Emang mau melawan jalan? Melawan arah aja takut gitu kok.
Apakah sosok pahlawan diperlukan untuk saat ini? Mengingat kamu selalu mengenang pahlawan setiap hari kemerdekaan. Atau pahlawan hanya untuk mereka saja. Yang berjuang meraih kemerdekaan?
Memperingati hari kemerdekaan. Dengan berbagai kagiatan. Dari hias gapura sampai beragam lomba. Dipersembahkan untuk mengenang jasa pahlawan. Sudah 74 tahun kamu mengenang pahlawan.
Apa tidak tepikirkan untuk jadi pahlawan. Apa pahlawan belum dibutuhkan saat ini. Kalaupun ada pahlawan untuk saat ini. Lalu buat apa? Dalam benak pahlawan identik dengan memberantas kejahatan.
Seperti apa yang ditampilkan dalam layar kaca. Ada pahlawan ada pembuat onar. Lalu berantakan infrastruktur sekitar. Benar juga, kalaupun ada sosok pahlawan seperti itu. Negara dengan anggaran yang serba pas-pasan.
Akan kewalahan mengurus pahlawan. Sebab jika infrastruktur sekitar berantakan. Butuh anggaran untuk merapikannya. Jangankan merapikan yang total berantakan. Sekepal aspal saja masih ada yang berpola polkadot.
Tidak jarang kamu melihat bapak-bapak naik motor kejeglong akibat pola polkadot aspal. Lalu geleng-geleng sambil berucap hmmmm ckckck. Tapi kalau tidak ada pahlawan. Si pembuat onar bisa berlenggang bebas.
Bergeliat kesana kemari. Karena tidak ada sosok pahlawan yang akan mengakhiri. Apa benar kekuatan kalimat pahlawan kesiangan benar adanya. Sosok pahlawan yang dinanti sudah tidak ada lagi.
Yang ada hanya sok pahlawan. Berjuang demi kepentingan kelompok. Membawa angan perdamaian. Berlomba memenangkan lelang perpecahan. Seolah kelompok mereka hadir. Dengan jagoan masing-masing.
Saling membela pasukannya. Meski dalam teritori dan tanah yang sama. Saling mengusung kebenaran. Kebenaran menurut mayoritas mereka. Ini benar-benar gak benar. Kemana perginya sosok pahlawan sebenarnya.
Apa pahlawan telah terkekang. Tidak bisa hadir karena dikekang. Dikekang oleh warga sipil. Warga sipil yang tebentuk dari kelompok-kelompok tadi. Hingga setiap pahlawan datang. Langsung ditentang lalu hengkang begitu saja.
Kita rindu bahkan ingin juga menjadi pahlawan. Tapi setiap ada pemikiran atau cara yang berbeda. Selalu saja disingkirkan. Karena pada saat itu juga pahlawan menjadi minoritas. Sebab mengusung kepentingan bersama.
Kepentingan bersama yang tidak selaras. Dengan kepentingan kelompok tadi. Pada akhirnya kita terombang ambing dalam ilusi. Ilusi bersama dalam perbedaan. Hingga pembuat onar mengadakan lelang perpecahan.
Agar pahlawan tidak bisa muncul. Dan pembuat onar tetap berlenggang bebas. Tanpa takut adanya perlawanan. Karena yang melawan otomatis akan dilabeli sebagai pembuat onar.
Sosok pahlawan hanya pantas disandang jalan. Sebab ia tak bisa dilawan. Emang mau melawan jalan? Melawan arah saja takut gitu kok.