Ragu bukan hal yang menakutkan. Tapi, dalam kebaruan, terdapat keraguan.
Saban orang memiliki keraguan, hendak melangkah pun masih mikir-mikir.
Nabs, terkadang kita juga lupa bahwa keraguan masih terus menghantui kehidupan sehari-hari. Bisa dibilang setiap hari.
Dalam rangka menepis keraguan, bukan menghindarinya. Melainkan mencoba melawan adalah hal yang terbaik.
Dan menghadapinya adalah jalan yang sangat mulia, Nabs. Jika ada hal yang baru, di situlah letak keruguan yang sesungguhnya.
“Tok, tok, tok”. Pagi sekali (isuk cilik), saya didatangi Jud atau sering disebut Pak RT. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba Pak RT menyuruh saya menjadi MC pernikahan.
“Do…., sesok ngemse ya?” Ujar Pak RT.
“Eeeee…., tapi aku raiso MC to lek.”
“Wes to…., iso-iso, Do?”
Pak RT begitu yakin. Bahwa saya mampu. Lalu bagaimana saya meracik rangkaian acara demi acara untuk besok?
Saya pun mulai berpikir panjang kali lebar. Hampir setiap malam tidak bisa tidur (sesekali kesik-kesik sirah).
Master of Ceremony (MC) pernikahan bukan sekadar ngomong ceplas-ceplos bak MC peringatan hari ulang tahun. Namun, tata bahasa jawa dan logat dalang yang menjadi pakem di acara pernikahan, harus diperhatikan.
MC kalau orang yang agak hitz menyebutnya, pranoto adicoro, kalau orang Jawa menyebutnya.
Nabs, saya harus benar-benar menyiapkan mental. Menutupi kaki yang gemetar.
Selain kaki, mulut juga bisa ikut bergetar, jika dredek di depan umum. Bisa juga si titit bergetar dan tak berdaya ketika perasaan ikut dredek dipandeng banyak orang.
Itu adalah hal baru bagi saya. Terbilang baru, sebab saya belum pernah melakukannya sama sekali sebelumnya.
Baru kali itu saja, ada panggilan mendadak dari Pak RT. Saya tetap haqqul yaqin, jika mereka percaya pada saya. Saya harus bisa.
Hal baru identik dengan ragu. Yang ragu harus dilawan dan tak akan pernah bisa kita hindari. Mengutip dari beberapa pengalaman pekerja seni, seperti tata rias dan jasa sewa alat pesta. Kebaruan itu niscaya, keraguan mengikutinya, dan menepis dengan cara melakukannya.
Mereka dulu mengawali karirnya sangatlah ragu. “Mlaku tora?, usahaku ngeneki?” Katanya, itu adalah hal wajar bagi pelaku bisnis pekerja sortarup. Bisa dibilang menjajikan dan merugikan pula.
Beberapa kawan-kawan yang ada di sound system, juga begitu. Pernah mangalami masa baru dan ragu. Belum memulai sudah ragu duluan. Itulah tukang jedag-jadug atau sound. Selalu memikirkan suara dan suara.
Sedikit ungkapan dari para pekerja sortarup, jika terus merasa ragu jangan hidup. Kebaruan akan terus kita hadapi. Dan keraguan ada di depan pikiran kita.
Kita para pekerja seni juga tak pernah berpikir jika ada pandemi. Yang sangat berdampak pada ekonomi kita (pekerja seni). Namun, dari berbagai upaya. Semua akan berusaha bertahan hidup. Jadikan ragu sebagai hal yang biasa. Dan baru sebagai ujung yang fatamorgana.
WA Coffee, 06 Januari 2022