CARA-melakoni liburan dengan ringan kaki dan semangat beraktivitas, hakikatnya adalah ikhtiar menjadikan waktu jadi lebih positif. Seperti apa potretnya?
Minggu (7/7/24), saya menghadiri undangan menjadi juri kegiatan Pekan Olahraga dan Seni Antar Santri Diniyah Takmiliyah (Porsadin) Kecamatan Baureno.
Perlombaan di sana megah dari sisi pagelaran. Panitianya saja full dress, berseragam lengkap jas, dasi, pecis, dengan warna yang sama. Adapun untuk ibu-ibu, juga tidak kalah menawan berseragam dengan setelan motif khas pula.
Selain berseragam, terdapat pula acara pembukaan yang di dalamnya ada sambutan Ibu Lurah Tlogoagung, kemudian dilanjut Ketua DPAC FKDT Baureno.
Para juri cabang perlombaan juga diminta berada di depan santri Madin yang berdiri berbaris rapi saat upacara pembukaan. Saya juga ikut berada di barisan depan, dan itulah indikator kemegahan yang saya maksud.
Mampir Sor Tower
Sebagai informasi, telah dua kecamatan yang meminta saya menjadi dewan juri. Satu di Kecamatan Kanor, lalu kedua Baureno dengan cabang lomba sama, yakni Puisi Islami.
Setelah selesai penjurian, sebelum waktu zuhur tiba, saya pamit kepada panitia. Itu karena, pasca itu saya masih ada acara membersamai teman-teman pers mahasiswa yang sedang menyelenggarakan kegiatan.
Sebelum sampai kampus, saya mampir ke basecamp teman-teman Alumni Attanwir tahun 2000, yaitu ruko pojok di Sumuragung bawah tower. Teman-teman biasa menyebut dengan “Sor tower”.
Basecamp sor tower sendiri hampir tidak pernah sepi. Ia selalu menjadi magnet teman-teman melepaskan penat. Mulai dari sekadar ngopi, jagongan, transaksi, hingga istirahat alias tidur beneran. Semua dilakukan di sor tower.
Apalagi terdapat daya tarik Adam-Hawa, di mana penjual kopinya adalah perempuan yang masuk dalam radar “godaan” teman-teman. Artinya, kehadirannya menjadi tema penyemangat guyon sehari-hari untuk semangat plaur ke situ berkali-kali.
Ketika mampir, saya sekalian nunut sholat zuhur. Kemudian menghabiskan secangkir kopi ireng, sambil meninggalkan sebungkus rokok “oleh-oleh juri” kepada teman-teman. Tujuannya, agar bisa dihisab bersama-sama.
Itu karena, saya tidak merokok. Tapi, tidak menolak bila ada yang memberi. Penyalurannya, saya berikan kepada ahlul qahwah wad dukhan.
Acara Kampus
Setelah kopi habis, saya kemudian melanjutkan agenda ke kampus. Saya menyadari, belajar di waktu siang, ditambah hari libur, memang membutuhkan semangat tersendiri. Terlebih, acaranya adalah pelatihan jurnalistik tingkat lanjut (PJTL).
Terlihat, beberapa anak-anak sudah pulang sebelum kegiatan berakhir. Secara sederhana tidak masalah. Saya hormati hak mereka untuk pulang lebih awal.
Bagi saya, belajar menulis bila tidak muncul semangat dari dalam akanlah berat. Apalagi bila kemudian didukung semangat eksternal yang nihil, dengan fakta langkanya pribadi yang senang menulis terlihat di sekeliling kita.
Andaikata kita melihat orang asyik mendelengi gadget untuk menulis, tentu karya tulisnya akan malang-melintang publis setiap saat di media cetak hingga online.
Hanya saja fakta yang ada, gadget yang dimiliki baru difungsikan menimpali chatting, main game, hingga coba-coba judi online (Judol) yang akhir-akhir menjadi tranding topik.
Kembali pada kegiatan PJTL, tidak saya permasalahkan berapa yang ikut. Yang hadir siang ini, saya nilai sebagai pejuang. Yakni, pejuang bagi dirinya sendiri agar kelak bisa dilirik orang lain. Oleh karena, kompetensi jenis tulisan apapun telah dipersiapkan dengan cara dipelajari sekarang.
Inti benang merah sebagaimana paragraf barusan, juga saya pertegas kala menyampaikan paparan materi opini yang menjadi bagian saya.
Perihal menulis, bila tidak sering dipraktikkan, sulit bin tidak bisa. Artinya, tidak bisa menulis jenis opini, features, news, puisi serta jenis lainnya akan terwujud.
Semakin banyak mencoba, jenis kepenulisan yang belum bisa akan semakin dilahap menjadi terkuasai dengan baik.
Waktu Positif
Ketersambungan dua acara yang berbeda tersebut, hakikatnya menyelipkan pesan, waktu yang hadir bisa kita siasati untuk melakukan hal positif. Menjadi juri satu sisi dan menjadi pemateri pada sisi yang lain.
Jamak diketahui dan terkadang bila khilaf kita praktikkan, libur identik dengan tidak ngapa-ngapain. Scroll gadget ke atas-bawah di kamar, hingga loss tidur sepuasnya. Akhirnya, renungan kecil yang menyala semoga ada guna. Amin.
*Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri Bojonegoro.