Menyambut minggu pagi dengan secangkir kopi terasa nikmat. Terlebih, kopinya tinggal tuang alias gratis. Bersama kawan-kawan tentu semakin menyenangkan. Obrolan hangat terkait hobi akan membuat minggu pagi begitu cerah.
Itulah yang terjadi di Selasar Coffee Shop pada Minggu (21/7/2019) pagi. Sebuah diskusi hangat terjadi. Acara yang dikemas sebagai Ngobral (Ngobrol di Selasar) tersebut bertajuk Menemukan Kreatifitas Melalui Fotografi. Berbagai pegiat fotografi pun hadir.
Acara yang dimulai pukul 10 pagi tersebut dihadiri dua orang sebagai pemateri utama. Pertama, seorang fotografer senior asal Bojonegoro, Wahyu Budianto. Kedua, seorang pegiat komunitas fotografer yang cukup senior asal Surabaya, Poenk Celana Sobek.
Antusias kawan-kawan begitu tinggi. Terlihat dari wajah dengan pandangan yang begitu hikmat. Materi tentang kreatifitas memang hal yang cukup menarik. Selain membuat semangat tentunya bermanfaat bagi kita yang memiliki jiwa muda.
Poenk Celana sobek, yang juga akrab disapa Hasan Ali menjelaskan pentingnya fotografi. Mulai dari ilmu hingga pengalaman yang pernah dia alami. Memang, di dalam dunia fotografi begitu banyak hal yang bersifat subyektif. Namun, itu yang mampu memunculkan keratifitas dalam diri seseorang terkait fotografi.
“Ini (fotografi) tidak akan terlepas dari seni yang kamu miliki, tidak terlepas dari kemampuan yang kamu kuasai,” katanya saat menjadi pemateri dalam diskusi tersebut.
Menurutnya, kemampuan orang tidak terbatas. Batasan akan berlaku pada tingkat selera yang sangat subyektif. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang fotografer harus banyak belajar. Mulai dari penggunaan alat, penguasaan teknik, hingga hal praktis lainnya.
Selain teori dalam ilmu fotogroafi, pengalaman juga penting. Oleh karena itu, seorang yang ingin menjadi fotografer harus kreatif. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak yang dipelajari. Nantinya, akan muncul sendiri identitas dalam pola-pola hasil jepretannya.
Seperti cara kita mengenali lukisan para maestro seni lukis. Hanya dengan melihat, tentu kita bisa membedakan hasil lukisan Leonardo dengan Da Vinci. Pasalnya, terdapat pola tersendiri dalam karya mereka yang begitu khas. Itu lah kreatifitas yang mereka munculkan berdasarkan jiwa seni yang mereka miliki.
Fotografer senior asal Bojonegoro, Wahyu Budianto juga banyak bercerita. Dia menjelaskan terdapat peluang besar di dalam fotografi. Baik sebagai seni maupun sebagai produk bagi pasar. Fotografi memang sangat dekat dengan seni. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menjadi produk pasar.
“Bicara fotografi tidak bisa terlepas dari karya dan pasar kita,” kata sosok yang akrab disapa Toa’ tersebut.
Jasa seorang fotografer sangat dibutuhkan. Ini berdampak pada banyaknya minat untuk menjadi fotografer. Namun, tentu tidak secara langsung. Perlu adanya pengalaman dan waktu untuk belajar.
Ini untuk menyesuaikan dengan kebutuhan klien. Tentu perlu ada kesepakatan. Pasalnya selera seorang fotografer berbeda dengan selera pasar. Setiap klien memiliki kebutuhan yang berbeda. Seorang fotografer harus memahaminya.
“Ada capaian terkait standard fotografer dan standar permintaan klien atau korporasi,” tambah Toa’.
Selain sebagai seni, fotografi bisa menjadi mata pencaharian. Namun, tetap ada pembeda di sana. Terdapat fotografi seni yang mana sebagai hobi, terdapat pula fotografi profesional. Keduanya jelas berbeda orientasi.
Namun, antar keduanya memiliki kesamaan secara garis besar. Untuk menjadi fotografer, perlu adanya pembelajaran dan pengalaman. Kreatifitas harus terus diasah dan jangan berhenti pada satu minat atau selera. Semakin banyak pengalaman, kreatifitas akan semakin tak terbatas. Yang terpenting adalah rasa percaya diri.
“Selalu percaya diri dan optimis dalam berkarya,” pungkas sosok yang menjadi fotografer profesional tersebut.
Bagi nabsky yang ingin menjadi seorang fotografer, percaya diri dan semangat belajar itu penting. Rasa optimis harus ditanam sejak awal. Jangan lupa niat. Pada dasarnya, kreatifitas akan muncul ketika kita memiliki niat dan minat, lalu dikolaborasikan dengan pengalaman.