Panggung Rakyat jadi sejenis titik temu bagi para pelajar, mahasiswa, budayawan, buruh, dan elemen massarakjat lainnya.
Hasil kesepakatan kawan-kawan Aliansi Bojonegoro Menggugat (ABM), kegiatan Panggung Rakyat (PR) diselenggarakan di tongkrongan yang identik suara-suara unik dalam hal mengantarkan pesanan, salah satunya Tarik Sis Semongko. Namun karena campur tangan aparat, PR pindah ke tempat lain.
PR telah diselenggarakan kawan-kawan ABM dengan bahagia di sebuah tongkorngan yang berada di Jalan Pondok Pinang, Jawah. Migrasi dari tongkrongan sekitar jembatan Sosrodilogo yang identik suara-suara unik dalam hal mengantarkan pesanan dan tak jarang bikin njumbul pengunjung yakni JM Coffee menuju ke Jawah, mengandung banyak kisah.
PR merupakan serangkaian acara sebelum melakukan aksi yang bertepatan dengan Hari Santri. Selain untuk ngangsu kaweruh secara jama’ah, juga menarik perhatian massa.
Dengan semangat #mositidakpercaya dan tidak setuju dengan adanya UU Omnibus Law, PR yang diselenggarakan pada Selasa, 20 Oktober 2020 lalu berhasil menarik perhatian massa. Buktinya banyak yang hadir dalam acara plus menyalurkan bakat, ada yang membaca puisi, bernyani, musikalisasi puisi, orasi politik, dan lain sebagainya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, tentang lokasi acara. Memang, berdasar kesepakatan PR diselenggarakan di JM Coffee. Namun karena aparat keamanan Bojonegoro mencoba mengintervensi pemilik warung dengan berbagai dalih, terpaksa PR hijrah ke Jawah.
Padahal telah terjadi kesepakatan yang di dalamnya ada simbiosis mutualisme antara ABM yang diwakili Bung Alur dengan pihak JM Coffee pada tanggal 17 Oktober 2020.
Intervensi aparat keamanan, tidak menurunkan keberanian kawan-kawan Aliansi Bojonegoro Menggugat (ABM). Malah sebaliknya, adanya intervensi aparat untuk menghalang-halangi plus menjegal pagelaran PR menambah keberanian plus semangat ABM untuk menjaga iklim demokrasi di kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ini.
Dibuktikan dengan terselenggaranya acara pada sore hingga malam tanggal 20 Oktober 2020 di Jawah. Walaupun hujan sempat membasahi Kota Bojonegoro, tidak menyurutkan semangat kawan-kawan untuk hadir di PR.
Dimulai sebelum azan maghrib berkumandang di ruangan (indoor) Jawah dengan mengumandangkan lagu Darah Juang dan tangan kiri terkepal ke udara. Dilanjutkan dengan bernyani ria dengan iriangan gitar dan kajon plus irama hujan membakar semangat pengunjung yang hadir.
Leren sediluk, karena azan maghrib berkumandang di langit rel bengkong. Hujan reda, dan Panggung Rakyat (PR) digelar di out door. Genangan air, lampu, cangkir kopi, pohon jambu, kerikil, dan rumput yang bergoyang dibelai angin menjadi saksi bisu kemeriahan malam itu.
Ada pelajar, mahasiswa, budayawan, buruh, dan elemen rakyat yang lain memenuhi area Jawah. Jawah pada malam itu menjadi lautan manusia. Acara yang juga live instagram Aliansi Bojonegoro Menggugat (ABM) berlangsung dengan meriah dan bahagia. Puisi Wiji Thukul, W.S. Rendra, lagu Joan Baez “Donna Donna” dan lain sebagainya menggema di langit rel bengkong.
Juga ada lapak baca yang digelar oleh kawan-kawan Liga Pemuda Sosialis (LPS) Bojonegoro. Itulah Nabs, tentang Panggung Rakyat (PR). Perlu di garis bawahi, adanya ABM bukan ingin membuat kerusuhan, melainkan merawat iklim demokrasi wabilkhusus di kabupaten dengan slogan ‘Jer Karta Raharja Mawa Karya’ ini yang beberapa hari lalu merayakan ulang tahunnya.
Bersyukurlah, ada kawan-kawan yang mencoba merawat iklim demokrasi dengan menggelar Panggung Rakyat, aksi damai, dan diskusi. Patut dicurigai apabila suatu daerah senantiasa kondusif dan wajar-wajar saja, bukankah hal itu bisa jadi disebabkan karena keotoriteran rezim? Mari muhasabah bersama-sama.