Rabi’ah al-Adawiyah merupakan sosok sufi perempuan yang banyak dikagumi. Tak heran, ketika ulama perempuan ini berstatus janda lantaran sang suami wafat, banyak ulama sezaman yang berupaya melamarnya untuk jadi pendamping hidup.
Dalam kitab Durratun Nashihin diceritakan, banyak ulama panutan dan ternama — di zamannya — yang terpikat hatinya pada Rabi’ah al-Adawiyah. Satu di antaranya adalah Hasan al-Bashri, sosok ulama panutan.
Ketika Hasan al-Bashri mengatakan permintaan itu, Rabi’ah justru mengajukan persyaratan kepada Hasan al-Bashri. “Jika Tuan mampu menjawab empat masalah yang aku ajukan, maka aku bersedia menjadi istri Tuan.”
“Silakan, wahai Rabi’ah. Semoga Allah memberi taufiq kepadaku dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,” balas Hasan al-Bashri.
“Menurut Tuan, kalau aku meninggal dunia, apakah kematianku dengan membawa ketetapan iman atau tidak?”
“Maaf, ini termasuk ghaib, dan tiada yang tahu dengan pasti kecuali Allah,” jawab Hasan al-Bashri.
Rabi’ah melanjutkan, “Ketika aku bersemayam dalam kubur, lalu malaikat Munkar dan Nakir bertanya, menurut Tuan, mampukah aku menjawabnya?”
“Maaf, itu juga termasuk masalah ghaib. Yang tahu hanyalah Allah.”
“Menurut Tuan, ketika manusia dihimpun di hari Kiamat kelak, aku termasuk orang yang menerima kitab amal dengan tangan kanan ataukah kiri?”
Hasan al-Bashri masih mengutarakan jawaban yang sama. Ia tak dapat menjawab masalah yang ia nilai ghaib itu.
“Menurut Tuan, ketika manusia dipanggil, aku termasuk golongan orang yang masuk surga atau neraka?”
Lagi-lagi Hasan al-Bashri meminta maaf dan mengembalikan kepastian atas jawaban tersebut kepada Allah. Ia tahu, Rabi’ah adalah tokoh dengan ketaatan dan prestasi ruhani yang luar biasa.
Tapi untuk urusan nasib kehidupannya kelak, Hasan tak mau dan tak mampu memberi penilaian. Hasan menghindar dari apa yang menjadi hak prerogatif Allah.
“Bagi orang yang bingung memikirkan empat masalah ini, mana ada kesempatan untuk berumah tangga?” kata Rabi’ah.
Mendengar jawaban dan pernyataan itu, Hasan Al Bashri pun diam dan meneteskan air mata. Dia pun keluar dari rumah Rabi’ah al-Adawiyah dengan penuh penyesalan.