Persibo Bojonegoro masih tunggu putusan banding yang diajukan pada Komisi Displin PSSI Jawa Timur. Banding sudah dilayangkan sejak minggu lalu. Menurut rencana, sidang banding akan dilangsungkan pada Kamis (24/10/2019) di Surabaya.
Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman pada Persibo Bojonegoro akibat insiden di stadion Anjuk Ladung awal Oktober lalu. Saat itu, terjadi kericuhan pada pertandingan Liga 3 Jawa Timur antara tuan rumah Anjuk Ladang melawan Persibo Bojonegoro.
Akibat insiden tersebut, Persibo disanksi denda Rp 20 juta dan suporter dilarang mendampingi tim saat laga kandang maupun tandang. Selain itu, pemain atas nama Ridho Nur Cahyo juga dijatuhi hukuman 12 bulan tak boleh bermain dan denda Rp 5 juta.
Karena hukuman yang cukup berat tersebut, manajemen Persibo yang dipimpin Abdullah Umar dan Sally Atyasasmi pun melayangkan surat banding ke Komdis PSSI Jawa Timur.
Asisten manajer Persibo, Ibnu Mutaqqin mengatakan jika proses sidang banding akan segera dilakukan. Ia berharap agar banding dari Persibo bisa diterima dan hukuman bisa berkurang.
“Harapannya tentu hukuman bisa dikurangi. Selama ini kami terus kooperatif dan selalu berkomunikasi dengan Asprov PSSI Jawa Timur,” ujar Ibnu.
Sementara itu, manajemen Persibo akan menyiapkan segala macam bukti pendukung dalam sidang komdis yang akan dilangsungkan di Surabaya pada Kamis 24 Oktober 2019. Bukti berupa video dan dokumen lain bakal segera disiapkan.
Dari pihak Persibo, asisten pelatih, Dwi Hendri yang akan datang ke Surabaya untuk menghadiri sidang tersebut. Dwi Hendri akan membawa bukti-bukti terkait untuk meringangkan hukuman Persibo.
“Hari ini (21/10) dapat surat dari Asprov untuk datang ke Surabaya. Saya berangkat Kamis pagi.” ungkap Dwi Hendri.
Dwi Hendri siap menjelaskan pada Komisi Disiplin PSSI Jawa Timur tentang pertandingan antara Nganjuk Ladang dan Persibo Bojonegoro yang berakhir secara prematur. Bukti-bukti penting juga akan dibawa oleh Dwi.
Hukuman yang dijatuhkan Komdis memang menyusahkan Persibo. Hukuman itu membuat Persibo tak mendapatkan dukungan langsung dari para suporter di dalam stadion. Seperti saat Persibo menjamu Bumi Wali Tuban beberapa waktu lalu.
Stadion Letjen H. Soedirman terpaksa dikosongkan sebagai bagian dari hukuman tersebut. Suporter hanya bisa memberikan dukungan dari luar stadion saja melalui event nonton bareng.
Selain itu, pemasukan dari tiket pertandingan juga tak bisa didapatkan. Lewat hukuman tanpa penonton, panpel tak bisa menggelar laga secara komersial. Akibatnya, potensi pemasukan puluhan juta dari tiket pertandingan tak bisa didapatkan oleh Laskar Angling Dharma.
Ini semua jadi bahan pembelajaran bagi seluruh elemen di Persibo Bojonegoro. Hukuman ini harus dijadikan cambuk untuk jadi lebih baik lagi. Tak hanya untuk para suporter, tapi juga manajemen, tim pelatih dan para pemain.