Selain bisnis, Kedai Nyoesoe ditujukan untuk meningkatkan konsumsi susu di tengah-tengah masyarakat.
Sejak kecil sudah tertanam dalam benak bahwa susu termasuk minuman bergizi. Melalui slogan empat sehat lima sempurna, susu mendapat peringkat sebagai makanan utama.
Namun, pepatah lama itu memang belum mampu dongkrak konsumsi susu di Indonesia. Angka konsumsi susu di Indonesia masih kalah jauh dibanding negara-negara ASEAN lain.
Berdasar data Kementerian Pertanian tahun 2016, konsumsi susu di Indonesia hanya berkisar 11,8 liter per kapita per tahun, termasuk produk olahan yang mengandung susu.
Negara tetangga seperti Malaysia misalnya, konsumsi susunya mencapai 36,2 liter per kapita per tahun. Sedangkan Filipina, mencapai 17,8 liter per kapita per tahun.
Itu menjadi alasan Diding Atmaja membuka kedai susu yang dia beri nama Kedai Nyoesoe. Selain urusan bisnis, keinginan meningkatkan konsumsi susu masyarakat juga jadi salah satu visinya.
Susu, baginya harus dimasyarakatkan. Sehingga tidak terkesan sebagai minuman ekslusif yang hanya bisa dinikmati kelas masyarakat tertentu saja.
Diding menginisiasi Kedai Nyoesoe pada 2015 lalu. Saat itu, Bojonegoro memang sedang tren orang buka warung kopi dan cafe. Kedai Nyoesoe hadir di tengah euphoria munculnya wewarungan kopi.
Bisa dikatakan, Kedai Nyoesoe menjadi tongkrongan minum berbasis susu pertama di Bojonegoro. Mengingat, minuman berbahan dasar susu yang dikemas secara cafe masih jarang. Terlebih, dengan kemasan yang anak muda banget.
Diding berkisah, awalnya, dari keluarga orang tua di Blitar kebanyakan memang peternak sapi susu. Di sana, susu sapi sering terbuang. Padahal, di Bojonegoro sangat langka. Tercetuslah ide membawa susu ke Bojonegoro.
Hanya, dia kembali berpikir, jika hanya membawa susu secara polosan, tentu kurang maksimal. Dia pun mengemas susu dengan konsep cafe.
Semacam cafe di mana susu dijadikan menu utama. Susu dikombinasikan dengan berbagai macam varian rasa. Susu, kata Diding, merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat.
“Karena itu, jika dikemas secara maksimal, peluang bisnisnya juga menjanjikan”, kata Diding.
Usaha berbasis susu tentu bukan tanpa masalah. Susu termasuk minuman segmented, hanya yang doyan susu yang mau menikmatinya. Namun pelan-pelan, upayanya memasyarakatkan susu menuai hasil.
Awalnya, banyak yang mengira jika susu sapi terasa eneg dan amis. Tapi setelah dikombinasikan dengan berbagai macam varian rasa, konsumen bisa menikmatinya.
“Setelah berinovasi dengan varian rasa, pengunjung mulai bisa menikmati,” ucap Diding.
Seiring berjalannya waktu, bisnis kedai susu mulai populer. Bahkan menjadi bisnis yang menjanjikan. Usaha kedai susu, kini menjadi tren yang banyak diincar konsumen. Terutama anak muda.
Selain itu, bisnis kedai susu juga mudah dijalankan sekaligus peminatnya cukup tinggi. Selain kopi, kini, kedai susu menjadi usaha minuman berbasis tongkrongan yang cukup banyak dikunjungi.