Mencomot konten tanpa mencantumkan sumber itu mirip kayak masih jomblo tapi ngakunya sudah punya pacar: patut dikasihani.
Plagiarisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah penjiplakan yang melanggar hak cipta — yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang.
Memodifikasi konten orang lain dan memposting kembali sebagai kontennya sendiri, tanpa mencantumkan sumber asli, juga tergolong plagiat lho. Sebab, itu sama halnya konten orang lain kamu akui sebagai kontenmu sendiri.
Padahal nih, Nabs, dengan mencomot konten orang lain namun tetap mencantumkan sumber, toh nggak mengurangi jumlah followers kan ya? Mentang-mentang punya banyak followers, mau nyantumin sumber aja malu. Wqwq-able nggak sih?
Mas Plago dan Mbak Plagy rahimakumullah, dengan mencantumkan sumber, kamu nggak bakal kehilangan followers kok. Justru, kamu tambah terlihat dewasa dan elegan dan terbuka dan siapa tahu, dengan begitu, followersmu nambah. Sebaliknya, jika hobimu nyomot konten orang lain, followersmu bakal berkurang. Ya iya lah, kan nggak asyik ngefollow akun yang sukanya nyomot konten orang lain.
Jadi, nek pas kamu memosting ulang konten atau ide cerita atau foto — terlepas sudah dimodifikasi (tapi tetap saja kelihatan nyomotnya) atau tidak — mbok ya jangan sungkan untuk mencantumkan sumber. Eman-eman, sebab bisa jadi, beberapa followersmu tahu kalau kontenmu itu hasil comotan. Kan nggak asyik kan ya?
Terlepas dari orang yang kontennya kamu comot itu mudah memaafkan dan mudah mengabaikan, secara hukum, itu sudah masuk tindak pelanggaran lho. Ha? Pelanggaran? Hee titik 12 pas hee
Alkisah, ada satu akun medsos ber-followers lumayan banyak yang berulangkali merepost konten-konten dari web Jurnaba. Uniknya, meski sudah jelas-jelas mencomot konten dan ide, si doi enggan mencantumkan Jurnaba sebagai sumbernya. Wqwq
Si doi, yang namanya — enaknya disebutin nggak ya — itu, memosting kembali sejumlah konten web Jurnaba ke akun medsos pribadinya. Selain terlalu buruk soal memodifikasi— sehingga terlihat nyomotnya — ada satu judul artikel Jurnaba yang di-posting mentah-mentah beserta fotonya. Hmmm hayo? Ketahuan. Hapus nga.. hapus nga ~
Untuk membikin konten, Mas Plago yang budiman, memang butuh kepala yang tersirami inspirasi. Butuh dibasahi dulu. Nah, kalau masih kering tapi sudah kebelet bikin konten, hasilnya: comot mode on. Makanya, kalau bisa, inspirasinya dibasahi dulu biar nggak mudah panas mesinnya.
Respon Saat Kepergok Mencomot Konten
Ada 15 jenis respon orang yang kepergok mencomot konten orang lain. Tapi, untuk kasus ini, kami hanya akan membahas satu saja. Sebab, satu ini yang paling sering jadi dalih mereka yang ketahuan mencomot konten. Satu itu adalah: ngaku tidak sengaja, lalu minta maaf. Wkwkwk
Nah, tatkala admin Jurnaba mengklarifikasi ke akun medsos yang bersangkutan. Pertama-tama, tentu saja, si doi mengucap salam dan berkenalan dan sekaligus meminta maaf karena nggak sengaja bikin postingan yang mirip. Mirip? Wqwq
Mirip kok berulangkali. Mirip kok ide dan tema sama tapi beda warna gambar. Mirip kok gambarnya beda tapi caption-nya sama. Mirip kok istilah yang dipakai sama plek sama judul artikel Jurnaba. Padahal, itu istilah yang dibikin sendiri sama Jurnaba. Wqwq
Memposting ulang sih nggak masalah. Asal ngasih credit sumber. Kalau malu ngasih sumber hanya karena follower situ lebih banyak — dan khawatir kalah pamor— kan bisa dibicarakan dulu sama kita-kita. Siapa tahu situ pengen kerjasama tapi bingung mengawalinya. Siapa tahu kan ya. Hmmm.
Mbak dan mas yang diberkahi Tuhan, sejatinya, hak cipta itu milik tuhan yang maha esa. Tapi, mencomot konten tanpa mencantumkan sumber itu mirip kayak jomblo tapi ngakunya udah punya pacar. Itu kan kasihan.
Lha nggak kasihan gimana, kita mau kenalin situ sama seseorang, tapi situ ngakunya udah punya pacar. Padahal kan belum. Lha gimana mau punya pacar kalau tiap mau dikenalin situ pura-pura punya pacar terus. Hmm
Gimana, udah berani nyantumin sumber belum nih? Wqwqwqwq