Bojonegoro yang sebelumnya bernama Jipang, merupakan wilayah bertabur kejayaan yang tercatat dalam berbagai prasasti. Kejayaan ini dibahas dalam forum Limolasan yang dilaksanakan di Ndalem Garudeyan, Ngumpak Dalem, Bojonegoro (19/2024).
Jipang (Bojonegoro) merupakan wilayah Bengawan bertabur kisah kejayaan. Tanah diberkahi bermacam sumberdaya; bengawan, hutan jati, hingga minyak bumi. Kejayaan ini juga terekam dalam berbagai prasasti yang ditemukan di Bojonegoro. Kejayaan Bojonegoro ini, menjadi tema diskusi yang menarik.
Limolasan merupakan giat forum dialektika yang mempertemukan para pegiat literasi, penulis, peneliti, sejarawan, dan budayawan muda di wilayah Blora, Bojonegoro, dan Tuban dalam majelis diskusi bulanan. Tepatnya di malam purnama hijriyah.
Kejayaan Jipang (Bojonegoro) ditulis dalam sejumlah prasasti; Prasasti Pucangan (1041 M), Maribong (1246 M), Adan-adan (1301 M), Canggu (1358 M), Sekar (1365 M), dan Prasasti Pamintihan (1473 M). Semuanya berkisah keberadaan dan kejayaan Bojonegoro. Namun, semua seperti tak pernah dimiliki Bojonegoro.
Jumlah prasasti disebutkan di atas, belum termasuk 6 prasasti belum teridentifikasi yang ditemukan di sejumlah titik di Bojonegoro, yang jika dilihat dari bentuk dan bahan batuannya, diperkirakan dibuat pada abad 11 M. Tepatnya periode Kerajaan Medang Kahuripan (Maharaja Airlangga).
Totok Supriyanto, Peneliti dari Bumi Budaya menyebut, kejayaan Bojonegoro tentu bisa dibuktikan melalui bermacam sumber primer. Terutama catatan prasasti. Namun, selama bertahun-tahun, keberadaan prasasti Bojonregoro tak pernah dilibatkan dalam penentuan kebudayaan.
“Seperti umumnya kota-kota berperadaban lainnya, minimal prasasti dilibatkan dalam penentuan Hari Jadi Bojonegoro” ucap Totok.
Keberadaan prasasti merupakan perihal istimewa. Sebab, hanya wilayah-wilayah penting dan jaya yang memilikinya. Namun, generasi Bojonegoro seolah dijauhkan dan tak diperbolehkan mengenang dan mempelajari peninggalan berharga itu. Walhasil, selain dilupakan, prasasti itu juga diklaim kota lain.
“Esensi kejayaan masa lalu itu harus dipelajari. Sehingga mampu memberi manfaat pada generasi saat ini dan mrendatang” imbuhnya.
Muhammad Andrea, pegiat sejarah Bojonegoro mengatakan, dengan ditemukannya banyak bukti primer dari masa silam, sudah sepatutnya memantik semangat generasi muda Bojonegoro untuk mempelajari dan mengambil nilai positif masa lalu, untuk diaplikasikan ke dalam kebermanfaatan saat ini.
“Oktober ini, kami dan Komunitas Bumi Budaya mengadakan forum diskusi ilmiah di kampus-kampus. Oktober ini di Unuguri Bojonegoro” ucapnya.
Sementara Ainul Yakin, Presiden BEM UNUGIRI Bojonegoro yang juga ikut dalam forum Limolasan mengaku merasa senang dan positif mempelajari sejarah kejayaan Bojonegoro berbasis data literatur. Dia berharap, diskusi Imiah terkait sejarah Jipang (Bojonegoro) berbasis literatur yang pertamakali diadakan di kampus Unugiri Bojonegoro itu, menjadi momen luar biasa.
“Selama ini, yang kami ketahui, belum ada diskusi ilmiah tingkat kanmpus membahas sejarah Bojonegoro berbasis literatur” ucapnya.
Terlebih, tema besarnya adalah Peran Sejarah dan Budaya dalam Arah Kemajuan Bojonegoro. Sehingga untuk membaca Bojonegoro harus membaca posisi peran sejarah dan budaya di Bojonegoro. Dari situ nanti memetik beberapa hal untuk dijadikan langkah pertumbuhan bagi Bojonegoro saart ini dan mendatang.