Menunggu dan mengantre memang sama. Sama-sama menyebalkannya. Namun, mengantre memiliki sesuatu yang tidak dimiliki menunggu, yakni kepastian.
Masih ingatkah kapan terakhir kali kamu mengantre? Bisa jadi saat beli bensin di SPBU, atau saat menunggu lampu lalu lintas berganti hijau. Atau mungkin saat beli makanan di warung yang sedang ramai pengunjung.
Lalu, apa yang kau rasakan saat proses penantian? Tidak hanya rasa tidak sabar tentunya. Diam-diam, pasti ada kecemasan tentang sesuatu yang tidak diinginkan. Telat berangkat ke tujuan adalah satu contoh kecemasan itu.
Nabs, terkadang antre menjadi ujian yang teramat berat. Terutama bagi kamu yang sedang dikejar-kejar tenggat. Menanti pergantian orang di toilet umum mungkin bisa menggambarkan betapa beratnya proses antre.
Namun, sepanjang apapun proses mengantre, toh pasti ada saat gilirannya. Hal itu, tentu tidak sama dengan menunggu. Dalam proses menunggu, kita tidak pernah tahu akan proses yang sedang kita tunggu.
Meski terkesan sama, antre dan menunggu berbeda. Dalam antrean, ada sesuatu yang pasti. Namun memang harus dinanti. Sedangkan dalam menunggu, hampir tidak ada kepastian akan apa yang sedang dinanti.
Dalam hidup, tidak ada kegiatan yang paling membosankan selain menunggu. Sebab dalam menunggu, tubuh kita berhenti bergerak sementara kecemasan tetap saja terus merangkak.
Berbeda dengan menunggu. Meski sama-sama menanti, di dalam mengantre ada kepastian akan datangnya waktu giliran. Itu alasan kenapa frasa “menunggu jodoh” harusnya diganti dengan “mengantre jodoh”.
Mereka yang menunggu datangnya jodoh, tentu bakal lebih cemas dibanding mereka yang mengantre datangnya jodoh. Sebab dalam mengantre, jodoh sudah pasti datang. Sedang dalam menunggu, jodoh belum tentu datang.
Seorang kawan menganalogikan proses penantian jodoh sebagai antrean di SPBU. Asal tidak keluar dari baris antrean, pasti punya giliran untuk dilayani. Tapi, ketika hampir dilayani petugas dan malah keluar baris antrean, tentu harus mengulangi antrean dari awal lagi.
Mengantre maupun menunggu memang kerap menyedihkan. Namun sebenarnya, ia hadir sebagai pause dalam rutinitas yang kerap melahirkan ketergesaan hidup. Tanpa antre, berbagai macam kegiatan mungkin bakal tidak terkondisikan.
Jika kau tidak mampu mengejar jodoh, antrekan dirimu. Masukkan dirimu dalam barisan antrean. Sehingga, apa yang kamu nanti-nanti tidak akan sia-sia. Namun jika yang kamu lakukan adalah menunggu jodoh, tentu bakal diliputi kecemasan.
Karena itu, dalam proses menunggu jodoh, harus diniati sebagai proses yang mengantre. Bukan sesuatu yang menunggu. Antre adalah keniscayaan. Sebab, hakekat hidup merupakan proses mengantre demi kematian.