Masalah dunia digital dan dilema Industri 4.0 diurai secara bernas dalam talkshow bertajuk Empowering Millenials Through Creative Economy di Gedung Bakorwil Bojonegoro pada (5/12) pagi.
Dalam acara diinisiasi Bakorwil Bojonegoro bekerjasama dengan Jurnaba.co tersebut, menghadirkan narasumber millenial cukup berpengalaman di bidang masing-masing.
Hadir sebagai pemateri, Content Manager Jurnaba.co, Mahfudin Akbar, Public & Government Affairs EMCL, Askarina Bintari dan Founder & Editor in Chief GNFI, Akhyari Hananto.
Acara dihadiri puluhan undangan itu, tak hanya didatangi mahasiswa dan pemudi-pemuda. Bahkan, ibu-ibu yang sudah berumur pun, amat antusias dalam mengikuti acara.
Mahfudin Akbar membeber banyaknya entitas profesi yang bakal ditemui di era digital. Profesi yang sepuluh tahun lalu mungkin belum terpikirkan, kini mulai ada dan banyak dilakukan.
Entitas profesi baru tersebut, jelas pemuda yang akrab disapa Anin itu, berbasis tiga hal. Di antaranya, penguasaan soft skill, Artificial Intelegence (AI), dan Passion.
Penguasaan soft skill yang terdiri dari keterampilan komunikasi, bersosial hingga kepribadian, amat menentukan seberapa besar peluang membangun usaha. Sedangkan kehadiran AI atau robot, kata dia, kini sudah lumrah ditemui di berbagai bidang. Terutama informasi dan teknologi.
“Dan yang hebat, era digital membikin passion bisa menjadi ladang usaha. Ini tentu sulit ditemui di zaman-zaman dahulu,” ucapnya.
Sementara Askarina Bintari lebih fokus bercerita tentang pengalaman dia mendapat beasiswa Chevening yang membuatnya bisa berkuliah di luar negeri. Menurutnya, saat ini, bisa kuliah di luar negeri bukan sekadar mimpi.
Asal punya upaya untuk mengejar dan mempersiapkan diri dengan maksimal, kata perempuan akrab disapa Karin tersebut, saat ini, beasiswa keluar negeri sangat mungkin untuk didapat.
Yang penting, kata dia, harus bisa mengembangkan potensi diri. Dan untuk mengembangkan potensi, menurutnya, tak hanya didapat dari proses belajar. Tapi juga harus punya role model.
“Untuk mengembangkan potensi diri, kita harus punya role model. Itu diperlukan sebagai langkah untuk mencapai tujuan,” kata perempuan kelahiran 1994 itu.
Akhyari Hananto, founder GNFI, lebih fokus menerangkan besarnya peluang bisnis di era digital. Sebab, menurut Akhyari, jumlah netizen di Indonesia amat besar dan sadar online.
Netizen Indonesia, kata dia, berada di urutan ketiga di dunia sebagai netizen yang progresif memposting dan ngomen konten.
Dia mencontohkan sejumlah karakter netizen di dunia. Untuk Filipina, misalnya, netizennya hanya suka posting. Sedang Brazil, lebih suka komentar. Hebatnya, Indonesia suka posting dan komentar di media sosial.
“Nah, momentum digital di Indonesia ini sedang besar-besarnya. Karena itu, harus dimanfaatkan.” Kata Akhyari.
Akhyari menjelaskan, momentum digital harus dimanfaatkan. Jangan dibiarkan lewat begitu saja. Karena itu, ekonomi kreatif berpotensi jadi sangat maksimal jika dikolaborasikan dengan teknologi digital.
“Dengan mengembangkan Creative Economy melalui kemajuan teknologi, Indonesia bisa makin maju dalam banyak hal,” imbuhnya.