Nonton sinetron bukan pekerjaan mudah bagi para millenial. Tapi, nonton sinetron bagi anak millenial juga bisa jadi cara melatih kesabaran. Sabar melawan kebosanan, misalnya.
Kali ini saya menulis tentang sinetron. Tapi jujur, sebenarnya saya tidak termasuk orang yang terlalu suka nonton tivi. Bahkan, saya masih ingat ketika televisi saya rusak, saya biasa saja.
Hampir enam bulan tidak diservis. Hehe. Karena se rumah memang tidak terlalu suka nonton. Bahkan, Nabs, dulu saat televisi saya rusak, saya, ibu dan bapak tidak merasa terdampak karena tidak bisa nonton tivi. Hehe.
Seiring berjalannya waktu, Ibu mulai sering nonton. Apalagi jika di siang hari. Nabsky pasti tahu lah apa yang ibu saya lihat? Ya, sinetron. Hehe. Sinetron kebanyakan digemari kalangan orang tua. Karena selalu menyuguhkan kisah-kisah menarik. Terutama permasalahan liku-liku rumah tangga.
Saat ibu nonton sinetron, saya termasuk orang yang diam-diam ambil remot dan mengalihkan channel televisi. Hehe. Jangan ditiru. Karena memang saya merasa ada channel menarik lain yang harus saya tonton dan ketahui. Seperti berita terkini atau film bioskop tentang perjuangan yang ditayangkan ulang. Saya suka.
Berhubung hari ini saya pulang kerja agak siang. Pukul setengah 3 sore sudah sampai rumah. Setelah beres-beres saya menyusul ibu bersantai di depan televisi. Lagi-lagi channel yang ditonton masih sinetron. Begitu setianya ya ibu saya dengan sinetron. Salut. Haha.
Saya pun mencoba mengikuti alur ceritanya sambil makan jajanan lebaran. Karena Nabsky pasti tahu kan ya, kalau lebaran kali ini tergolong sepi. Jadi jajan lebaran dimakan sendiri.
Singkat cerita, judul sinetronnya begini, “aku tega meninggalkan suamiku karena harta.” Ngeri ya? hehe. Ya begitulah rata-rata judul sinetron.
Pada tayangan tersebut, terdapat seorang laki-laki yang menjual es kelapa muda. Namanya Arif. Ia punya istri dan anak. Hidupnya sederhana. Pun jauh dari kaya. Tetapi ia rajin sedekah dan pandai bersyukur. Kebutuhan sehari-hari untuk makan pun terpenuhi. Tapi sayang, Arif memiliki istri yang kurang bersyukur. Maunya belanja barang-barang mewah.
Mulai hp terbaru, tas, berlian dan sebagainya. Kurang bersyukur dan durhaka kepada suami. Pada suatu hari, sang istri tidak tahan hidup dengan keadaan pas-pasan. Sang istri meninggalkan anak dan Arif dengan mencaci maki dan minta pisah.
Beberapa hari kemudian, sang istri sudah mendapat calon suami baru. Tapi apa boleh buat. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Calon suami barunya mengetahui kalau istri Arif tersebut tidak baik untuknya. Semuanya terbongkar. Pernikahan akhirnya dibatalkan.
Selang beberapa hari, istri Arif ditabrak sepeda motor. Akhirnya kakinya lumpuh. Dia menyesal telah berbuat durhaka kepada suaminya. Datanglah ia ke rumah Arif dan meminta maaf.
Wanita itu bersimpuh di kaki Arif. Ia telah menyesal meninggalkan Arif hanya karena Arif miskin. Tidak bisa membelikan apa yang ia mau. Keegoisannya telah membuat ia masuk ke dalam jurang penyesalan.
Hingga beberapa saat kemudian, sutradara merekayasa wanita itu meninggal di bawah kaki Arif setelah meminta maaf. Penyesalan membawanya pada maut yang telah menjemputnya.
Arif sudah memaafkan, meski hatinya masih sakit. Dan kini bercampur sedih. Karena Arif masih mencintai dan berencana untuk rujuk kembali setelah bercerai beberapa bulan yang lalu.
Sinetron di atas mungkin sudah biasa kamu dengar bahkan lihat. Namun mengandung pelajaran hidup yang luar biasa. Tentang bagaimana kita bersyukur atas nikmat Allah, suami yang setia dan pekerja keras, penyesalan karena telah berbuat durhaka dan sebagainya.
Karena pada dasarnya hidup ini tidak hanya mengejar harta semata. Melainkan bagaimana kita bisa menjemput rezeki Allah dan mensyukurinya dengan mempergunakannya dengan baik.
Dan ngomong-ngomong pemeran yang menjadi Arif itu saya sedikit suka. Dia berwajah teduh, menenangkan. Maka dari itu saya tonton sinetronnya sampai habis. Hehe.
Ya, memang sih. Nonton sinetron bukan pekerjaan mudah bagi para millenial. Tapi, nonton sinetron bagi anak millenial juga bisa jadi cara melatih kesabaran. Sabar melawan kebosanan, misalnya.
Dan bagi jomblowan-jomblowati jangan membayangkan punya suami seperti Arif dulu ya? Sabar, jodoh takkan tertukar. Mari memperbaiki diri bareng untuk jemput jodoh impian yang kayak di sinetron-sinetron. Haha
Semoga bermanfaat.
Bubulan, 29 Mei 2020