Pernahkah kamu mencoba kopi dari biji salak? Kalau belum, kamu sebaiknya segera datang ke Desa Wedi, Kecamatan Kapas, Bojonegoro deh, Nabs.
Melalui UMKM yang dirintis warga, biji salak mampu diubah menjadi kopi yang nikmat dan beda dari yang lain.
Buah salak merupakan salah satu potensi alam yang ada di Bojonegoro. Tepatnya di Desa Wedi,Kecamatan Kapas. Buah salak telah menjadi ikon dari Desa Wedi.
Bahkan, desa ini sudah mendapat predikat sebagai pusat agrowisata salak. Salak wedi adalah kearifan lokal yang dimiliki desa.
Mungkin, salak wedi masih belum bisa dibandingkan dengan salak pondoh. Namun, masyarakat wedi tidak hanya berhenti di buah salak. Salak terus dikembangkan menjadi produk kreatif.
Dengan kreatifitas masyarakat setempat, buah salak pun diproduksi menjadi berbagai macam olahan. Salah satunya: kopi salak.
Apa sih yang Nabsky bayangkan saat mendengar kopi salak?
Nabs, kopi salak bukan kopi yang dicampur buah salak lho ya. Kopi salak adalah kopi yang terbuat dari biji salak. Kopi ini terbuat dari biji salak yang diolah hampir serupa dengan biji kopi.
Lalu, bagaimana sih cara mengolah biji salak menjadi kopi?
Maisaroh, salah satu produsen kopi salak Desa Wedi, bercerita banyak pada tim jurnaba.co
Pada awalnya, biji salak perlu dicuci agar bersih. Kemudian, biji salak direbus selama kurang lebih 30 menit. Setelahnya, biji salak dirajang menjadi potongan kecil-kecil. Satu biji salak bisa dipotong menjadi 6-8 bagian.
Lalu, potongan biji salak tersebut dijemur hingga mengering. Jika sudah kering, rajangan biji salak disangrai hingga gosong seperti kopi.
“Nyelepnya (menghaluskannya) agar jadi bubuk ini yang agak susah. Soalnya biji salak ini kan agak keras.” kata Maisaroh.
Maisaroh sudah memproduksi bubuk kopi salak selama lebih dari 1 tahun. Dia memulai usaha kopi biji salak Wedi sejak 2017 lalu. Bubuk kopi salak miliknya diberi nama Kopi Biji Salak Wedi “Dua Satu”.
“Produksi kopi salak itu mulainya saat pertama kali festival salak diadakan. Tahun 2017 dulu.” ungkap Maisaroh.
Pada dasarnya, kopi salak memiliki aroma yang begitu khas. Kopi Salak Maisaroh pun begitu. Namun, Maisaroh sengaja menambahkan jahe saat meracik bubuk kopi salak. Hal ini untuk menambah cita rasa kopi salak.
Harga kopi salak di Desa Wedi pun cukup murah. Setiap kemasan berisi bubuk kopi salak seberat 1,3 ons. Setiap kemasan dijual dengan harga Rp 10 ribu. Satu kemasan bisa dijadikan sekitar 10 cangkir.
Kopi salak mempunyai fungsi seperti kopi pada umumnya. Yakni untuk menemani saat bersantai. Sebagai teman ngobrol pun juga asyik. Namun, kopi salak juga memiliki manfaat yang bagus bagi kesehatan. Misalnya untuk menurunkan tensi darah. Kopi salak juga bisa menjadi alternatif bagi penderita diabetes.
“Bagus juga untuk kesehatan, misalnya menurunkan tensi darah dan diabetes.” kata Maisaroh.
Selain aroma yang khas, kopi salak juga memiliki rasa manis sendiri. Tidak perlu menggunakan banyak gula sebagai campuran. Tentu hal ini bagus untuk penderita diabetes. Konsumsi gula bisa dikurangi dengan menikmati kopi salak.
Nah, jadi gimana nih, Nabs? Tertarik menjajal minuman khas dari Desa Wedi ini? Jika tertarik dan penasaran dengan kopi salak, langsung saja datang ke Desa Wedi.
Selain mencicipi rasa kopi salak dari Desa Wedi, banyak juga produk lain yang terbuat dari olahan salak yang bisa kita dapatkan. Jadi, tunggu apalagi?