Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Kultura

Kultur Jantelagen dan Kebutuhan Manusia untuk Memamerkan Sesuatu

Ahmad Wahyu Rizkiawan by Ahmad Wahyu Rizkiawan
November 3, 2019
in Kultura
Kultur Jantelagen dan Kebutuhan Manusia untuk Memamerkan Sesuatu
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Sebagai primata yang konon berperadaban, konsep Jantelagen sangat cocok diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Masyarakat pasca modern pemeluk instastory tentu paham jika kebutuhan primer manusia saat ini tak sekadar makan, minum dan bercinta. Tapi ada satu unsur penting yang tak boleh ketinggalan: memamerkannya.

Di era kiwari; makan, minum, bercinta dan memamerkannya telah menjadi kebutuhan pokok sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang konon dilengkapi otak berkemampuan tinggi tersebut.

Sepintas, memamerkan harta benda memang terkesan tabu. Tapi itu hanya sepintas saja sih. Sebab, era digital mampu mengemas laku tersebut secara elegan, sehingga proses berpamer pun menjadi sesuatu yang wajar adanya.

Diakui atau tidak, memamerkan sesuatu sudah bukan lagi urusan sosial seperti zaman dulu. Lebih dari itu. Memamerkan sesuatu merupakan perkara psikologis individu. Saat kita memamerkan sesuatu, ada kelegaan luar biasa di dalam hati kita.

Bersama sejumlah kawan di lingkar diskusi progresif Manbaul Afkar, saya pernah melakukan riset sederhana tentang: saat kita memposting sesuatu di lapak story kita, adakah dampak psikologis yang kita rasakan?

Dari 15 responden yang melakukan hal itu, hampir separuh lebih, atau sebanyak 9 responden merasa ada yang janggal dan tidak memuaskan saat story tersebut hanya ditonton sedikit orang. Semacam ‘ada yang kurang’.

Sebaliknya, ketika lapak tersebut dilihat atau di-engage banyak orang, ada kebanggaan luar biasa yang mampu membuat mereka tidak makan tiga hari tiga malam pun tetap kuat.

Ya, forum diskusi sepakat bahwa ‘sesuatu yang kurang’ itu menunjukkan bahwa laku pamer adalah perkara psikologis. Setiap manusia (aku, kamu dan si dia), tentu punya kecenderungan yang sama dalam hal ghiroh untuk memamerkan sesuatu yang dimiliki.

Namun, konsep memamerkan sesuatu tersebut, menjadi perkara yang cukup dihindari di Swedia. Alih-alih memamerkan sesuatu, saat secara pura-pura tak sengaja membicarakannya saja, sudah dinilai menjijikkan.

Padahal membicarakan uang dan kekayaan, sangatlah menyenangkan. Terutama saat sedang memilikinya. Tapi, lagi-lagi, di Swedia, hal itu justru menjadi perkara yang tabu. Bahkan cenderung dihindari karena berpotensi menjijikkan.

Ya, di Swedia, konsep itu dinamai Jantelagen. Semacam gaya hidup sederhana. Ini menjadi sangat menarik karena justru terjadi di Swedia — negara yang masyarakatnya cuek dan individualistis. Andai ini terjadi di Indonesia, saya kira sudah tidak menarik. Sebab, masyarakat Indonesia terkenal santun-santuy orangnya.

Lola Akinmade Akerstrom, penulis budaya Swedia yang tinggal di Stockholm lebih dari satu dekade lalu, menyebut pembicaraan tentang uang dan harta benda merupakan topik yang pantang dibahas masyarakat setempat.

Menurutnya, menunjukkan kekayaan atau bahkan sekadar mendiskusikan penghasilan dengan orang yang tak dikenal, merupakan perkara tabu. Akerstrom berkata, warga Stockholm lebih nyaman berbincang tentang seks atau tubuh dibanding uang atau harta benda.

Banyak pengamat kebudayaan sepakat bahwa tabu tersebut berasal dari kebiasaan ala Nordik yang telah mendarah daging, bernama Jantelagen. Kultur ini mendorong setiap orang untuk tak pernah menganggap diri lebih hebat dibandingkan orang lain.

“Jantelagen adalah aturan sosial tak tertulis yang berlaku di Swedia dan banyak tempat lain di kawasan Nordik,” kata Akerstrom. Dia baru-baru ini menelisik topik tersebut dalam bukunya berjudul Lagom: The Swedish Secret of Living Well.

“Ini tentang bagaimana Anda tidak terlihat mencolok, membual tentang sesuatu yang tidak penting, dan cara membuat semua orang setara demi mencegah tekanan dalam pergaulan,” ujarnya seperti dikutip BBC.

Nabs, istilah Jantelagen berasal dari kota taat aturan bernama Jante, yang disebut dalam karangan fiksi penulis Norwegia-Denmark, Aksel Sandemose, pada tahun 1933 silam.

Stephen Trotter, akademisi keturunan Skotlandia-Norwegia yang mengkaji topik Jantelagen saat bekerja di University of Glasgow, menyebut Jantelagen ditaati orang-orang Eropa Utara, terutama di pedesaan, selama berabad-abad.

Menurutnya, Jantelagen adalah konsep sosial yang tak hanya berhubungan dengan harta benda. Melainkan juga perilaku sok-sokan yang alih-alih membuat orang terkagum, tapi justru membikin orang lain merasa ada yang tidak beres.

“Jantelagen adalah mekanisme kontrol sosial. Ini bukan sekedar tentang kekayaan, berpura-pura pintar atau berperilaku di luar batas kemampuan,” kata Trotter.

Sebagai primata yang konon berperadaban, konsep Jantelagen sangat cocok diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan agar kita meniru gaya hidup orang barat. Tapi agar kita tahu bahwa sesuatu yang bagi kita sangat elegan, justru agak menjijikkan bagi orang lain.

Tags: JantelagenKesederhanaan

BERITA MENARIK LAINNYA

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958
Headline

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

March 4, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma
Kultura

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup
Kultura

Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup

February 10, 2021

REKOMENDASI

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

March 4, 2021
Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

March 3, 2021
Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved