Social distancing harus jadi momen kejayaan bagi kaum horizontal body alias rebahan. Sebab, virus rebahan konon bisa menangkal virus Corona. Mari kita merebah secara kaffah!
Virus corona yang disinyalir berasal dari kota Wuhan Tiongkok telah menginfeksi penduduk di 198 negara, termasuk Indonesia. Virus yang pertama kali muncul pada akhir tahun 2019 ini telah membuat geger negara di seluruh dunia.
Diketahui sejak awal Maret 2020, pandemi ini telah menyebar di wilayah Indonesia. Imbas dari fenomena tersebut adalah sebuah himbauan dari pemerintah untuk melakukan social distancing dan sementara berdiam diri di rumah.
Hal ini tentunya bertujuan agar penyebaran dari virus corona tidak meluas. Untuk mendukung langkah ini, banyak Sekolah dan Perguruan Tinggi yang meniadakan proses pembelajaran melalui metode tatap muka.
E-learning menjadi sebuah metode utama yang digunakan sebagai sarana pembelajaran berbasis online. Belum lagi ujian nasional (UN) yang menjadi patokan kelulusan bagi siswa ditiadakan dan kelulusan mereka diukur berdasarkan hasil nilai raport.
Tentunya hal seperti ini membuat kalangan siswa dan mahasiswa memiliki lebih banyak waktu luang di rumah. Umumnya mereka menggunakan waktu luang ini dengan berleha-leha dan rebahan ditempat tidur.
Bagi mereka yang memiliki bakat kebiasaan rebahan, ini merupakan waktu yang mereka tunggu-tunggu. Belum lagi tidak menentunya batas waktu social distancing membuat kaum-kaum rebahan ini semakin inovatif gabut.
Hal ini terbukti dari banyaknya unggahan story baik di WhatsApp maupun Instagram yang menunjukan betapa gabutnya mereka di rumah. Seperti fenomena unggahan story yang sempat ramai kemarin di WA tentang challenge menangkap gambar ayam, dan yang berhasil akan dipost fotonya di story.
Padahal banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan oleh mereka, meskipun berada di dalam rumah. Tapi itu juga sudah positif sih, daripada keluyuran. Seperti halnya membaca buku-buku yang berguna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mereka.
Menurut UNESCO pada tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni 0,001%. Seharusnya waktu social distancing ini bukan hanya digunakan untuk menjaga jarak dengan dunia luar, tapi juga sebagai upaya menjaga jarak dengan kebodohan.
Selain itu, membersihkan rumah adalah sebuah kegiatan positif yang berguna sebagai upaya mencegah virus corona agar tidak masuk ke dalam rumah. Untuk mengurangi dampak dari virus corona, berpartisipasi menjadi donatur galang dana secara online merupakan hal positif dan terpuji yang dapat dilakukan oleh kaum rebahan tersebut.
Banyaknya aplikasi yang dapat menunjang proses belajar seperti halnya ruangguru dan quipper school tentunya harus lebih dimanfaatkan. Selain itu social distancing juga tidak boleh mematikan kreativitas kaum-kaum rebahan. Justru meningkatkannya.
Salah-satunya dengan memanfaatkan teknologi yang ada, seperti halnya membuat podcast yang berisi bidang yang disuka. Memanfaatkan Youtube sebagai media kreativitas sudah lama dikenal, kaum rebahan dapat menjadi seorang youtubers dengan konten-konten positif.
Buat mereka yang sering memandang sebelah mata kaum rebahan, ini adalah momen pembuktian kontribusi kaum rebahan pada dunia.
Buktinya, toh semua kini sudah menjadi bagian dari kaum rebahan. Karena memang, semua akan rebahan pada waktunya.
Lha gimana tidak, lha wong virus rebahan digunakan untuk melawan virus Corona, je.
Social distancing harus jadi momen kejayaan bagi kaum horizontal body alias rebahan. Sebab, virus rebahan konon bisa menangkal virus Corona. Mari kita merebah secara kaffah.
Mungkin kalangan puan-puan dapat membuat sebuah video tutorial memasak masakan yang sehat atau bahkan membuat video yang mengedukasi agar masyarakat tidak melakukan panic buying.
Ketimbang bermain game cacing setiap saat, kaum rebahan dapat menjadikan fenomena social distancing menjadi lebih bermanfaat dengan banyaknya kegiatan-kegiatan positif tersebut.
Berita mengenai virus corona juga setiap hari malang-melintang baik di Televisi maupun media online. Sering ada oknum tidak bertanggung jawab yang memiliki niat buruk memelintir atau menyebarkan berita hoax.
Dalam kondisi seperti ini berita-berita hoax tersebut cepat menyebar, bahkan dalam grup WA keluarga besar. Hal seperti ini menambah runyam suasana, bahkan efek yang paling buruk adalah menciptakan chaos di dalam masyarakat.
Kalangan siswa dan mahasiswa yang sudah terdidik tentu harus memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk mengedukasi bahkan menyaring berita-berita yang akan menjadi konsumsi khalayak umum.
Berdasarkan data terbaru, di Indonesia sendiri jumlah orang yang sudah terinfeksi virus corona berjumlah 1000 orang lebih. Penanganan virus ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan tenaga medis saja, tapi tanggung jawab semua warga negara.
Menurut juru bicara WHO Carla Drysdale orang yang terkena virus ini memiliki gejala demam, kelelahan dan batuk kering. Meski berada di dalam rumah, kaum rebahan ini tetap harus memprioritaskan kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Salah-satu upaya pencegahan virus tersebut adalah dengan sesering mungkin nyabun (nyuci tangan dengan sabun). Selain itu harus banyak mengkonsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan dan makanan berprotein.
Kaum rebahan juga harus mementingkan kesehatan tubuhnya melalui olahraga, yoga adalah salah-satu olahraga ringan yang dapat dilakukan di rumah.
Selain itu untuk para laki-laki dapat melakukan olahraga push up, back up dan sit up. Tentunya hal itu berguna untuk pamer di instagram senantiasa menjaga kebugaran tubuh.
Kaum rebahan ini tentunya tidak mau juga berlama-lama di rumah, mereka ingin melakukan aktivitasnya dengan normal. Pergi ke Sekolah/Kampus, belajar di Perpustakaan, nongkrong di wakop atau mereka yang agak borjuis nongkrong di Janji-Jiwa.
Mahasiswa semester akhir mungkin sedang harap-harap cemas menunggu kepastian kelulusan disaat wabah seperti ini. Apakah wabah corona ini akan terjadi selamanya?, eitss jangan berpikiran negatif dulu.
Pakar dari ITB (Institut Teknologi Bandung) memprediksi pandemi corona di Indonesia akan berakhir pada akhir Mei atau awal Juni 2020. Sekarang yang dapat kita lakukan adalah patuh dengan himbauan pemerintah untuk tetap berdiam diri di rumah.
Saya tahu itu pasti sulit, terlebih dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang suka kumpul-kumpul. Namun apakah kalian tidak bangga ketika nanti dengan kalian berdiam diri di rumah dapat menolong nyawa banyak orang?
Tentunya hal itu harus diimbangi dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, agar kita senantiasa dikuatkan dalam kondisi seperti ini dan agar wabah ini cepat selesai.
Bima Satria Hutama, Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Surabaya. Perebah yang kaffah.