Organisasi mahasiswa daerah (Ormada) identik muda-mudi aktif beri sosialisasi perihal pendidikan dan giat sosial. Tapi, apakah mereka mampu beri kontribusi untuk daerah?
Minggu (5/1/2020) pagi, sebuah kafe di timur Bojonegoro tampak ramai. Amyra Café namanya. Terlihat sebuah blower besar menyala di salah satu sudutnya. Menyejukkan isi ruangan yang penuh dengan pemuda-pemudi. Mereka adalah akademisi asal Bojonegoro dari kampus-kampus di Indonesia.
Acara tersebut ialah “Njungok Ormada”, ruang diskusi tahunan para mahasiswa daerah. Khususnya Bojonegoro. Kegiatan tersebut bertema ‘Transparansi dan Aspirasi, Ilusi atau Realisasi?’. Gaya bahasa yang cukup idealis, identitas bagi seorang mahasiswa.
Kalimatnya terkesan tajam, tetapi bukan agenda pencucian otak untuk sebuah pergerakan masif. Para pelajar perguruan tinggi tersebut ingin berkontribusi terhadap Bojonegoro. Namanya juga ruang diskusi, berharap ada pembahasan yang menarik. Teman tersebut menjadi pancingan.
Ada perwakilan dari 10 ormada Bojonegoro yang menghadiri acara tersebut. Termasuk Airlangga Bojonegoro Community (ABC) yang menjadi panitia penyelenggaran.
Awalnya, diskusi berjalan cukup seru. Pasalnya, terdapat perdebatan terkait fokus diskusi. Banyak sekali argumentasi yang berterbangan dan saling sahut-menyahut. Namun, lontaran argumentasi tersebut berhasil disikapi salah seorang peserta diskusi.
“Harus ada fokus yang kita diskusikan di sini. Kalau berbicara transparansi pemerintah, kita ya harus memperhatikannya. Bagaimana transparansi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, termasuk anggaran dan programnya,” ucap Said, perwakilan dari MABES, Mahasiswa Bojonegoro Ndek Semarang.
Memang, tanpa fokus yang jelas, diskusi akan melebar kemana-mana. Karena itu, moderator dengan sigap menjadi penengah. Seperti Biksu Tong dengan kebijaksanaannya. Saling pukul argumen berhasil mereda. Akhirnya, muncul lemparan pendapat yang cukup bikin kepala kembali adem.
“Penyampaian aspirasi seharusnya cukup terwadahi, baik secara online juga. Karena online bisa menembus ruang dan waktu. Itu lebih efektif dan efisien,” kata Yongki, perwakilan dari FORBITS Institute Teknologi Sepuluh November (ITS).
Namun, perlu digaris bawahi. Penyalur aspirasi adalah tugas anggota dewan. Mahasiswa hanya memiliki peran sebagai elemen pendukung. Pasalnya, mahasiswa adalah bagian dari masyarakat. Satu kelebihannya, mahasiswa memiliki akses informasi yang lebih. Hendaknya itu bisa dimaksimalkan untuk daerah asal. Sepertia apa yang dikatakan salah satu peserta, Yudha Sukadyanta Nugraha.
“Kita semua di sini harus menyadari batas kemampuan dan posisi kita di mana. Kepentingan siapa yang akan kita bawa? Kepentingan kita sebagai mahasiswa atau sebagai rakyat? Kalau sebagai mahasiswa, peran kita sebagai rambu atau pengingat. Soal aspirasi biarkan menjadi tugas anggota dewan,” kata Yudha dari ABC Universitas Airlangga.
Benar adanya. Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat. Bukan bagian dari pejabat negara. Karena itu, perlu adanya peran yang tepat dalam pembangunan sebuah daerah. Cara berpikir kritis seorang mahasiswa perlu dialokasikan. Tentunya untuk kebutuhan pembangunan bangsa. Dengan begitu, diskusi menjadi suatu wadah penting untuk menyiapkan bahan kontribusi ke daerah.
“Forum diskusi ini hanya sebagai pemantik kita semua. Diharapkan, ada forum dan komunikasi lebih lanjut untuk menyambung diskusi ini. Kita semua berharap adanya diskusi ini dapat memunculkan produk nyata. Pada dasarnya kan kita semua ingin berkontribusi kepada Bojonegoro supaya lebih baik lagi,” pungkas Oky Sapto Mugi Saputro selaku notulen kegiatan Njungok Ormada sebagai penutup.
Notulen mencatat bahwa perlu untuk Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memberikan fasilitas bagi masyarakat Bojonegoro. Terkait dengan ruang aspirasi publik yang bisa diakses secara langsung oleh masyarakat. Harapannya, seluruh elemen masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya.
Selain itu, para mahasiswa asal Bojonegoro berharap pula adanya dukungan pemerintah Bojonegoro. Terutama dalam promosi potensi lokal yang diangkat para mahasiswa. Baik dalam bidang budaya maupun pendidikan.
Ormada asal Bojonegoro akan menjadi bagian dari pengawasan transparansi dan aspirasi masyarakat. Perlu adanya hubungan yang saling mendukung antara pemerintah dan mahasiswa. Mahasiswa ingin berkontribusi untuk Bojonegoro. Tanpa akses yang mudah, kontribusi yang dilakukuan pun akan semakin sulit.