Produk olahan singkong dan tepung mocaf menjadi produk unggulan baru bagi komunitas difabel Bojonegoro. Melalui produksi singkong, mereka bisa mendapat keuntungan ekonomi. Sebab, produk dipasarkan hingga luar kota.
Sebanyak 125 peserta dari komunitas difabel bojonegoro mengikuti lokakarya bertajuk “Pengembangan usaha tepung mocaf dalam pemberdayaan ekonomi keluarga difabel” Kamis (28/11) di Kecamatan Balen, Bojonegoro.
Lokakarya diselenggarakan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) atas dukungan SKK Migas tersebut, bertujuan memotivasi jiwa wirausaha mandiri komunitas difabel. Serta membuka peluang lebih besar mengakses pasar produk usaha difabel dalam usaha tepung mocaf.
Nabs, lokakarya tersebut, merupakan salah satu bagian program Pendidikan dan Keterampilan Untuk Kaum Muda dan Difabel yang diinisiasi EMCL sejak 2018.
Karena kualitas produk tergolong tinggi, olahan singkong dari Kecamatan Balen itu dipasarkan hingga ke luar kota. Sehingga berdampak sumber mata pencaharian baru bagi komunitas difabel yang menggerakkan usaha tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian, Agus Supriyanto yang ditemui dalam acara tersebut mengatakan, produk olahan harus dikembangkan dengan strategi marketing yang baik. Khususnya untuk branding dan kemasan.
“Kami siap memfasilitasi pembuatan ijin cetak kemasan maupun pelatihan branding dan kemasan,” katanya.
Dalam acara itu, materi disampaikan salah satu perwakilan difabel, Moch. Allifi yang telah berhasil mengikuti program binaan EMCL hingga kini. Selain itu pembicara lain diantaranya Iwan Adi, UD Muda Berkarya, Plt. Dinsos Kab. Bojonegoro, Drs. Ahmad Erfan, serta Anggota Komisi C DPRD Kab. Bojonegoro, Muchlasin Afan.
Beta Wicaksono, perwakilan EMCL, menyampaikan, dukungan terhadap program ini menjadi bukti komitmen perusahaan dalam pilar pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi.
“Harapannya para penyandang difabel dapat menambah pendapatan keluarga melalui usaha tepung mocaf ini,” tutur Beta.