Saat mendapat informasi bahwa Majalah Bobo akan menerbitkan Edisi Koleksi Terbatas memperingati usia 50 tahun, kami bergegas melakukan pemesanan daring melalui beberapa kanal yang disediakan.
Tentu dengan harapan tidak kehabisan stok. Kini, majalah edisi khusus ini telah berkali-kali dibaca dan dijadikan salah satu bacaan pengantar tidur.
Ada kalimat yang menarik di lembar awal, sebagai sebuah pengantar dan pembukaan. “Majalah Bobo selalu siap tampil aktual menyambut perkembangan zaman.” Kata aktual dan perkembangan menunjukkan semangat untuk maju ke depan.
Sebuah kredo sekaligus pelecut bagi eksistensi menjejak dan melintas zaman yang bergerak. “Visi dan misi Majalah Bobo tetap sama,” sebuah penegasan penting. Dinamis sekaligus berprinsip dalam satu tarikan napas.
Di bagian lain ditegaskan bahwa edisi ini terdiri dari 100 halaman dengan 50 cerita pilihan. “Majalah Bobo menghadirkan Edisi Koleksi Terbatas untuk teman-teman Majalah Bobo dari segala generasi.” Kata kunci yang penting: Segala generasi.
Majalah Bobo setidaknya telah melintas dari generasi sebelum 90-an, generasi 90-an sampai 2000-an, dan generasi setelahnya. Majalah Bobo membawa cerita yang telah lewat untuk hadir dan aktual kembali bagi beberapa generasi.
Bagi salah satu generasi, edisi khusus ini menjadi cara untuk mengenang kembali masa kecil hingga remaja. Tentu kini generasi tersebut dapat meghadirkan cerita-cerita dalam Majalah Bobo dalam berinteraksi dengan anak-anak dan remaja masa kini.
Dan tentu, evolusi kertas dan warna akan menghadirkan sensasi dan aroma lain di zaman serba digital. Sebuah pengalaman yang boleh-jadi penting dirasakan generasi belakangan ini.
Semangat untuk dinamis dan aktual sesuai dengan perkembangan zaman sembari bernostalgia ke masa-masa silam adalah dua poin yang ingin dihadirkan.
Ada semacam titik ekuilibrium yang hendak ditahbiskan sebagai sebuah peringatan ataupun capaian: Maju ke depan ssmbari menginsafi hal-hal dan karya-karya terbaik dari masa yang telah lewat. Maju ke depan sekaligus tidak mencibir masa lalu.
Dalam alam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, di samping upaya dan inovaai terus-dan-selalu digalakkan untuk menghadirkan capaian sains dan teknologi terbaru, terdapat sebagian yang menengok ke belakang dengan pendekatan lingkungan sebagai antitesis.
Maka kini, setidaknya, lahir pendekatan dan cara pandang baru, sembari berinovasi dalam sains dan teknologi, tetap menjadikan lingkungan dan alam semesta sebagai sebuah jaring-jaring yang saling memengaruhi baik dan buruknya. Sebuah ekuilibrium sedang dan masih terus ditapaki.
Begitu halnya dalam semangat beragama. Di tengah gejala dunia modern yang marak, ada sebagian yang mau tidak mau mengupayakan agama untuk selalu aktual dengan dunia modern.
Selain itu ada juga sebagian yang menjadikan generasi awal sebagai bentuk ideal dalam hal beragama yang layak direplika dan diikuti. Dua langgam ini menghadirkan ekuilibrium baru berupa keseimbangan memegang prinsip pokok agama sembari tidak gagap dan lentur dengan gelombang kemodernan.
Skala pribadi juga identik. Saat menuju ke masa depan dan mewujudkan keinginan; saat jibaku dengan impian, pendidikan, dan pekerjaan; saat kompetisi, jatuh-bangun, dan kolaborasi; saat menghadapi tekanan, tuntutan, dan ancaman atasan.
Di saat-saat bergelut dengan itu semua, keinginan untuk berjalan ke belakang kembali ke masa-masa lalu saat hidup bebas, impian tidak terbentur kenyataan, nikmatnya bermain tanpa batas dan lepas, teman adalah teman tanpa tendensi kepentingan.
Keinginan menuju upaya terus-menerus menuju masa depan, sembari tarikan ke masa lalu yang berkebalikan suasananya menghadirkan ekuilibrium baru: Hiburan, liburan, jalan-jalan, belanja, dan cara-cara lain menikmati masa lalu dengan fasilitas-fasilitas kekinian.
Titik ekuilibirum baru senantiasa akan terwujud, dalam aneka aspek. Maka, tidaklah kearifan untuk mengutuk masa terlewat saat menuju masa depan. Sebaliknya, tidak mendemonisasi masa depan dengan romantisasi masa lalu. Kedua masa dengan atribusinya adalah bagian dari kehidupan.