Penerimaan anggota baru, sesungguhnya adalah momen mengingat dan merenungi pesan Mahbub Djunaidi. Itu kalau mau, sih.
Sebagai mahasiswa yang ikut berproses di dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), langkah awal masuk adalah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA).
MAPABA yang diselenggarakan di Bumi Mbendander tepatnya di Balai Desa Mojoranu oleh Pengurus Rayon (PR) PMII Punokawan Komisariat Unigoro merupakan MAPABA kedua. Dengan Sahabat Dimas Pioh selaku Pak Yon dan Solikul Mu’adib selaku ketua panitia.
Sangat tepat mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMII, karena PMII adalah organisasi kemahasiswaan untuk mengembangkan intelektual dan sosial.
Kalimat populer dari kreator Angin Musim ‘Bung Mahbub’ selaku pendiri PMII, “teguh pada prinsip, setia terhadap proses” menjadi muhasabah bersama khususnya anggota baru. Di dalam MAPABA kita diajarkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Selain itu ada materi tentang bagaimana kita sebagai manusia berhubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam.
MAPABA yang dibuka pada jum’at (30/10/2020) merupakan MAPABA yang bukan hanya sekadar MAPABA. Dibuka dengan santuy plus bahagia, dan berlangsung dengan sederhana namun kaya makna.
Mahasiswa baru wabilkhusus dari Fakultas Hukum (FH) mengikuti MAPABA yang bertempat di Balai Desa Mojoranu, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, akan berlangsung hingga minggu (01/11/2020).
Nabs, acara yang di ikuti mahasiswa baru ini adalah agenda tahunan PMII Punokawan saat tahun ajaran baru, yang saat ini adalah kali ke dua PMII Punokawan menggelar MAPABA.
Dalam MAPABA ke dua ini yang bertemakan adigang, adigung, adiguna, penuh dengan berbagai unsur, mistis salah satunya. Namun sahabat/i tidak terjebak plus larut dalam unsur tersebut.
MAPABA selain dimana para calon anggota baru akan di kenalkan tentang organisasi PMII, juga belajar bersama tentang aswaja, genealogi Islam, dan Nilai Dasar Pergerakan (NDP).
Ingat, Nabs. Kalimat dari pendiri PMII yang juga kolumnis kondang itu: ketahuilah olehmu, setiap yang namanya ilmu tidak kecuali sejarah harus siap dan rela diuji serta dipertanyakan benar atau tidaknya. Jangan kamu telan begitu saja seperti sebutir kacang. Ragu-ragu itu suatu langkah yang mesti ditempuh. Jika kita mau sampai ke keyakinan yang tak tergoncangkan.
Hafid Irfani adalah mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Bojonegoro.