Diretasnya website resmi DPRD Bojonegoro pada (20/8/2023) membuat kita menyadari perihal penting bahwa website memang harus sering-sering diperhatikan. Sebab, jika tak diperhatikan, ia akan “mencari perhatian” dengan cara yang sedikit mendebarkan.
Peretasan website resmi DPRD Bojonegoro tergolong peretasan unik. Sebab, yang diretas adalah isi dalam konten. Tentu, ini sangat jarang dilakukan. Biasanya, peretasan hanya dilakukan dari sisi luar website seperti memunculkan tulisan-tulisan hinaan di headline judul saja.
Pada kasus peretasan website resmi DPRD Bojonegoro, si peretas terlihat lihai dan dengan mudah mampu mengedit isi berita beserta judul. Tentu, kemungkinan besar dilakukan oleh para ahli. Terlebih, tema yang diusung adalah “mengkritik diri sendiri”. Sungguh sangat falsafi. Sebab, kritik yang tak pernah sampai, akan disampaikan lewat diri sendiri.
Nabs, seperti kata pepatah, setiap kejadian pasti menyimpan ibrah dan hikmah. Oke, berikut ini 3 hikmah atas diretasnya website resmi DPRD Bojonegoro.
1. Website Bukan Pajangan
Mayoritas lembaga di Indonesia menjadikan website sebagai uborampe kelengkapan eksistensi. Nasibnya seperti ornamen hiasan di dalam rumah. Hanya cukup ada dan tak pernah lagi diperhatikan. Terjadinya peretasan website, secara otomatis, membuat semua orang (terutama Anggota Dewan) kembali memperhatikan website yang dulu pernah mereka buat.
2. Website Harus Dibaca
Website merupakan etalase sebuah lembaga. Berisi macam-macam kegiatan yang dilakukan lembaga tersebut. Nah, para anggota dewan harus sering-sering tuh baca dan buka websitenya. Jangan sampai kegiatan yang sudah terpublish di website, mereka malah nggak tahu. Nah, diretasnya website resmi DPRD Bojonegoro membuat anggota dewan kembali rajin baca-baca website mereka. Minimal baca judul artikelnya saja.
3. Kampanye Literasi
Mengkampanyekan pentingnya literasi memang harus terus digencarkan. Dan kampanye terbaik pasti dilakukan ahlinya. Kita tahu, para anggota dewan adalah para ahli di bidang berkampanye. Nah, diretasnya website resmi DPRD Bojonegoro, bisa jadi medium kampanye literasi. Buktinya, banyak masyarakat yang tiba-tiba langsung membaca dan memahami isi website mereka.