Pasar Jetak yang terletak di dekat Bunderan Globe Kota Bojonegoro sempat berjaya di tahun 1980-an. Kini, kondisinya sangat sepi dan hanya sedikit orang yang menyadari keberadaannya.
Mungkin banyak yang belum tahu jika ada pasar di kawasan bunderan Jetak, Bojonegoro. Pasar tradisional ini memang tak sebesar Pasar Kota atau Pasar Banjarejo. Tapi, tahukah kamu bahwa Pasar Jetak pernah berjaya di tahun 80-an silam?
Jurnaba.co berkesempatan untuk datang ke pasar tradisional Jetak. Pasar yang pernah jaya di tahun 80-an ini sekarang sepi pengunjung. Tapi masih terlihat 3 orang pedagang yang bertahan. Dari ketiga pedagang itu macam-macam jualannya. Mulai dari sayur mayur, buah pisang, dan sembako.
Ibu Rukayah adalah satu penjual di pasar Jetak. Beliau bercerita tentang masa kejayaan pasar Jetak. “Dulu di sini banyak orang yang dagang, pembeli pun juga senang karena pilihannya banyak”, Ujar Rukayah.
Ibu yang sehari-hari jualan sembako ini mengungkapkan, penyebab pasar ini tidak banyak pengunjung, satu di antara alasannya adalah banyaknya bakul blonjo keliling.
Itu disinyalir jadi penyebab utama sepinya pasar. Sebab, jika dulu banyak ibu-ibu yang belanja ke pasar, saat ini banyak pedagang sayur yang menjemput konsumen ke rumah-rumah.
“Kalau sekarang orang lebih suka belanja di halaman rumah, biasanya rengkek sayur sudah ngelapak di situ, jadi pembeli tidak repot-repot harus ke pasar”, tandas Rukayah.
Penjual sayur keliling mulai bermunculan pada 2004. Dampaknya, penjual sayur di Pasar Jetak kian sepi. Mengingat, mayoritas yang dijual di pasar ini adalah sayuran. Sehingga, sepinya pasar menjadi sebuah keniscayaan.
Salah seorang penjual pecel di area luar pasar, Mbah Jasman berkisah tentang masa emas Pasar Jetak zaman dulu. Hampir 30 tahunan lebih, Mbah Jasman sudah bertempat di area pasar.
Perempuan 65 tahun itu tahu tentang bagaimana kisah perjuangan pasar tradisional itu, dari mulai jaya sampai dengan keadaan sepi seperti saat ini.
“Ini dulu tanah pribadi milik almarhum Lurah Paejan, yang sekarang diturunkan ke cucunya”, kata Mbah Jasman.
Sampai sekarang, kata dia, anak cucunya tidak berani mengotak-atik tanah pasar tersebut. Sebab, memang Almarhum dulu ikhlas untuk menghibahkan tanah demi masyarakat agar bisa membantu ekonomi mereka.
Pasca banjir 2007 menjadi cikal-bakal penyebab menyusutnya perputaran ekonomi di Pasar Jetak. Di mana, banyak infrastruktur tidak layak lagi digunakan.
Pasar Jetak ini, konon kabarnya pernah ada rencana untuk dibuat taman. Pemerintah Daerah sempat melirik kawasan ini. Meski, hingga kini belum terlihat ada realisasi.
Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan Pemda menjadikan Pasar Jetak sebagai kawasan RTH. Di antaranya, pasar tersebut sudah tidak berfungsi maksimal. Artinya, saat ini hanya ada sejumlah pedagang saja.
Pasar Jetak yang berlokasi di Kelurahan Jetak merupakan aset Kelurahan yang akan dibebaskan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) melalui Bagian Perlengkapan untuk dijadikan RTH berupa taman baru di kawasan perkotaan.
“Sistemnya nanti seperti apa tergantung dari hasil pembicaraan dari Bagian Perlengkapan dengan pihak kelurahan dan persetujuan DPR. Setelah ada pelimpahan ke Pemkab baru nanti akan dijadikan kawasan ruang terbuka hijau,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro, Nurul Azizah.
Namun karena sengketa lahan yang belum bisa diselesaikan, pelaksanaan pembangunan taman masih dalam ranah perencanaan.
Saat ini, pasar yang terletak di dekat bunderan Globe Jetak itu memang masih ada. Namun, kondisinya sangat sepi. Hanya beberapa pedagang saja yang terlihat masih berjualan.