Bisnis bisa berasal dari sesuatu yang kecil dan kerap luput dari perhatian banyak orang. Sutrisno membuktikan itu. Berawal dari usaha perkakas hajatan, ia sukses melebarkan sayap bisnisnya.
Pria paruh baya itu berjalan tenang. Tatap matanya tajam, khas sosok berpengalaman. Bersarung dan memakai baju batik warna putih, kian menambah kesan bersahaja pada penampilannya.
Adalah Sutrisno, yang lebih akrab disapa Pak Tris Pinggiran. Salah satu pebisnis asal Bojonegoro yang bergerak di bidang properti dan persewaan perkakas hajatan. Kemarin (25/1/2019), Jurnaba.co berkunjung ke rumahnya.
Pak Tris mengawali obrolan dengan membahas pergeseran moda bisnis internasional. Tentang bagaimana Mark Zuckerberg melenggang dengan Facebook, Jack Ma dengan Alibaba, serta Bill Gates dengan Windows. Tak ketinggalan GoJek yang asetnya tak nampak.
Ia bercerita bahwa laju bisnis saat ini sangatlah cepat. Dan medianya pun telah bergeser ke ranah digital. Meskipun begitu, ia juga berkelakar, bahwa ranah tersebut sulit untuk ia ikuti.
Sebab ia sudah ketinggalan masanya untuk bergerak di bidang tersebut. Yang bisa dilakukan adalah tetap fokus mengerjakan yang ia mampu.
Pak Tris bercerita bahwa awalnya ia bekerja di salah satu BUMN di bidang proyek pembangunan. Hal ini sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu Teknik Sipil. Selama sekitar tujuh tahun, ia melanglang buana. Mulai dari Jawa hingga pulau-pulau lain di Indonesia.
Dalam perjalanan pekerjaan tersebut, Pak Tris merasa tidak memiliki ruang untuk mengembangkan diri. “Saat bekerja, saya lebih banyak di luar Jawa. Untuk belajar, sekolah, bahkan mengikuti seminar saja sulit. Sulit sekali untuk mengembangkan diri,” kenang pria kelahiran 31 Juli 1969 itu.
Selain itu, ia masih menyimpan mimpi kembali ke Bojonegoro. Membangun daerah, dan membuka lapangan pekerjaan. Hingga mimpi itu terealisasi pada 1999. Ia memutuskan resign dari BUMN tempat ia bekerja.
Pak Tris pun pulang ke Bojonegoro dengan tekad menjadi pengusaha. Tahun pertama, banyak bisnis yang telah ia jajal. Mulai dari bisnis kayu, kontraktor, hingga produksi batu bata.
Namun kenyataannya, bisnis memang tak semudah mengambil uang di ATM. Aset dan tabungannya sempat habis dalam upayanya membangun usaha. Dan jalan takdir belum mempertemukannya pada target yang dia tuju.
Nabs, Pak Tris sempat bekerja seadanya lho. Salah satunya, membuka usaha galon air minum. Bahkan, ada masa ketika ia sendiri yang ikut mengantar galon pesanan. Hal ini ia lakukan selama kurang lebih tiga tahun. Hingga kala itu, bisnisnya berkembang menjadi persewaan perkakas.
Pada 2003, Pak Tris mulai menginvestasikan uang untuk membeli piring, sendok, dan perkakas yang biasa digunakan hajatan. Ide ini muncul karena ia menemukan potensi di sana. Kala itu, ia melihat bahwa bisnis catering membutuhkan rekan dalam hal kelengkapan perkakas.
Hingga saat ini, bisnis galon dan persewaan ini masih berjalan. Bahkan, menjadi personal branding tersendiri baginya. Tak lain adalah nama Pinggiran. Di sisi lain, Pak Tris masih mencari jalan untuk mewujudkan mimpinya. Membangun bisnis lain yang juga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Mulai Melebarkan Sayap Bisnis
Suatu ketika, selepas menjemput putranya berenang, ia mendapat keluhan. Bahwa kolam renang satu-satunya kala itu, yakni Taman Tirta, sangat ramai dan antre. Ia kemudian terinspirasi untuk membuka kolam renang baru.
Sejak 2009, Pak Tris membangun kolam renang. Proyek kolam renang pertamanya adalah Teuku Umar. Kemudian, dilanjut tahun 2010, kolam renang Batik Madrim di Kalitidu. Hingga saat ini, Pak Tris mengelola empat kolam renang.
Proyek properti pertamanya dilakukan pada 2012. Meski begitu, sebelumnya Pak Tris sempat beberapa kali diminta temannya untuk menggambar rumah atau bangunan. Hingga ada satu temannya yang kala itu mengajaknya melihat lokasi tanah kosong.
Lokasi inilah yang kemudian mengantarkannya pada bisnis yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dalam menjalankan bisnis properti ini, Pak Tris mengaku lebih banyak berkolaborasi. Beberapa rekannya menawarkan tanah untuk digarap.
Setelah mendapat pesanan rumah dengan model tertentu. Barulah kemudian ia garap. Inilah yang membuat proyek perumahannya khas. Karena model rumahnya berbeda-beda sesuai dengan pesanan pemilik.
Dalam segi sistem pembayaran, proyek perumahannya juga berbeda. Ia mengaku tidak menerima cicilan dan hutang. Jika klien terpaksa mencicil, Pak Tris menyarankan untuk melakukan peminjaman pada pihak ketiga.
Perihal ini ia jalankan karena prinsip bisnisnya yang tidak mengenal hutang. Prinsip ini ia jalankan mulai sekitar 2010. Setelah ia bergabung dengan Indonesia Islamic Business Forum (IIBF). Yaitu forum untuk berbagi ilmu terkait bisnis.
Melalui forum ini pula, Pak Tris menemukan prinsip-prinsip bisnisnya. Di antaranya adalah kejujuran, disiplin, dan membagi kebaikan. Perihal membagi kebaikan, ia mengisahkan tentang beberapa orang yang sering datang untuk belajar bisnis padanya.
“Setiap orang pasti punya masalah. Tapi saya memilih berfokus pada masalah orang lain. Masalah bersama. Jika kita meresapi masalah orang lain, akhirnya kita bisa menyadari bahwa masalah kita tidak seberapa,” tukasnya. Sembari mengingatkan untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan cara berinvestasi pada kebaikan-kebaikan.
Pak Tris berpesan pada generasi muda untuk terus belajar dan berlatih. Tidak hanya secara tekstual, namun juga praktek. Ia juga mengingatkan untuk selalu peka membaca situasi. Apa yang harusnya dilakukan. Itu yang harus dilakukan.
Selain itu, Pak Tris juga mengingatkan pentingnya impian. Kata dia, orang yang berhasil harus punya goal, impian, atau keinginan. Impian tidak harus tetap. Itu bisa digali. Setelah punya impian, katanya, barulah mencari cara untuk mencapainya.
Pak Tris juga berpesan bahwa suka duka menjadi penyeimbang dalam hidup dan berbisnis.
“Kita harus ingat bahwa dalam kesulitan, selalu ada kemudahan yang menyertai. Hal ini telah tercantum dalam Al-Quran. Jadi terus saja ikhtiar,” tutupnya.