Apa sih plastik itu? Apa saja bahan dasarnya hingga ia sangat sulit terurai, bahkan butuh waktu 100 hingga 500 tahun? Nabs, berikut penjelasannya.
Sampah merupakan salah satu permasalahan besar di dunia sekarang ini, khususnya sampah plastik. Di Indonesia, berbagai cara dan inovasi juga telah dicetuskan pemerintah maupun golongan masyarakat.
Lantas, mengapa permasalahan ini tidak kunjung selesai? Tidak hanya itu, bahkan keadaan dunia yang memburuk akibat sampah plastik yang sulit terurai itu ikut menurun.
The National Plastic Action Partnership (NPAP) mencatat, ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik.
Nabs, yang dimaksud tidak baik adalah; dibakar di ruang terbuka (48%), tak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%) per tanggal 25 Juni 2021.
Hal itu tentunya sangat merugikan dan berdampak buruk bagi masyarakat dan lingkungannya. Apalagi sejak pandemi COVID-19 dimulai, tercatat jumlah sampah plastik melonjak naik hingga 2 kali lipat akibat maraknya belanja online.
Racun-racun dari partikel plastik yang sulit terurai itu sangat berbahaya jika terkonsumsi oleh makhluk hidup bahkan lingkungannya. Sampah plastik seringkali ditimbun begitu saja di dalam tanah dan membuat tingkat kesuburan tanah menurun yang menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya, racun-racunnya juga menyebabkan kematian bagi cacing-cacing atau hewan-hewan yang tinggal di tanah.
Kemudian, tidak jarang pula sampah plastik dibuang ke lautan dan menjadi sangat berbahaya bagi hewan-hewan laut, entah secara tidak sengaja terkonsumsi dan membuat hewan-hewan tersebut mati, atau bahkan menjerat tubuh mereka.
Tidak berhenti sampai di sana, membuang sampai plastik ke sungai pun bisa menyumbat saluran air dan akhirnya menyebabkan banjir serta mencemari air.
Ada juga beberapa pihak yang membakar sampah untuk menanggulangi sampah plastik. Tetapi pembakaran plastik yang tidak benar tidak akan mengurai partikel-partikel plastik, malah akan berubah menjadi dioksin yang mencemari udara.
Dioksin ini sangat berbahaya bagi manusia karena bisa menyebabkan kanker, gangguan sistem saraf, hepatitits, dan penyakit berbahaya lainnya.
Pemerintah sudah berupaya untuk mengurangi penggunaan plastik dengan membuat beberapa regulasi, seperti tidak menggunakan plastik di supermarket dan restoran dengan memperbanyak produksi tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali atau bahkan kardus.
Juga menghimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik dan menggantinya dengan barang-barang yang bisa dipakai secara berulang kali, mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang lebih bernilai di bidang industri, kerajinan, dan masih banyak lainnya.
Beberapa golongan masyarakat juga telah melakukan berbagai cara, dimana kebanyakan masyarakat menekankannya dalam mendaur ulang sampah plastik tersebut, entah berupa kerajinan, atau bahkan mengolahnya menjadi produk yang benar-benar baru dan sangat berguna dalam kehidupan manusia.
Bahkan, sudah banyak inovasi yang berupaya untuk menggantikan plastik dengan bahan-bahan organik, seperti “plastik” yang terbuat dari singkong.
Usaha dari pemerintah dan segelintir masyarakat tidak bisa berhenti sampai disini. Karena pada kenyataannya, sampah plastik masih terus bertambah.
Diperlukan lebih banyak inovasi dan aksi nyata dalam mengurangi sampah plastik demi masa depan Indonesia, bahkan dunia. Namun, tidak bisa dipungkiri jika plastik sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga produksi plastik tetap harus dilakukan.
Produksi plastik tidak bisa dihentikan begitu saja karena banyak hal yang masih memerlukan peran plastik terutama untuk kemasan produk cair. Plastik juga memiliki kelebihan yang sulit untuk digantikan, yaitu plastik lebih praktis, ringan, dan murah jika dibandingkan dengan material lainnya.
Sebenarnya, apa sih plastik itu? Apa saja bahan dasarnya sehingga plastik menjadi sangat sulit terurai hingga membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun? Mengapa?
Plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas, dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui. Bahan pembuat plastik umumnya berupa polymer polivinil, terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT.
Ada empat tahap pembuatan plastik secara umum. Tahap pertama disebut dengan Injection molding, pada tahap ini plastik yang masih berupa biji plastik atau pellet dan dimasukkan ke dalam tabung panas. Biji plastik yang telah masuk ke dalam tabung panas nantinya akan meleleh dan lelehannya itu akan dibawa ke dalam cetakan.
Kemudian, masuk ke dalam proses ekstrusi, proses ini menekan lelehan biji plastik hingga lebur dan menjadi halus. Selanjutnya merupakan proses thermoforming, dimana biji plastik yang telah leleh dan berubah menjadi lempengan, nantinya akan dipanaskan kembali dan masuk pada tahap proses pencetakan.
Terakhir, plastik yang telah leleh itu masuk ke dalam tahap blow molding yang merupakan proses pembuatan plastik secara umum. Dimana biji plastik yang telah dilelehkan akan dicetak dan dibuat menjadi barang yang diinginkan.
Tidak seperti apa yang kita pikirkan, plastik-plastik tersebut sebenarnya telah melalui proses pembetukan yang sangat kompleks di setiap tahapannya hingga akhirnya sangat sulit terurai oleh lingkungan.
Salah satu solusi yang bisa ditawarkan ialah untuk memilah produksi plastik jenis tertentu yang bisa didaur ulang dengan baik. Tahukah kalian kalau plastik sendiri jenisnya bermacam-macam?
Berikut beberapa jenis material plastik dan sifatnya:
1. PET atau PETE (Polyethylene terephthalate): Bisa didaur ulang
2. HDPE (High density polyethylene): Bisa didaur ulang
3. PVC (Polyvinyl chloride): Sulit didaur ulang
4. LDPE (Low density polyethylene): Sulit didaur ulang
5. PP (Polypropylene): Sulit didaur ulang
6. PS (Polystyrene): Sangat sulit didaur ulang
7. Polycarbonate: sulit didaur ulang
8. PLA (Polylactic acid) yang terbuat dari tanaman dan ramah lingkungan
Sebenarnya, masih ada jenis-jenis plastik selain dari daftar di atas, namun daftar diatas merupakan jenis-jenis plastik yang umum ditemukan. Sesuai dengan daftar diatas, ada sebagian material yang bisa didaur ulang, sulit didaur ulang, hingga sangat sulit didaur ulang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada plastik yang bisa didaur ulang dengan baik menjadi benda bernilai, dan ada juga plastik yang tidak bisa didaur ulang hingga akhirnya menjadi sampah.
Maka, memilah produksi plastik dengan memakai material yang bisa didaur ulang dengan baik menjadi benda yang bernilai sehingga plastik tersebut tidak akan menjadi sampah yang tertimbun, serta mengurangi bahkan menghentikan produksi plastik dengan material yang sulit didaur ulang.
Penulis lahir di Jakarta dan berdomisili di Bekasi. Saat ini menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran angkatan 2021.