Kalau boleh jujur, di dalam tubuh kita tak hanya terdapat benda padat dan cairan belaka. Tapi ada padatan dan cairan esai yang selalu lupa dituliskan.
Pengurus Rayon (PR) PMII Punokawan Komisariat UNIGORO gelar ngaji yang bukan sekadar ngaji, yakni Ngaji Esai dengan tema Membaca Ayat-Ayat Kauniyah.
Acara dihelat pada 4 November pasca Maghrib tersebut, mampu sedot perhatian sahabat dan sahabati dari berbagai penjuru bumi. Berikut laporannya.
Tersadar atau tidak, angin November berhembus. Musim kemarau berganti menjadi musim penghujan. Jembatan Glendeng yang kokoh berdiri dari tahun ke tahun, untuk semantara waktu, harus menjalani perawatan terlebih dahulu.
Banyak dugaan mengapa Jembatan Glendeng ‘sakit’. Konon menurut sahabat dan sahabati, hal itu terjadi karena Jembatan Glendeng tidak kuat menahan rindu. Rindu yang tidak biasa tentunya.
Dugaan lain, karena Jembatan Glendeng kurang mendapat perhatian, misalnya puisi yang melukiskan keindahan Jembatan Glendeng, aliran airnya sebagai media penyambung rasa, yang mengantarkan mahabbah kepadanya, dan daratan di sekitar jembatan pernah menjadi saksi bisu pertempuran pribumi melawan penjajah.
Secara kuantitas, karya sastra ihwal Jembatan Glendeng yang menghubungkan Bojonegoro dengan Tuban, berbanding terbalik dengan banyaknya sampah yang mengalir di bawah jembatan. Mari muhasabah bersama-sama.
Baik, Nabs. Kegiatan Ngaji Esai yang diselenggarakan di sekitar Surga Pojok Kota, yakni Mulyoagung atau Njantur, berlangsung dengan penuh tawa plus bahagia. Diselenggarakan di ruang intelektual sederhana di pojok kota, Warkop BJ.
Ngaji Esai bersama Wahyu Rizkiawan merupakan kegiatan yang diinisiasi Departemen Biro Jurnalistik PMII Punokawan. Acara yang berlangsung Rabu Wage, 4 November 2020 sebakda isya itu, dibuka dengan sambutan-sambutan.
Sambutan pertama oleh Sahabat Dimas selaku Ketua Rayon, kemudian Sahabat Singgih Bayu selaku koordinator Biro Jurnalistik, dan sahabat Muchlis selaku Ketua Komisariat PMII Unigoro yang baru terpilih, beberapa hari lalu.
Kemudian tibalah di momen yang ditunggu-tunggu yaitu membaca ayat-ayat kauniyah bersama Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah wa Jurnabiyah, Wahyu Rizkiawan.
Acara tersebut dipandu oleh Jurnabiyin yang senantiasa mengalur-alur di udara, siapa lagi kalau bukan saya sendiri wqwq ~
Mukaddimah yang disampaikan oleh Wahyu Rizkiawan tentang esai, Mahbub Djunaidi, dan segala sesuatu ihwal kepenulisan mampu menstimulus otak sahabat dan sahabati yang hadir di forum yang inshaallah penuh barokah plus ibrah itu.
Satu per satu sahabat dan sahabati menanggapi kalimat Founder Jurnaba itu. Ketika dialektika terjadi, ada ibrah yang mengiringi. Berdialektika dan menulis merupakan suatu wujud syukur hamba kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sahabat Dimas, Rahul, Feri, Ali, Sahabati Devi, dan lain-lain, bergantian menyuarakan unek-uneknya. Dari Ngaji Esai episode pertama, banyak ibrah yang bisa dipetik, salah satunya belajar dari Sahabat Feri Setiawan ihwal ketabahan. Walaupun didera derasnya hujan, tak ada sepercik air yang menyentuh kulitnya, karena ia sedia payung sebelum hujan.
Selain itu, bisa belajar keistiqomahan dari Sahabati Devi. Dia senantiasa ikut plus antusias di berbagai forum ngangsu kaweruh bersama founder Jurnaba. Meskipun rumahnya agak jauh, tidak menjadi penghalang Devi untuk hadir di Ngaji Esai.
Beberapa cangkir kopi, kertas plano, spidol, lampu, makaroni, es teh, dan es susu menjadi saksi bisu pertemuan yang berlangsung hingga menjelang dini hari. Dan tak lupa makhluk metafisika menjadi saksi dan mungkin ada juga yang tergabung dalam forum Ngaji Esai, wqwqwq.
Itulah, Nabs. Ngaji Esai pertama, cakupannya lebih luas dari pada jurnalistik. Wejangan penting yang disampaikan oleh pemateri pada malam itu, salah satunya: tanamkan dalam sanubarimu bahwa menulis esai itu easy alias mudah.
Jika kita wani dan berusaha dengan sungguh-sungguh menggoreskan pena atau menekan tuts keyboard dalam rangka menuju keabadian. Ingat kalimat Bung Mahbub Djunaidi, “Aku akan menulis, dan akan terus menulis sampai tak mampu lagi menulis”. Sampai jumpa di Ngaji Esai episode ke-dua.