Semesta besar ternyata bisa diukur dan dianalisis dari semesta kecilnya. Karakter seseorang bisa dilihat dari kondisi paling sepele dan terdekat dari dirinya. Misal, kamar tidur.
Saya pernah mengalami episode hidup dalam sebuah gothakan (kamar) ukuran 2,5×2 meter yang dihuni sebanyak 5 orang. Tentu saja, kamu bisa membayangkan betapa sumpeknya di dalam ruangan tersebut saat semua penghuni datang lengkap.
Di dalam kamar kami, asrama Jabal Nur, tak hanya dipenuhi pakaian kotor dan benda-benda rongsokan, tapi juga ada magic jar, kompor gas hingga lemari yang isinya sekadar kertas kusut bekas surat cinta yang tak terkirim ke penerimanya.
Di tempat itu, kami bisa tertidur dengan sembarang posisi. Tidur dalam kondisi duduk dan setengah berdiri pun bisa. Mungkin karena terlalu lama hidup di kamar tersebut; hingga kini, saya masih bisa tidur dengan posisi yang sulit sekalipun.
Kami, tak pernah terlihat membereskan kamar. Ruangan itu hanya kami gunakan untuk tidur dan berdiskusi, berdiskusi lalu ketiduran di tempat. Hingga melihat celana dalam atau kaus kotor atau kaus kaki bolong yang tersampir di sembarang sudut kamar, menjadi perkara lumrah di mata kami.
Dan, ya, saya bersama teman-teman penghuni kamar Jabal Nur tumbuh menjadi pribadi-pribadi kaku yang sulit diberi petunjuck. Suka telat saat menghadiri acara dan sering bangun kesiangan. Anehnya, sikap itu hampir dimiliki semua penghuni kamar.
Beberapa tahun setelah boyong dan menempati kamar tidur di rumah masing-masing, saya tercengang saat membaca sebuah artikel tentang kondisi kamar tidur yang berdampak secara langsung pada karakter penghuninya.
Profesor Ilmu Psikologi dari The University of Texas, Sam Gosling menyatakan, melihat kondisi kamar seseorang adalah cara paling efektif untuk mengenali sifat penghuninya. Sebab, di dalam kamar, bisa terlihat identitas, kebiasaan dan memori.
“Jika saya masuk ke dalam kamarmu, ada informasi (yang bisa dilihat) dari beberapa minggu, bulan atau tahun lalu.” Jelas Gosling seperti dikutip dari BBC.
Gosling memastikan jika informasi yang didapat dari kondisi tempat tidur, seringkali tak bisa dibuat-buat dan bisa menjadi indikator yang lebih bisa dipercaya tentang siapa sosok penghuni kamar tersebut.
Dari penelitian yang telah dilakukan Sam Gosling, karakter seseorang bisa dilihat dari cara dia menata kamar. Kondisi kamar yang berantakan, memiliki karakter yang sulit diarahkan dan sulit diandalkan.
“Rata-rata orang yang kamarnya berantakan dan kurang bersih cenderung kurang bisa diandalkan dan sulit diarahkan. Jadi mungkin saja dia sering terlambat atau mengerjakan tugasnya setengah-setengah dan tidak menyelesaikannya,” tegas Sam Gosling.
Wow! Wow! Wow! Saat membaca keterangan itu, saya langsung teringat kondisi kamar asrama kami dulu. Dan saya sangat membenarkan hasil penelitian Sam Gosling tersebut. Bahwa penghuni kamar yang berantakan cenderung tak bisa diarahkan, kaku dan sulit diandalkan.
“Jadi kalau kamar tidurmu berantakan, orang mungkin akan salah berasumsi tentang kepribadianmu yang sebenarnya,” imbuh Sam Gosling.
Dalam penelitiannya, orang yang masuk ke kamar tidur berantakan, secara otomatis akan berasumsi bahwa penghuninya sulit diatur, kurang baik dan kurang rasa simpati. Meski, karakter individu sesungguhnya tak seperti itu.
Tapi memang bisa saya benarkan. Lima dari lima penghuni kamar asrama kami dulu, semuanya tergolong pemuda yang sulit diatur, sulit diandalkan dan suka telat dalam berbagai macam hal. Baik telat menyelesaikan skripsi atau telat lulus kuliah atau telat menambatkan hati.
Untungnya, saat ini, para penghuni kamar asrama tersebut sudah punya kamar tidur sendiri-sendiri. Kamar tidur yang mutlak lebih rapi dan lebih bersih dan lebih tertata dibanding kamar tidur milik kami beberapa tahun silam.
Ohya, gimana kondisi kamar tidur kamu, Nabs?