Pasar Desa Gayam memang hanya pasar desa biasa. Namun, banyak pihak menyebutnya mampu jadi ikon daerah Bojonegoro. Benarkah?
Nabs, pasar tradisional, atau pasar yang berada di kawasan pedesaan, memang jadi pusat pusaran dinamika ekonomi masyarakat desa. Terlepas bagaimanapun keadaannya, keberadaan pasar desa amat penting.
Pasar desa harus diperbaiki. Harus ada perbaikan. Begitupun, Pasar Desa Gayam. Nabs, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) didukung SKK Migas tuntas laksanakan program revitalisasi Pasar Desa Gayam lho.
Perwakilan EMCL Ichwan Arifin menyatakan, Pasar Desa Gayam telah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan memiliki aspek legalitas yang lengkap. Selain itu, pengelola juga mendapat pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan tentang tata kelola pasar secara baik.
“Sehingga Pasar Gayam berpotensi menjadi ikon daerah,” tuturnya saat peresmian Pasar Desa Gayam, Kamis (12/8) di Balai Desa dan Pasar Desa Gayam.
Selain itu, dia juga menyebut, revitalisasi Pasar Desa Gayam merupakan salah satu bagian dari program prioritas bidang pendidikan, kesehatan dan penguatan ekonomi yang dilaksanakan oleh EMCL.
Program ini, secara penuh mendukung tersedianya sarana dan prasarana pasar yang memadai. Selanjutnya, pengelola memiliki tugas untuk mengelola pasar dengan baik.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Sally Atyasasmi, mengapresiasi Pemerintah Desa Gayam dan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Gayam Mandiri yang mampu mengelola dan membangun Pasar Desa Gayam dengan menggandeng ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
“Pasar desa ini kelak dapat dijadikan sebagai sentra ekonomi untuk Kecamatan Gayam dan desa,” tutur Sally.
Kolaborasi dengan para pihak ini, menurut dia, merupakan salah satu kunci menuju peningkatan ekonomi masyarakat di pedesaan yang berujung pada tercapainya kesejahteraan.
Selanjutnya untuk memaksimalkan manfaat dan mempertahankan keberlanjutan, Sally mengingatkan kepada pengelola dan penanggungjawab pasar agar memiliki perencanaan yang baik, serta mengelola pasar dengan azas transparansi dan akuntabilitas.
Selain itu, pengelola harus mampu mengikuti perkembangan zaman atau perkembangan industri melalui melakukan inovasi belanja agar tetap menjaga protokol kesehatan.
“Diantaranya adaptasi pola transaksi dapat dilakukan dengan menggunakan QRIS dan layanan antar,” ujar dia.
Sementara, Camat Gayam, Agus Haryana Panca Putra, mewakili Bupati Bojonegoro ikut meresmikan Pasar Desa Gayam. Peresmian dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Dalam sambutannya, Agus memberi apresiasi dan berharap agar pengelola terus mampu melakukan inovasi pengelolaan. Ia memberi contoh tentang manfaat pembayaran dengan barcode dan penggunaan EDC (Electronic Data Capture) untuk mencegah adanya potensi kebocoran.
“Namun untuk melakukan hal itu perlu dilakukan pembagian kemampuan pedagang dalam menggunakan teknologi dan dilakukan bertahap,” katanya.
Camat Agus meminta kepada seluruh pemilik kios, lapak dan lesehan di Pasar Desa Gayam agar patuh dan taat pada aturan yang telah ditetapkan. Hal ini bertujun agar cita-cita Pasar Desa Gayam sebagai pasar tradisonal yang dikelola secara modern dapat dicapai.
“Tertib aturan adalah cerminan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dibangunnya pasar ini,” tambah Camat Agus.
Nabs, untuk diketahui, Pasar Desa Gayam merupakan wujud program revitalisasi yang dilaksanakan oleh EMCL dan didukung oleh SKK Migas. Pasar ini memiliki 75 kios, 124 lapak dan 20 lesehan yang dilengkapi dengan fasilitas kebersihan, keamanan, toilet, dan tempat parkir memadai.
Seluruh kegiatan pengelolaan juga telah dilakukan sesuai dengan standar tata kelola dengan menggunakan berbagai aplikasi. Pasar Desa Gayam kini mampu menampung seluruh pedagang lama di pasar yang telah ada sejak jaman kolonial tersebut.