Peran dan posisi dalam sepakbola modern saat ini sangat beragam. Seorang pemain tak hanya dilabeli sebagai pemain tengah, belakang atau depan. Banyak sebutan dan istilah baru yang perlu diketahui oleh para penggila sepakbola.
Sepakbola adalah olahraga yang dinamis. Ia berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya tak hanya dari gaya permainan, tapi juga jenis peran dan posisi seorang pemain.
Dulu, posisi atau peran dalam sepakbola dibedakan dalam 3 bagian. Pemain belakang, pemain tengah dan pemain depan.
Ketiganya bisa dipecah lagi ke dalam posisi-posisi tertentu. Mulai dari penjaga gawang, bek tengah, bek sayap, gelandang bertahan, pemain sayap, playmaker, hingga penyerang tengah.
Namun seiring berjalannya waktu, peran dan posisi pemain saat ini jadi lebih kompleks dan spesifik. Hal itulah yang membuat munculnya peran dan posisi baru dalam sepakbola modern.
Lalu, apa saja peran dan posisi baru dalam persepakbolaan modern? Yuk Nabs, kita bedah bersama tentang beberapa peran dan posisi baru dalam sepakbola modern.
Deep Lying Playmaker

Dinamisnya posisi dalam sepakbola modern direpresentasikan secara luas lewat istilah deep lying playmaker. Peran atau posisi tersebut terkenal berkat sosok gelandang legendaris Italia, Andrea Pirlo.
Ketika tampil bersama AC Milan, Pirlo diserahi tugas sebagai pengatur permainan. Masalahnya, Pirlo bukanlah sosok “playmaker” yang sebenarnya. Ketika itu, sosok playmaker diartikan sebagai gelandang serang lincah yang posisinya berada di dekat penyerang.
Sedangkan Pirlo bukanlah tipe gelandang serang lincah. Dia cenderung lambat. Namun, Pirlo sangat piawai dalam mengatur tempo permainan dan mengumpan. Itulah mengapa Pirlo ditugasi sebagai deep lying playmaker.
Posisinya jauh berada di belakang penyerang atau striker. Dia berada di posisi yang biasa ditempati oleh seorang gelandang bertahan konvensional. Dengan berada cukup dalam (deep) di lapangan, Pirlo bisa dengan leluasa mengatur tempo dan mendistribusikan umpan.
Berkat peran Pirlo ini, AC Milan dan Juventus meraih banyak gelar. Pun dengan timnas Italia yang suskes mengangkat trofi Piala Dunia 2006.
Posisi deep lying playmaker ini kemudian kerap dipakai oleh tim-tim lain. Contohnya adalah Xavi di Barcelona, Xabi Alonso di Real Madrid, serta kompatriot Pirlo, Marco Veratti di PSG.
False Nine

False nine adalah posisi di mana seorang gelandang atau winger berperan sebagai penyerang utama. Istilah itu muncul untuk merujuk sebuah tim yang tampil tanpa seorang penyerang tengah murni dalam pertandingan.
Kenapa dinamai false nine? Seorang penyerang murni biasanya menggunakan nomor punggung 9. Pada false nine yang dipasang bukanlah penyerang tengah murni, melainkan gelandang. Karena b’ukan penyerang nomor 9′ maka muncul istilah false nine.
Posisi atau peran ini mencuat ke permukaan saat timnas Spanyol merajai sepakbola internasional. Mulai 2008 hingga 2012, La Furia Roja menyabet 1 Piala Dunia dan 2 Piala Eropa.
Timnas Spanyol saat itu sering menurunkan seorang gelandang serang untuk menempati posisi penyerang. Biasanya, pelatih timnas Spanyol, menempatkan Cesc Fabregas.
Tugas Fabregas saat itu adalah menarik pemain bertahan lawan untuk keluar dari posisinya. Alih-alih menunggu bola datang layaknya seorang penyerang tengah, Fabregas justru lebih sering turun menjemput bola. Peran yang dimainkan oleh Fabregas di timnas Spanyol ini kemudian jadi ikonik.
Pada masa itu, Spanyol memang bergelimang gelandang berkualitas. Mulai dari Xavi, Iniesta, Fabregas, Xabi Alonso, Sergio Busquets, David Silva, Tiago Alcantara, Santi Cazorla, hingga Juan Mata.
Untuk mengakomodasi gaya permainan dengan dominasi umpan pendek, timnas Spanyol beberapa kali tampil tanpa penyerang murni. Tak perlu penyerang jangkung, cukup gelandang serang atau winger yang punya naluri gol tinggi dan juga jago mengumpan.
False nine juga kerap diasosiasikan dengan Lionel Messi. Messi yang posisi aslinya adalah winger, kerap ditempatkan sebagai penyerang tengah. Padahal, secara postur Messi kurang cocok untuk menempati posisi penyerang tengah.
Wide Target Man

Seorang penyerang dengan postur tinggi besar idealnya ditempatkan di tengah sebagai penyelesai akhir. Namun, bagaimana jika penyerang tinggi besar ditaruh di sisi sayap?
Istilah wide target man mencuat ke permukaan berkat peforma Mario Mandzukic di Juventus. Pemain asal Kroasia yang memiliki postur tinggi menjulang itu sempat ditempatkan sebagai penyerang sayap.
Posisi yang dimainkan Mandzukic ini tentu tak lazim. Dia biasanya berperan sebagai penyelesai akhir atau murni target man. Namun di bawah asuhan Max Allegri di Juventus, Mandzukic bertransformasi jadi wide target man.
Contohnya saat final Liga Champions 2017 antara Juve melawan Real Madrid. Bukannya menempatkan winger cepat di sisi sayap, Allegri justru memilih memainkan Mandzukic.
Eksperimen Allegri ternyata cukup berhasil. Mandzukic di pertandingan final tersebut sukses mencetak gol indah. Sayangnya, gol indah Mandzukic itu tak cukup untuk membawa trofi Liga Champions ke Kota Turin.
Apa yang dilakukan Mandzukic ini tentu mendobrak kebiasaan lama. Penyerang bertubuh tinggi besar pun bisa ditempatkan di sisi sayap yang jauh dari mulut gawang.
Itu tadi Nabs, beberapa peran dan posisi baru dalam sepakbola modern. Peran atau posisi baru tersebut membuat sepakbola jadi lebih berwarna. Setuju, nggak?