Seorang siswi asal Gresik bernama Aeshnina Azzahra baru-baru ini diundang oleh Kedutaan Besar Jerman di Indonesia. Ashnina Azzahra diundang ke Kedubes Jerman karena surat buatannya yang dikirim kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel terkait sampah plastik.
Isu lingkungan selalu jadi perbincangan hangat di banyak negara dunia. Salah satu contohnya adalah isu tentang sampah plastik. Keberadaan sampah plastik dianggap sebagai pemicu perubahan iklim ekstrem di dunia.
Masalah sampah plastik dan perubahan iklim sempat dibahas aktivis lingkungan hidup asal Swedia, Greta Thunberg. Gadis muda itu dikenal karena kritik tajamnya tentang perubahan iklim. Itu terjadi saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB di New York (23/9/2019).
Di hadapan banyak pemimpin dunia, Greta berbicara mengenai kerusakan lingkungan yang terus terjadi. Kritikan tajam di KTT PBB itu membuat nama Greta Thuberg sempat jadi bahan perbincangan.
Tak cuma Swedia yang punya aktivis muda. Indonesia pun memiliki sosok seperti Greta Thuberg. Namanya Ashnina Azzahra atau akrab disapa Nina. Dia seorang gadis berusia 12 tahun asal Gresik, Jawa Timur.
Melansir Deutsche Welle, Nina melayangkan surat protes untuk Jerman. Melalui Kedutaan Besar Jerman, surat itu diserahkan pada Selasa (21/1/2020) pagi. Surat diberikan secara langsung dan diterima Duta Besar Jerman, Peter Schoof.
Surat tersebut berisi tentang protes impor plastik yang terjadi di Indonesia. Surat tulisan tangan Nina itu dibarengi dengan 200 tanda tangan petisi dari pendukungnya. Surat tersebut ditujukan kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel.
Siswi SMP Negeri 12 Gresik tersebut diundang untuk berdiskusi langsung. Nina dan Schoof membahas masalah plastik di laut Indonesia. Nina merasa prihatin akan kondisi tersebut.
Menurut Nina, banyak sampah plastik yang diselundupkan dari luar negeri. Baik Amerika, Australia dan Eropa, termasuk Inggris dan Jerman. Itu berdasar pengalaman yang dia alami.
“Pernah saya membeli ikan sungai di Pasar Rolak Songo dan ketika saya belah, saya menemukan mikroplastik di dalamnya. Saya tidak mau makan ikan yang makan plastik!” tulis Nina dalam suratnya, dikutip dari DW Indonesia.
Gadis asal Desa Bangun tersebut mengungkapkan 40 tahun Indonesia menjadi ‘tempat pembuangan sampah’. Khususnya bagi negara barat. Ini membuatnya merasa sedih.
Nina meminta agar Jerman berhenti mengirim sampah. Termasuk negara Eropa lainnya. Khususnya sampah plastik melalui laut Indonesia.
“Saya ingin masa depan saya lebih baik. Saya ingin Indonesia jadi bersih,” tulis Nina.
Nina melihat ada pengolahan daur ulang sampah plastik di Gresik. Itu bagus. Namun, terlalu banyak plastik juga tidak bagus. Meski terdapat nilai ekonomi bagi masyarakat. Tetap saja merusak lingkungan.
Duta Besar Jerman sepakat dan mengapreasi tindakan Nina. Keduanya memiliki pandangan yang sama. Bahwa kebiasaan produksi sampah plastik harus diubah. Daur ulang pun dianggap kurang solutif.
Kepedulian Nina terhadap lingkungan perlu disebarluaskan. Perlu adanya perhatian terhadap lingkungan. Perhatian ini juga butuh melibatkan generasi muda. Pasalnya, masa depan berada di tangan mereka.
“Kesadaran masyarakat terkait masalah sampah plastik di masa depan dapat meningkat,” tulis Schoof dalam pernyataan kepada DW Indonesia.
Sampah plastik adalah masalah pola pikir. Masyarakat dunia harus mengurangi konsumtifitas terhadap plastik. Bukan cuma para pegiat lingkungan dan warga yang terancam. Namun, negara industri harus turut bertanggung jawab.
Greta dan Nina adalah aktivis muda yang harus didukung. Krits dalam berpikir itu penting. Jangan menunggu tua. Selagi ada kesempatan, perubahan harus segera diwujudkan. Apalagi jika arahnya pada kebaikan.