Jika hari ini kamu merasa amat casual-edgy dengan indie-senja-kopi beserta nuansa suram melankolis yang tak pernah absen menghiasi laman instagramu; sebentar lagi, itu semua akan menjadi alay di mata orang lain.
Tampil berbeda menjadi sebuah citra yang banyak diupayakan anak muda pengguna medsos melalui style casual dan edgy, agar tak terlihat pasaran dan mainstream. Tapi, tampil begitu juga amat tricky bagi para pelakunya.
Saat ini, konsep tampil berbeda diimani dengan mengunggah gambar cangkir kopi dan sunset jejinggaan dengan caption melankolis, sembari tak lupa mendefinisikan diri sebagai pembenci kapitalisme, dan, tentu saja, merasa diri amat edgy sekali.
Konsep tampil beda juga dilakoni dengan mengenakan totebag dan kaus bergambar figur tertentu sambil meyakini bahwa si pemakai kaus sudah melakukan perlawanan terhadap sistem, membenci kapitalisme, dan merasa diri amat casual sekali.
Namun belakangan, keinginan menjadi edgy dan casual dan tampil beda dimiliki oleh setiap kepala. Semua ingin tampil beda dengan cara yang amat edgy dan casual khas muda-mudi millenial yang enggan dianggap pasaran.
Sialnya, casual dan edgy dan tampil beda menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah komoditas mainstream yang amat menggiurkan dalam konteks kapitalisme: sesuatu yang konon amat dibenci para milenial casual dan edgy itu sendiri.
Usaha cafe kopi senja, usaha ruang tongkrongan indie, usaha totebag, dan usaha pernak-pernik fashion so called anti-mainstream, barangkali adalah pihak kapitalis yang paling diuntungkan untuk melanggengkan citra casual dan edgy para millenial.
Millenial edgy dan casual yang konon selalu ingin tampil beda dan anti menye-menye dan cool dan amat membenci aturan dan kapitalisme, sesungguhnya telah secara implisit bermetamorfosis jadi mainstream biasa dan tak sadar telah jadi bagian dari hegemoni kapitalistik itu sendiri.
Disitu letak tricky-nya, membenci sekaligus menikmati dan memberdayakan. Ekslusif namun tak lagi tampil berbeda.
Mempertahankan style casual dan edgy dalam kelas sosial yang lebih kece, bahkan menjadi sesuatu yang fana dan sementara. Hegemoninya tidak akan pernah mapan karena selalu bergerak-gerak dan berubah-ubah.
Indie, hipster, senja, casual, edgy, hip-hop, hardcore, underground atau underestimate sekalipun, kelak bakal menjadi konsep mainstream pada waktunya. Sebab selalu melahirkan post-post, pasca-pasca yang tak pernah usai.
Kini dan entah kelak sebentar lagi, cangkir kopi indie, senja muram dengan caption melankolis, hingga style casual-edgy bakal dicap sebagai sesuatu yang alay karena terlalu banyak diminati. Terlalu mainstream dan terlalu pasaran.
Seperti kata Antonio Gramsci, hegemoni menjadi proses berkelanjutan antara pembentukan dan penggulingan keseimbangan yang tidak stabil, keseimbangan di mana kelompok dominan hadir, namun hanya pada batas-batas tertentu.
Hegemoni, merupakan dominasi suatu kelas sosial terhadap kelas sosial lain di dalam tatanan masyarakat, melalui hegemoni budaya. Yang mana, pandangan kelompok tertentu menjadi norma budaya umum tanpa paksaan, dan norma umum yang terbentuk ini, kemudian menjadi ideologi dominan. Sehingga yang awalnya ekslusif bakal jadi dominan.
Jadi, jika hari ini kamu sudah merasa amat casual-edgy dengan indie-senja-kopi beserta nuansa awan suram hitam melankolis yang tak pernah absen menghiasi caption instagramu; sebentar lagi, semua itu akan menjadi alay di mata orang lain.
Serupa seperti saat kita melihat foto generasi orang tua zaman dahulu. Meski sesungguhnya waktu berpose mereka sudah merasa edgy senja dan kopi, di mata kita saat ini, itu semua tampak lucu dan hehe sekali.