya.
Dunia maya menjadi ruang gerak baru. Media sosial bisa menjadi wadah untuk cecurhatan. Buktinya, banyak akun alter base menampung dan berbagi cecurhatan. Misalnya akun “automenfess”, atau masih banyak yang lain juga.
Bagi seorang pemalu bisa menggunakan akun anonim. Akun semacam itu biasa disebut akun alter. Gampangnya, akun alter adalah akun yang dibentuk dengan karakter berbeda dari pengguna aslinya. Akun semacam ini tentu lebih leluasa dalam berinteraksi. Pasalnya, identitas asli tidak diketahui.
Keleluasaan ini membuat penggunanya lebih blak-blakan saat curhat. Bahkan, bukan hanya pada alter base. Seperti akun penyedia informasi keuangan @BigAlphaID sempat berbagi pula. Itu diposting Sabtu (11/1/2020) pagi.
Seorang anonim menceritakan pengalaman cintanya. Dia menjalani Long Distance Relationship (LDR) antara Jakarta-Bandung. Hubungan itu dia jalani selama empat tahun. Hingga akhirnya putus.
Setelah itu, dia sempat iseng untuk menghitung biaya selama berpacaran. Bolak-balik Jakarta-Bandung untuk apel dan kencan. Selama itu, tentu dia mengeluarkan biaya. Mulai dari kendaraan, hotal hingga makan-minum. Semua itu dia hitung.
Akhirnya, dia menemukan jumlah yang sangat fantastis. Biaya yang dia keluarkan selama LDR mencapai 64 juta rupiah. Dan akhirnya, takdir mengetok palu untuk memisahkan pasangan itu. Patut disayangkan. Dia dipaksa untuk menerima kenyataan pahit.
Semakin pahit ketika tahu menghabiskan biaya sebesar itu. Investasi cinta sebesar itu tidak membawa pada pelaminan. Dia merasa investasi cinta ternyata mahal banget. Loh, investasi cinta? Berarti, cinta adalah keuntungan yang bisa didapatkan pada kemudian hari. Tepatnya, investasi cinta atau investasi bodong?
Sutradara kondang asal Yogyakarta, Fajar Nugros turut mengomentari kasus tersebut. Melalui akun twitternya, dia berkomentar “Itu gimana sih, cinta kok diitung gitu?”.
Kalau perjalanan cinta dianggap sebagai investasi, tentunya terasa aneh. Masa biaya perawatan cinta dihitung, malah dianggap sebagai invetasi. Itu cinta atau start up?
Angka rugi dari investasi sudah cukup membuat hati kecewa. Apalagi menjadi korban penipuan semacam investasi bodong. Terang saja rasa pahit dirasakan di hati. Malah, akan membuat semakin kecewa.
Cinta bukanlah investasi yang bisa dihitung untuk keuntungan atau bukan. Apalagi sekadar kepentingan dan orientasi suargo ndunya yang nikmatnya cuma sepersekian angan-angan.
Menurut dalang kondang Sudjiwo Tedjo, cinta itu suci dan kudus. Cinta tidak bisa dihitung melalui modal. Misalnya pengorbanan demi cinta. Ketika merasa berkorban, cinta itu mulai pudar.
“Cinta tak perlu pengorbanan. Ketika kau merasa berkorban, cintamu mulai pudar. Begitu kau merasa berkorban, bullshit cintamu,” kata Presiden Jancuker tersebut saat menjadi pembicara di TedX Bandung.
Menurutnya, cinta itu tidak bisa dihitung. Bahkan dengan pengorbanan. Hal semacam itu ialah kalkulasi, perhitungan dalam konsep matematika. Cinta ya cinta aja. Dianggap investasi jelas kesalahan. Pasalnya, di dalam cinta tidak ada keuntungan, tetapi kenikmatan.
“Yang ada pengorbanan adalah kalkulasi. Cinta itu tidak ada karena-karena,” lanjut Sudjiwo Tedjo.
Sungguh merugi bagi orang-orang yang bercinta sebagai pengelolaan investasi. Jelas sekali itu investasi bodong. Cinta tidak bisa dihitung secara matematika. Jelas sekali tidak ada nilai keuntungan di sana.
Patah hati pasca putus sungguh membuat dunia menghitam. Masa mau ditambah lagi dengan kerugian materi? Itu mah menggarami luka. Barang siapa menganggap cinta adalah investasi, dia akan merasakan kerugian yang amat mendalam. Rugi materi dan rugi hati.