Memilih jurusan kuliah bukan hal sederhana. Selain dipilih dan dijalani, ia juga harus diyakini. Sama plek kayak memilih, ehm, jodoh.
Banyak anak muda yang saat ini bercita-cita ingin jadi seniman. Baik itu pelukis, penari, pematung, atau bahkan bercita-cita menjadi seorang sutradara dan animator.
Nah, untuk mencapai cita-cita tersebut, setidaknya mereka harus menuntut ilmu di bidang seni. Baik itu seni lukis, seni tari, seni musik, perfilman dan atau desain grafis.
Selain memilih jurusan seni yang tepat, memilih tempat kuliah kesenian yang tepat juga teramat penting lho, Nabs. Sebab, saat mengira kuliah seni itu mudah tapi nggak sesuai ekspektasi, pasti bakalan ingin pindah jurusan.
Belum lagi tugas yang dibikin teman kamu dirasa jauh lebih baik dari tugas yang kamu bikin. Padahal kamu sudah ngerjain dan mikirin itu berhari-hari lamanya, pasti perasaan kamu untuk nyerah kian membuncah.
Yang paling berat dari itu semua adalah singgungan terhadap masa depan. Anak-anak seni kerap tersinggung dan minder jika sudah membahas masa depan. Sebab, stigma pengangguran melekat erat pada anak-anak seni.
Jurnaba.co menemui salah satu mahasiswa yang memilih jurusan kesenian di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta, Dewi Qurrota A’yun. Perempuan akrab disapa Ayun itu berupaya melawan stigma kuliah di jurusan seni.
Ayun sudah lama menyukai seni peran. Sejak SMP dia mulai berproses. Prosesnya tidak hanya ia pelajari di sekolah. Namun juga di sanggar seni Sayap Jendela. Pematangan seni peran ia matangkan dengan kegigihan memperjuangkan idealisme berkarya.
Dari situ, geliat seni Ayun mulai menghiasi hasil kerja kerasnya. Ayun sudah pentas keliling di kota-kota besar, seperti Solo, Semarang, Jakarta, Surabaya, Pekalongan, Klaten, Kulonprogo. Bahkan Ayun sudah pernah terpilih dikirim ke Shanghai China untuk bermain teater bersama teman-teman ISI Jogja.
“Akan banyak kerjaan yang tersedia buat kamu yang memilih jurusan kesenian, lebih dari yang kamu bayangin,” kata Ayun.
Ayun mengatakan, sejauh ini, jurusan seni kerap dipandang sebelah mata. Terutama jika sudah menyangkut masa depan. Padahal, pasca lulus, anak seni peran bisa banget buat jadi seniman profesional.
Bahkan, kata dia, mahasiswa seni peran juga bisa jadi aktor profesional, guru teater, atau sutradara dan pemain film. Semua bisa dilakukan asal niatnya tertata. Ayun bahkan telah membuktikannya dengan mewakili kampusnya ke luar negeri.
Apa yang dilakukan Ayun merupakan pembuktian prestasi yang sangat luar biasa. Sebab sebelumnya, Ayun juga sempat tidak disetujui orang tuanya ketika memilih jurusan seni, terlebih teater.
“Kalau kamu suka ya pertahankan itu, jangan setengah-setengah untuk memilih, yang paling penting kamu harus bertanggung jawab atas pilihan kamu,” kata Ayun.
Nabs, memilih jurusan kuliah itu kayak memilih jodoh lho. Tidak hanya dipilih dan dijalani saja. Tapi harus diyakini. Kalau nggak yakin, gimana mau maksimal ngejalaninya hayo? Jadi kamu harus yakin. Kayak kamu yakin sama si dia.
Jangan malas buat cari tahu sendiri soal sekolah atau kampus dengan jurusan seni yang pengen kamu tuju. Semua informasi yang kamu butuhin soal mata kuliah, sistem perkuliahan dan suasana pergaulannya bisa kamu dapetin dengan cara ini.
Gak rugi kok Nabs, jalan-jalan buat cari tahu tentang jurusan impian kamu. Dengan cara ini, siapa tahu kamu bisa makin yakin sama pilihan kamu buat masuk jurusan seni.
Sekolah di jurusan seni adalah kerja keras dan butuh kekuatan berkomitmen untuk bertahan. Kalau kamu cuma coba-coba dan tidak serius, lebih baik kamu urungkan niat buat kuliah di jurusan ini dan memilih jurusan yang lain.
Sebab, bakat saja tidak cukup. Kamu juga butuh segalanya buat jadiin bakat kamu ini terasah di jurusan seni. Jadi gimana, semakin tertarik ambil jurusan seni gak nih? Hehe