Konon, setan pernah mengawal seorang imam musala. Tapi, benarkah perbuatan setan selalu punya niat terselubung untuk memerosokan manusia?
Syahdan, hiduplah seorang imam musala di sebuah perkampungan padat penduduk. Beliau hidup sederhana. Pekerjaannya hanya mengajar dan membantu istrinya berjualan belanja di depan rumah.
Baca juga: Ketika Setan Menolong Ahli Ibadah.
Dia tipikal imam musala di manapun di kampung-kampung di Indonesia; berusia paruh baya, tak punya banyak kegiatan di luar rumah, dan sangat manut (penurut) pada istrinya. Kesehariannya hanya berjalan dari rumah ke musola, lalu pulang untuk membantu istrinya berjualan belanja.
Suatu subuh, kampung sedang diguyur hujan deras dan petir terdengar bergelar. Listrik pun mati, hingga suasana jalan gelap sekali. Dia sudah diperingatkan istrinya agar tak ke musala dulu. Maklum, istrinya takut jika dia kepeleset tak ada yang menolong.
Mungkin karena sudah terbiasa, si suami bersikeras pergi ke musala meski hujan memang kian deras saja. Dia pun keluar rumah. Tapi, baru saja beberapa langkah keluar, dia terpeleset di depan teras rumah. Terpaksa, dia pun kembali pulang untuk ganti pakaian.
“Nah, kan sudah kubilangi, hujannya masih deras, Pak. Kok ngeyel sampean!”.
Lelaki pendiam itu seksama mendengar ocehan istrinya. Namun, tetap saja dia ndableg. Setelah berganti pakaian, dia pun kembali ngeluyur keluar rumah untuk menuju musala untuk menjalankan tugas sebagai imam subuhan.
“Hujannya masih deras, Pak. Jamaahnya nggak ada yang datang kalau hujan begini.”
Dia tak terlalu menanggapi ocehan istrinya dan cenderung diam. Dia pun kembali keluar rumah untuk kedua kalinya. Sialnya, dia kembali jatuh, kali ini terperosok ke dalam got karena jalan sangat gelap sekali. Dia pun balik pulang untuk ganti baju karena kotor.
Sesampainya di rumah, istrinya marah-marah dan bilang, “Kan sudah dibilangin to, Pak. Mbok ya nggak usah berangkat dulu, hujannya masih deras.” Katanya.
Meski tak membantah dan cenderung diam saja, sang suami tetap ndableg, dia mencari pakaian ganti untuk kemudian membentangkan payung dan berangkat ke musala lagi.
Di perjalanan, imam itu bertemu seseorang yang membawa lampu senter dan menuntunnya ke masjid dengan aman. Sesampainya di masjid, orang yang menuntun tadi pergi dan enggan melaksanakan sholat berjamaah dengannya.
“Lha njenengan sinten kok mboten nderek sholat?”. Tanya imam itu lugu, sambil menajamkan pandangan mata.
Orang yang menuntun itupun menjawab:
“Aku setan. Tadi kudengar perbincangan malaikat; saat kau jatuh pertama kali, seisi rumahmu diampuni Allah berkat langkah kakimu. Lalu, saat kau jatuh kedua kali, tekadmu itu telah membuat Allah mengampuni dosa seluruh kampung ini.”
Setelah diam beberapa saat, setan itu kembali berkata: “aku khawatir jika keberangkatan kali ini kamu jatuh lagi, Allah akan mengampuni seluruh penduduk negeri ini. Aku tak ingin itu terjadi. Maka, aku menuntun langkahmu agar kau tak terjatuh lagi.” Pungkasnya.
=======================
Selama Ramadhan ini, Redaksi Jurnaba berupaya menyajikan kisah-kisah hikmah, baik klasik maupun kontemporer, dari berbagai belahan dunia. Buat para Jurnabiyin yang punya kisah hikmah, boleh lho dikirim ke redaksi Jurnaba.