Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Kultura

Kecenderungan Suka Memandang Rendah Orang Lain Berdasar Jumlah Followers

Branda Lokamaya by Branda Lokamaya
February 7, 2020
in Kultura
Kecenderungan Suka Memandang Rendah Orang Lain Berdasar Jumlah Followers
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Anak Instagram yang terbiasa memandang rendah akun dengan jumlah followers sedikit, menjadi niscaya saat mereka ganti dipandang rendah oleh orang lain. 

Surti baru saja mendengar nama tukang sulap yang sedang jadi perbincangan publik karena kreativitasnya. Satu hal yang pertamakali Surti lakukan, adalah ngecek akun Instagram si tukang sulap tersebut.

“Ah, followersnya sedikit, B aja sih orangnya,” kata Surti saat melihat jumlah followers tukang sulap tersebut.

Surti merupakan pengguna Instagram kelas menengah ngehek. Jumlah followersnya 100 K. Saban hari Surti memosting foto-foto kece disertai caption keren, tapi sering salah ejaan. Jumlah followers menjadi perkara penting bagi Surti.

Apapun bidang keahliannya, seberapa bermutu karya-karyanya, dan seberapa besar kontribusinya terhadap kebermanfaatan hidup orang lain, bagi Surti, harus dinilai dari jumlah followersnya.

“Kalau jumlah followers sedikit, ya berarti B ajah orangnya,”

Kecenderungan Surti menilai orang di dunia Instagram, terbawa di dunia nyata. Tiap kali melihat figur seseorang, yang pertamakali dilihat adalah jumlah followersnya. Lama kelamaan, dia sering memandang rendah orang lain hanya karena jumlah followers orang tersebut sedikit.

Sialnya, kekerenan Surti tak tampak di mata Susanti. Meski sama-sama memakai medsos Instagram, jumlah followers Susanti jauh lebih banyak dibanding Surti. Di depan Susanti, Surti hanya debu di Padang Sahara.

“Kalau jumlah followers cuma 100 K mah buat beli daging sekilo kurang. Saya yang jumlah followersnya 250 K ajah biasa aja,” kata Susanti menanggapi Surti.

Susanti sebagai selebgram berjumlah followers 250 K memandang rendah Surti karena jumlah Followersnya jauh lebih banyak dibanding Surti. Untungnya, tak seperti Surti yang cara pandangnya terhadap orang lain terbawa di dunia nyata, Susanti bisa membedakan mana dunia Instagram dan mana dunia nyata.

Hal berbeda justru dialami Mikita. Saat banyak orang memandang Surti dan Susanti anak keren-gahol-abis, Mikita justru berkata lain. Bagi Mikita, Surti gak ada keren-kerennya blas. Sebab, Surti gak paham Twitter.

Ya, berbeda dengan Surti maupun Susanti; Mikita merupakan anak Twitter. Baginya, anak Instagram tak lebih sekadar mereka yang suka pamer foto pakai Totebag dan mimiknya diwadahin Tupperware dan suka nulis caption pakai kalimat puitis.

Dengan kecenderungan seperti itu, menurut Mikita, sekeren-kerennya anak Instagram akan selalu kalah dari anak Instagram lain yang jumlah followersnya lebih banyak. Hal yang sama mungkin tak terlalu tampak di Twitter. Sebab unsur pamernya berbeda.

Jadi, menurut Mikita, kelakuan Surti yang suka memandang rendah orang lain berdasar jumlah followers tergolong sia-sia. Sebab, dengan mudah pula Surti akan dipandang rendah orang lain yang jumlah followersnya jauh lebih banyak.

“Apalagi lawan anak Twitter, C ajah gak masuk yang kayak gitu.” Ujar Mikita.

Mikita menjelaskan, anak Twitter lebih bisa berdamai dengan diri sendiri. Tentu saja itu berbeda dengan anak Instagram yang agak mengedepankan gengsi karena sudah terjebak pencitraan. Sialnya, kecenderungan itu berdampak pada cara mereka memandang orang lain di dunia nyata.

Mikita yang menggunakan Instagram sekaligus Twitter itu mengatakan: anak medsos, dalam hal ini Instagram, terbiasa memandang rendah akun dengan followers sedikit. Ini berdampak pada cara mereka memandang orang lain di dunia nyata. Karena itu, saat mereka ganti dipandang rendah orang lain, tentu sebuah keniscayaan.

Atau dengan kata lain, Mikita mengatakan: Anak Instagram yang terbiasa memandang rendah akun dengan jumlah followers sedikit, menjadi niscaya saat mereka ganti dipandang rendah oleh orang lain.

Tags: InstagramMedsosTwitter

BERITA MENARIK LAINNYA

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma
Kultura

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup
Kultura

Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup

February 10, 2021
Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu
Headline

Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu

February 7, 2021

REKOMENDASI

Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 1, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved