Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Memahami Fenomena Ageisme di Era Digital

Widyastuti Septiyaningrum by Widyastuti Septiyaningrum
16/03/2019
in Cecurhatan
Memahami Fenomena Ageisme di Era Digital

Ageisme. Tentu banyak yang kurang paham tentang makna kata itu. Maklum, diskriminasi jenis ini jarang diketahui. Terutama jika dibanding sesama diskriminasi yang lain, yang populer kita sebut dengan singkatan SARA.

Ageisme merupakan jenis diskriminasi terhadap individu berbasis usia. Lebih sarkasnya, meremehkan seseorang hanya karena dipandang tidak sesuai usia. Ini sebentuk diskriminasi lho, Nabs. Hehe

Diskriminasi usia, kau tahu, bisa menyerang lansia maupun anak muda. Meski, mayoritas korbannya adalah para lansia. Stereotip melalui penggunaan gaya bahasa tertentu, sangat berpengaruh pada kepercayaan diri dan perilaku lansia.

Kecenderungan kita meremehkan kemampuan lansia. Setelah berulang kali mendengar stereotip bahwa lansia tidak memiliki daya upaya, mereka bakal merasa dirinya sebagai warga dependen dan tidak dapat memberikan kontribusi apa-apa.

Nabs, ketika orang tua mendengar stereotip tentang ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka, secara otomatis mereka akan salah menilai kemampuan diri sendiri. Sekaligus mengurangi kinerja memori. hmm

Dalam kegiatan sehari-hari misalnya, orang tua cenderung tidak dipercaya melakukan sebuah pekerjaan, hanya karena kita anggap kemampuan mereka sudah berkurang. Padahal, toh belum tentu juga kan?

Ageisme atau diskriminasi usia tidak hanya terjadi di kalangan orang tua. Anak-anak muda juga merasakan hal sama. Teramat banyak orang dewasa yang masih menganggap remeh skill seseorang hanya karena dia masih muda.

Tidak hanya menyangkut usia tua. Stereotip dan persepsi bahwa pekerja berusia lebih muda kurang cekatan dan kurang ahli juga terasa di kalangan anak muda. Meski, tentu saja, anggapan itu sering terpatahkan.

Banyak anak muda usia sekolah yang sudah memiliki skill bertahan hidup dan berkarya. Bahkan, tidak sedikit pula yang sudah bisa menghasilkan sesuatu. Namun, mereka masih dianggap sebagai anak kecil yang belum bisa apa-apa.

Fakta itu menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang memandang segala sesuatu tidak berbasis objektivitas. Melainkan anggapan pribadi. Tentu, pelan-pelan, kecenderungan itu harus diubah.

Ageisme di Era Digital

Era digital, disadari atau tidak, telah membikin kabur batasan usia. Muda dan tua semacam tidak ada bedanya, asal memiliki skill mumpuni. Sebab, bidang-bidang kerja yang dulu mungkin sulit dikerjakan anak kecil atau orang tua, kini bisa dilakukan dengan mudah.

Contoh paling mudah adalah driver ojek online (ojol) yang usianya cukup sepuh. Di Bojonegoro saja, masih banyak dijumpai driver ojol berusia di atas 50 tahun. Tentu, ini menunjukkan bahwa meski berusia tua, mereka tetap mengikuti teknologi.

Di lain sisi, banyak pula anak-anak yang sudah menjadi ahli di usia teramat muda. Bahkan, anak-anak SMA sudah bisa menghasilkan pundi-pundi uang hanya dengan menjadi seorang youtuber ataupun influencer.

Nabsky, era digital memang menghapus sekat batasan usia. Namun, sebagai masyarakat berperadaban, kita juga harus paham laku takzim pada mereka yang sudah tua.

Ingat! Orang tua dihormati bukan karena skill dan kemampuannya, melainkan murni karena kita takzim sebagai orang yang kebetulan berusia lebih muda.

Tapi tetap saja masalah ageisme di Indonesia bukan berada pada level yang rendah. Ageisme di Indonesia masih saja tinggi, hanya saja jenis ageisme di Indonesia sedikit berbeda dari ageisme di luar negeri.

Tags: AgeismeDiskriminasi UsiaEra Digital
Previous Post

Pak Ndul dan Fenomena Local Genius di Bojonegoro

Next Post

Menguak Hubungan Kultural antara Persibo Bojonegoro dengan Perseru Serui

BERITA MENARIK LAINNYA

Serabi, Perhatian Pembangkit Kenangan
Cecurhatan

Serabi, Perhatian Pembangkit Kenangan

21/05/2025
Ekoteologi: Saatnya Belajar dari Pohon
Cecurhatan

Ekoteologi: Saatnya Belajar dari Pohon

20/05/2025
Kubah Jiwa: Mario Rossi dan Syekh Abul Abbas Al Mursyi
Cecurhatan

Kubah Jiwa: Mario Rossi dan Syekh Abul Abbas Al Mursyi

17/05/2025

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anyar Nabs

KOPRI PC PMII Bojonegoro Ajak Generasi Muda Lindungi Anak Dari Penikahan Dini

KOPRI PC PMII Bojonegoro Ajak Generasi Muda Lindungi Anak Dari Penikahan Dini

23/05/2025
Suluk Geobiculta: Kearifan Lokal sebagai Pilar Pendidikan

Suluk Geobiculta: Kearifan Lokal sebagai Pilar Pendidikan

22/05/2025
Serabi, Perhatian Pembangkit Kenangan

Serabi, Perhatian Pembangkit Kenangan

21/05/2025
Ekoteologi: Saatnya Belajar dari Pohon

Ekoteologi: Saatnya Belajar dari Pohon

20/05/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Penerbit Jurnaba
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • PUBLIKASI
  • JURNAKOLOGI

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: